Loading...
INSPIRASI
Penulis: Katherina Tedja 01:00 WIB | Minggu, 25 Januari 2015

Gosip, Fitnah, dan Bully

Kepada orang yang menjadi korban gunjingan… tidak dipercaya dan kesepian… yakinlah Sang Maha Mengetahui ada di pihak orang yang disakiti.
Bambang Widjojanto (foto: Dedy Istanto)

SATUHARAPAN.COM – Kita pernah menjadi pelakunya dan kita pernah menjadi sasarannya. Maka demikianlah gosip berkembang sebagai pelumas pergaulan, penunjang suasana, dan obrolan seru. Memang gosip sulit untuk dihindari, karena sebagai makhluk sosial, kita selalu ingin tahu segala hal mengenai orang lain.

Namun, tidak semua kita menyadari bahwa gosip yang tidak berbahaya dapat merebak tak terkendali menjadi fitnah yang mengancam. Dari sebuah obrolan basa-basi, ”Tahu ’kan, Kania imut yang manis seperti gula itu akan menikahi mantan bos-nya bulan depan?” menjadi… ”Orang itu licik seperti ular, tidak seorang pun menyukainya….” Oops telah terjadi pembunuhan karakter di sini… padahal kita belum tentu mengetahui kebenarannya!

Acap kali… jika tidak berhati-hati, ucapan terakhir tadi dapat terlepas dari mulut seseorang, tanpa ia bermaksud melukai siapa pun…. Ah… itu cuma mengulang kata-kata si Anu… menurut kisah si Anu… demikianlah adanya. Dan si Anu pun mendengarnya dari orang lain….  

Tidak memerlukan penalaran yang sulit untuk memperkirakan bagaimana jika sumber pertama gosip adalah orang yang terpandang, kaya, menarik dan dihormati! Sungguh saya tidak akan mau menjadi orang yang memicu kemarahannya. Jika itu terjadi… pastilah saya sedang sial… reputasi saya akan hancur berantakan… dan sebaiknya saya mulai mengambil ancang-ancang untuk mengungsi ke Timbuktu… di mana pun letaknya tempat itu.

Mengapa sih ada orang yang sedemikian kejinya menyebar cerita bohong? Apa ya…? Oops itu tadi… kemungkinan besar yang baru saya katakan ada benarnya… amarah… dan iri hati. Kedua perasaan yang meluap-luap itu telah menyebabkan seseorang ingin membalas dendam.

Seorang anak berusia 11 tahun akan langsung saja menghajar orang yang tidak disukainya jika ia merasa mampu. Namun, ketika ia tumbuh dewasa… ia mempelajari hal yang penting... jika ia ingin menjahati atau mengusik seseorang, sebaiknya itu dilakukan secara tidak langsung.

Benar sekali teman…! Gosip dan fitnah dapat menjadi bentuk lain dari bully. Bully yang kita haramkan… kita ajarkan dan kampanyekan kepada anak-anak di sekolah dan orang dewasa di kantor untuk… ”ganyang bully!” kini mengambil wajahnya yang berbeda…. Dan banyak orang meneruskan berita tidak benar karena gagal mengenalinya.

Seseorang yang amat saya hormati sedang amat berduka… fitnah telah merusak reputasinya dan merampok sebagian dari pelayanan yang sangat berharga baginya…. Kemudian kemelut KPK dan polisi yang lagi-lagi saling menuding dan menyebabkan kebingungan… menjadi pelajaran penting bagi saya bahwa tidak semua yang saya dengar pasti benar….

Orang bijak pastilah akan memeriksa kembali semua berita yang didengarnya ketimbang menelan berita itu bulat-bulat. Pemimpin yang baik pastilah akan mengkonfrontasi terlebih dulu orang yang menjadi ”bulan-bulanan”, melihat sisi lain dari sebuah gosip, sebelum ia mengambil keputusan.

Harapan saya bagi orang yang sengaja menyebarkan gosip demi keuntungan diri… semoga saja mereka tumbuh dewasa dan menyelesaikan amarah dan rasa cemburu atau persaingannya dengan cara yang bertanggung jawab.

Dan kepada orang yang menjadi korban gunjingan… tidak dipercaya dan kesepian… yakinlah Sang Maha Mengetahui ada di pihak orang yang disakiti.

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home