Loading...
EDITORIAL
Penulis: Redaksi Editorial 14:44 WIB | Rabu, 07 Januari 2015

Hargai Nyawa Korban Air Asia, Perbaiki Keselamatan Penerbangan

SATUHARAPAN.COM – Jatuhnya pesawat Air Asia di Laut Jawa menjadi tragedi pada penghujung tahun 2014. Pesawat dengan nomor penerbangan QZ8501 yang terbang dari Surabaya menuju Singapura itu jatuh pada hari Minggu (28/12) pagi, dengan 162 orang penumpang dan awak berada dalam pesawat itu.

Dua hari setelah pesawat dinyatakan hilang kontak, pada hari Selasa mulai ditemukan tanda-tanda pesawat jatuh di Laut Jawa, dan sejumlah barang serta tubuh korban mulai ditemukan. Hari Rabu (7/1) setelah sebelas hari tim mencari dan mengevakuasi korban, lokasi utama badan dan ekor pesawat sudah ditemukan, dan 40 jenazah korban ditemukan.

Di tengah keprihatinan dan berbela sungkawa bagi keluarga korban, juga disampaikan penghargaan bagi tim yang dengan gigih terus bekerja di tengah cuaca yang tidak selalu baik. Di lokasi yang diduga tempat pesawat itu berada di dasar laut, gelombang masih terus tinggi dan angin bertiup kecang disertai hujan.

Untuk menghormati mereka yang menjadi korban dan yang bekerja keras, kita harus berani menjadikan kasus ini sebagai pelajaran yang penting. Upaya yang gigih terus-menerus, dan terutama untuk menemukan kotak hitam pesawat, harus didasari upaya mengungkap penyebab kecelakaan mematikan ini.

Pengungkapan data di kota hitam sebagai sebuah bukti menjadi penting untuk mengetahui apa penyebab kecelakaan, dan siapa yang bertanggung jawab. Namun juga jauh lebih penting untuk mengembangkan sistem dan mengubah perilaku para pihak terkait untuk meningkatkan keselamatan penerbangan.

Kita prihatin bahwa ada masalah berkaitan dengan izin terbang pada hari Minggu yang tidak dalam jadwal penerbangan yang diizinkan. Masih ada perdebatan tentang hal itu, namun menimbulkan pertanyaan bagaimana prosedur penerbangan itu dijalankan oleh pejabat berwenang.

Kemudian tentang cuaca yang ketika hari Minggu itu cukup berbahaya bagi penerbangan, kemungkinan pesawat menghadapi gumpalan awan dengan butiran es. Dan informasi ini menimbulkan juga pertanyaan bagaimana menyediakan data cuaca bagi keselamatan penerbangan dengan baik dan bagaimana entitas penerbangan menggunakannya dengan benar?

Semua pertanyaan itu menandai perlunya mengkaji apakah kinerja berbagai pihak terkait telah memenuhi standar keselamatan penerbangan yang selama ini disebutkan sebagai sangat tinggi. Dan terutama adalah kinerja yang memastikan bahwa sistem dan standar itu dijalankan dengan baik.

Persyaratan yang ketat untuk izin usaha dan penerbangan diperlukan untuk menjamin keselamatan penerbangan, termasuk sanksi pembekuan ketika ada pelanggaran. Namun yang jauh lebih penting adalah sistem itu dijalankan untuk menjamin bahwa setiap saat standar dan aturan itu dipatuhi.

Penyakit yang selalu muncul di negeri kita adalah ketat dalam periizinan awal, tetapi longgar dalam menjaga agar standar itu dijalankan setiap waktu. Bahkan politik perizinan sering menjadi biang rusaknya sistem ini, dan menjadi ajang korupsi. Dalam penerbangan sipil, aturan tentang hal itu memang telah ada dan ketat, tetapi masalahnya apakah standar itu dijaga dengan baik. Itulah masalahnya.

Para penumpang dan awak pesawat Air Asia tidak moleh meninggal dengan sia-sia. Kasus ini sudah seharusnya menjadi pelajaran untuk perbaikan, bukan hanya tentang izin, standar dan aturan, tentapi bagaimana aturan ditegakkan dan standar dijalankan setiap waktu.

Tidak boleh lagi ada korban jatuh dalam kecelakaan penerbangan akibat kesalahan manusia, karena kita terlalu bebal dengan tidak memastikan standar dan aturan yang ditetapkan dijalankan dengan benar. Hanya dengan itu, ungkapan bela sungkawa bagi korban Air Asia dan penghargaan bagi tim pencari dan evakuasi kita wujudkan dengan benar.

Presiden Joko Widodo, dan Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan, harus serius untuk membenahi masalah ini: standar dan aturan dijalankan dengan benar setiap saat. Dan hal ini berarti mengubah mentaliteit manusia-manusia yang diberi amanat.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home