Loading...
DUNIA
Penulis: Saut Martua Amperamen 15:27 WIB | Minggu, 16 April 2017

Imam Tolak Salatkan Mahasiswa yang Dicap Menista Agama

Polisi Pakistan memeriksa kamar Mashal Khan, mahasiswa yang tewas dibantai karena dituduh menista agama (Foto: Reuters)

MARDAN, PAKISTAN, SATUHARAPAN.COM - Mashal Khan akhirnya dimakamkan di kampung halamannya, Swabi, di Pakistan pada hari Jumat (14/04).

Upacara pemakaman terpaksa dipimpin oleh seorang teknisi yang diminta untuk itu, setelah  imam masjid setempat menolak mensalatkannya.

Mashal Khan adalah seorang mahasiswa jurusan Jurnalistik di Abdul Wali Khan University di Mardan, kota berjarak 60 km dari kampung halamannya.

Ia dilaporkan meninggal di kamar asramanya setelah dibunuh secara brutal oleh sekelompok mahasiswa di kampus itu.

Ia dituduh melakukan penistaan agama Islam dalam postingnya di media sosial.

Laporan media lainnya, seperti dikutip oleh Reuters, mengatakan ia terlibat perdebatan panas dengan sesama mahasiswa, yang berujung pada tuduhan  bahwa Mashal Khan menista agama.

Mashal Khan memang dikenal berpandangan liberal.

Ia vokal dalam mempertanyakan ajaran agamanya.

Menurut seorang dosennya yang tidak mau disebutkan namanya, Mashal adalah seorang mahasiswa cerdas yang selalu ingin tahu.

Secara terbuka ia mengaku sebagai Islam, kata sang dosen, namun, ia sering mempertanyakan banyak hal.

“Kapan pun dia hendak bicara, dia akan berbicara secara terbuka, tetapi dia tidak memahami lingkungan dimana dia hidup," kata sang dosen.

Laporan media mengatakan kerumunan orang mendatangi kamar Mashal di kompleks kampus.

Mereka kemudian menyeretnya keluar dan memukulinya, menurut keterangan polisi dan saksi mata.

Rehman, salah seorang saksi mata, mengatakan Mashal masih hidup ketika polisi tiba di tempat itu. Namun, mereka tidak masuk ke kamar Mashal sampai keadaan demikian terlambat.

"Mereka seharusnya dapat dengan mudah menyelamatkan nyawanya, namun mereka hanya berdiri jauh dari gerombolan orang itu. Saya mendengar aparat keamanan itu berkata adalah baik bila gerombolan itu mengirimkan orang yang tidak beriman ke neraka," kata Rehman.

Namun kepala kepolisian Mardan, Mohammad Alam Shinwari membatah tuduhan itu. "Ketika kami memasuki kampus, ia sudah terbunuh dan gerombolan itu berusaha membakar tubuhnya," kata Shinwari, dikutip dari Reuters.

Polisi mengatakan mereka telah menangkap 12 orang atas insiden tersebut dan masih mengejar tersangka lainnya. Mereka mengatakan tidak menemukan bukti adanya penistaan agama.

Pada hari Sabtu kemarin, aktivis HAM negara itu juga mengadakan sejumlah prostes kecil di beberapa kota, mengecam pembunuhan itu.

BBC melaporkan Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif, mengatakan ia terkejut dan sedih atas pembunuhan mahasiswa dengan tuduhan menista agama.

Sharif mengatakan tidak ada kompromi bagi orang yang main hakim sendiri.

Penistaan agama adalah isu yang sensitif di Pakistan. Para pengeritik menilai UU Penistaan Agama di negara itu, yang memperbolehkan hukuman mati dalam beberapa kasus, kerap disalahgunakan untuk menekan minoritas.

Menurut data Center for Research and Security Studies, sejak tahun 1990 sebanyak 65 orang terbunuh karena tuduhan penistaan agama.

Laporan media mengatakan belasan terdakwa penistaan agama saat ini dipenjara menanti eksekusi hukuman mati.

Maret lalu, PM Nawaz Sharif mengeluarkan perintah untuk menghapus konten online penistaan agama dan mengatakan siapa saja memposting konten semacam itu akan menghadapi "ancaman hukuman yang berat menurut UU."

Ayah Mashal, Iqbal Shaer adalah seorang pedagang toko kue di kampung halamannya.

Ia mengatakan tuduhan penistaan agama terhadap anaknya tidak berdasar.

Shaer mengatakan sejak kecil ia menyukai puisi dan sastra dan mendorong anak-anaknya mengeksresikan diri mereka sendiri dan mencintai seni.

"Istri saya berkata pagi ini bahwa ia telah menghabiskan seluruh hidupnya untuk mengasuh anaknya, tetapi orang-orang itu membunuhnya dan menyia-nyiakan perjuangannya yang panjang."

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home