Loading...
EKONOMI
Penulis: Eben E. Siadari 08:12 WIB | Jumat, 04 September 2015

IMF Kembali Bujuk AS Tunda Naikkan Bunga

Juru Bicara IMF, William Murray (Foto: unmultimedia.org)

WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Dana Moneter Internasional (IMF), pada hari Kamis (3/9)  mengatakan bahwa Federal Reserve masih memiliki ruang untuk menunda kenaikan suku bunga saat ini di tengah situasi ekonomi global yang "sangat bergelombang".

"Pandangan umum kami bahwa mereka memiliki fleksibilitas untuk menunda," kata juru bicara IMF, William Murray, seraya menambahkan bahwa Fed "harus melaksanakan secara bertahap" rencana serangkaian kenaikan suku bunganya.

Fed adalah sebutan untuk The Federal Reserve, yaitu bank sentral AS.

Murray, berbicara kepada wartawan, mengatakan IMF memperkirakan bank-bank sentral di perekonomian seperti AS dan Inggris akan mulai menaikkan suku bunga secepatnya mengingat kenaikan pertumbuhan dalam ekonomi mereka. Tetapi ia menyatakan masih ada waktu untuk menunggu sebelum mengambil langkah pertama.

"Situasi global sangat bergelombang," katanya, dan pandangan IMF adalah bahwa The Fed "harus melaksanakannya secara bertahap" dengan rencananya untuk mulai menaikkan suku bunga pertama kalinya sejak 2006.

The Fed telah mempertahankan suku bunga acuan federal fund pada tingkat nol sejak 2008 untuk menarik kembali perekonomian dari krisis ekonomi.

Sejak tahun lalu telah ada tanda-tanda kemungkinan kenaikan suku bunga pertama pada suatu waktu tahun ini, dengan mata sekarang tertuju pada pertemuan kebijakan 16-17 September untuk kemungkinan langkah tersebut.

Tetapi Murray menunjukkan bahwa tekanan inflasi dan upah AS, dua barometer penting untuk keputusan Fed, "masih lemah".

Itu berarti bank sentral AS "dapat menahan suku bunga rendah hingga ada tanda-tanda yang lebih nyata dari upah atau inflasi harga daripada bukti saat ini."

Ketika Fed melakukan tindakan, Murray menekankan, komunikasi yang jelas dari tujuan kebijakannya "sangat penting sehingga negara-negara secara luas di seluruh dunia dapat menyesuaikan."

Prospek lambat serangkaian kenaikan suku bunga di Amerika Serikat sejak dua tahun lalu telah memicu arus keluar modal dari negara-negara berkembang dan membantu mengirim mata uang mereka jatuh.

Sebelumnya, IMF juga sudah melansir saran yang serupa, mempertimbangkan dampak kenaikan bunga tersebut bagi perekonomian negara-negara sedang berkembang. (Ant/AFP)

Baca Juga:


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home