Loading...
BUDAYA
Penulis: Dewasasri M Wardani 12:01 WIB | Selasa, 12 Juli 2016

Istana Tampilkan Koleksi Lukisan Bersejarah

Ilustrasi: Lukisan Raden Saleh "Penangkapan Pangeran Diponegoro". (Foto: Antara/Nanien Yuniar)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Masyarakat, untuk pertama kalinya akan dapat menikmati keindahan karya seni terbaik, yang selama ini menghiasi istana di seluruh Indonesia.

Kepala Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden, Bey Machmudin, dalam siaran persnya di Jakarta, Selasa (12/7), mengatakan Istana Kepresidenan Republik Indonesia, akan menampilkan karya-karya seni terbaik itu dalam pameran bertajuk "17/71: Goresan Juang Kemerdekaan”.

Pameran itu akan berlangsung di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, sepanjang bulan Agustus 2016, dengan menampilkan 28 lukisan terpilih hasil karya 21 pelukis dan sekitar 100 koleksi foto-foto kepresidenan.

Kurator pameran yang merupakan bagian dari peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-71 ini adalah Mikke Susanto dan Rizki A Zaelani.

Sejumlah lukisan fenomenal itu antara lain karya Raden Saleh, Affandi, S Sudjojono, Basoeki Abdullah, dan Dullah, pelukis Istana pada era Presiden Soekarno. Ada pula karya pelukis asing seperti Rudolf Bonnet dan Diego Rivera.

Tak kalah unik, masyarakat juga dapat menikmati lukisan karya Presiden Soekarno sendiri yang berjudul Rini, yang dilukisnya pada 1958.

Istana Kepresidenan di Indonesia berlokasi di Jakarta (Istana Negara dan Istana Merdeka), Bogor, Cipanas, Yogyakarta, dan Tampaksiring-Bali.

Di sana tersimpan lebih dari 3.000 lukisan, yang telah melalui proses kuratorial pada 2009-2010, di antara koleksi itu, ada banyak karya legendaris yang merupakan bagian dari tonggak sejarah, tak hanya kesenian, melainkan juga Republik Indonesia.

Soekarno

Koleksi luar biasa itu, bermula dari keinginan Presiden Soekarno yang dikenal memiliki selera seni sangat tinggi.

Tak heran, jika sebagian koleksi itu adalah hasil upaya Presiden Soekarno sendiri, yang tak segan langsung berbelanja ke berbagai galeri atau sanggar seni.

Sebagian lukisan itu, juga buah tangan dari pemimpin negara-negara lain saat berkunjung ke Indonesia.

Presiden Joko Widodo menyambut baik penyelenggaraan pameran itu. Istana adalah milik rakyat dan sungguh indah jika masyarakat luas juga sesekali dapat menikmati koleksi karya seni terbaik itu, melalui pameran yang terbuka untuk umum.

"Karya cipta yang bernilai begitu tinggi ini harus dilestarikan," kata Presiden.

Pameran ini, merupakan salah satu wujud pertanggungjawaban Istana Kepresidenan yang mendapatkan amanah, untuk merawat koleksi-koleksi terbaik itu.

"Saya ingin, lukisan-lukisan ini akan tetap abadi dan terus menerus, bisa disajikan di hadapan publik seluruh dunia," kata Presiden.

Daftar koleksi lukisan Istana Kepresidenan yang akan ditampilkan adalah sebagai berikut: Affandi, Laskar Rakyat Mengatur Siasat, 1946, Affandi, Potret HOS Tjokroaminoto, 1946, Basoeki Abdullah, Pangeran Diponegoro Memimpin Perang, 1949, Dullah, Persiapan Gerilya, 1949, Harijadi Sumadidjaja, Awan Berarak Jalan Bersimpang, 1955, Harijadi Sumadidjaja, Biografi II di Malioboro, 1949, Henk Ngantung, Memanah, 1943 (reproduksi orisinal oleh Haris Purnomo), Kartono Yudhokusumo, Pertempuran di Pengok, 1949, Raden Saleh, Penangkapan Pangeran Diponegoro, 1857, S Sudjojono, Di Depan Kelambu Terbuka, 1939, S Sudjojono, Kawan-kawan Revolusi, 1947,  S Sudjojono, Markas Laskar di Bekas Gudang Beras Tjikampek, 1964, S Sudjojono, Mengungsi, 1950, S Sudjojono, Sekko (Perintis Gerilya), 1949, Sudjono Abdullah, Diponegoro, 1947, Trubus Sudarsono, Potret R.A. Kartini, 1946/7, Gambiranom Suhardi, Potret Jenderal Sudirman, 1956, Soerono, Ketoprak, 1950, Ir Sukarno, Rini, 1958, Lee Man-Fong, Margasatwa dan Puspita Nusantara, 1961, Rudolf Bonnet, Penari-penari Bali sedang Berhias, 1954, Hendra Gunawan, Kerokan, 1955, Diego Rivera, Gadis Melayu dengan Bunga, 1955, Miguel Covarrubias, Empat Gadis Bali dengan Sajen, sekitar 1933-1936, Walter Spies, Kehidupan di Borobudur di Abad ke-9, 1930, Ida Bagus Made Nadera, Fadjar Menjinsing, 1949, Srihadi Soedarsono, Tara, 1977, Mahjuddin, Pantai Karang Bolong, tahun tak terlacak (sekitar 1950an). (Ant)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home