Loading...
INDONESIA
Penulis: Reporter Satuharapan 07:09 WIB | Senin, 06 Februari 2017

Istri Gus Dur Ingatkan untuk Bisa Menahan Diri

Ibu Negara RI ke-4 Sinta Nuriyah Wahid (tengah) menghadiri prosesi pemakaman Hj Siti Fatmah istri KH Mustofa Bisri (Gus Mus) mantan Rois Aam PBNU di Desa Leteh, Rembang, Jawa Tengah, Jumat (1/7). Fatmah meninggal dunia karena sakit di RSUD dr R Soetrasno Rembang pukul 14.30 Kamis (30/6) pada umur 66 tahun dan dimakamkan pada (1/7) di kompleks pemakaman keluarga di Desa Kabongan Kidul, Kecamatan Rembang. (Foto: Antara)

JOMBANG, SATUHARAPAN.COM - Istri Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid, Sinta Nuriyah Wahid mengingatkan semua pihak agar bisa menahan diri serta tidak mudah terprovokasi hingga melakukan tindakan atau bersikap frontal.

Saat menghadiri acara Imlek 2568 dengan puluhan umat beragama di rumah pribadinya di Jalan Juanda Jombang, Jawa Timur, hari Minggu (5/2), ia mengatakan agar masyarakat berhati-hati, terlebih lagi yang menyangkut situasi konfrontatif politik di Jakarta.

Ia mewanti-wanti agar setiap orang bisa menahan emosi dan tidak terprovokasi.

"Jangan sampai kita bersikap frontal. Harus tabayyun (mencari kejelasan) dulu," katanya menegaskan.

Menurut Sinta, warisan pluralisme Gus Dur saat ini mendapat tantangan luar biasa. Kepentingan politik saat ini begitu menonjolkan kebencian, jauh dari cita-cita luhur pendiri bangsa.

Ia mengatakan, setiap perbedaan perlu dihormati dan jangan sampai membuat bangsa ini semakin terpecah belah. Bahkan, sebelum meninggal dunia, Gus Dur mewanti-wanti agar persatuan dan kesatuan bangsa didahulukan.

Sementara itu, Willy Sugianto, sesepuh Tionghoa Jombang, mengatakan peran Gus Dur dalam dinamika etnis Tionghoa Indonesia juga sangat besar. Pada zaman Gus Dur, sapaan akrab mantan Presiden ke-4 RI itu, banyak regulasi diputuskan, salah satunya terkait dengan diskriminasi.

"Pada era Presiden Abdurrahman Wahid berbagai regulasi diskriminatif dicabut. Belenggunya dibuka. Tionghoa berhutang banyak pada Gus Dur," terang pria yang juga berprofesi sebagai dosen itu.

Imlek tahun ini, lanjut dia, dilaksanakan dalam suasana Indonesia yang penuh dengan intrik politik yang berpotensi memecah belah kesatuan dan persatuan bangsa. Ia berharap, hal itu tidak memecah persatuan dan kesatuan bangsa.

Suster Margaretha dari pemeluk Katolik Jombang menambahkan jasa Gus Dur bagi demokrasi Indonesia juga sangat besar. Bahkan, kelompok yang selama ini tertindas mendapat pembelaan dari Gus Dur. Dia berharap peristiwa kelam masa lalu tersebut tidak lagi terjadi.

"Saya punya banyak teman dengan pengalaman buruk selama Orde Baru, maupun Peristiwa 1965," kata suster senior ini.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home