Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Sotyati 10:52 WIB | Kamis, 22 Desember 2016

Kastuba, Mewarnai Natal di Seluruh Dunia

Kastuba (Euphorbia pulcherrima). (Foto: commons.wikimedia.org)

SATUHARAPAN.COM – Merayakan Natal tak lengkap rasanya tanpa pohon natal. Dan, pohon natal selama ini identik dengan cemara, baik yang asli maupun tiruannya dari plastik.

Namun, ada tanaman lain selain cemara yang acap dihadirkan untuk memeriahkan perayaan Natal, yakni kastuba atau poinsettia. Kebiasaan menjadikan kastuba hiasan Natal, mengutip dari Wikipedia, dimulai dari legenda yang muncul pada abad ke-16 di Meksiko.

Kisah yang dimuat dalam situs National Tropical Botanical Garden, ntbg.org, menyebutkan seorang anak perempuan miskin bernama Pepita, tidak tahu harus memberikan hadiah apa bagi bayi Kristus yang harus ia bawa dalam ibadah malam Natal. Ketika setiap anak merasakan kegembirakan Natal, Pepita justru sedih. Perasaan itu pula yang menggayutinya ketika berjalan menuju gereja bersama Pedro, saudaranya.

“Kita harus yakin, Pepita, hadiah apa pun, asal kita berikan dengan hati tulus dan penuh kasih, Tuhan pasti berkenan,” Pedro menghiburnya.

Kata-kata menguatkan itu mendorong Pepita mencabut tumbuhan liar di pinggir jalan. Tumbuhan itulah yang ia letakkan di altar sebagai persembahan untuk merayakan kelahiran bayi Kristus. Ketika tumbuhan yang ternyata kastuba itu dibawa masuk ke dalam gereja, daun-daunnya berubah menjadi merah dengan bunga berwarna hijau. Umat yang mengikuti misa merasa telah menyaksikan suatu keajaiban Natal.

Sejak saat itu tumbuhan liar berdaun merah itu dinamakan Flores de Noche Buena, atau Flowers of the Holy Night, dan mewarnai kemeriahan Natal di berbagai penjuru dunia.

Suku Aztek menganggap kastuba sebagai lambang kesucian. Berabad-abad kemudian, pendatang di Meksiko yang beragama Kristen menggunakan kastuba sebagai bunga hiasan Natal.

Sejak abad ke-17, para biarawan Fransiskan juga memanfaatkan tumbuhan kastuba dalam perayaan-perayaan Natal. Bentuk daunnya yang mirip bintang dianggap simbol dari Bintang Betlehem, dan warnanya yang merah merepresentasikan darah Yesus yang tertumpah di kayu salib.

Sejak itu kastuba menjadi dekorasi Natal yang populer, bukan hanya di gereja, namun juga di rumah-rumah, kantor, dan di banyak tempat di Amerika utara. Sama dengan cemara, kastuba dijual di toko-toko swalayan, toko-toko perlengkapan rumah tangga, hingga di toko-toko obat. Bahkan tanggal 12 Desember ditetapkan sebagai National Poinsettia Day, atau Hari Kastuba, di Amerika Serikat.

Pemerian dan Penyebaran Kastuba

Kastuba atau poinsettia dari genus Euphorbia, dan keluarga Euphorbiaceae, mempunyai nama ilmiah Euphorbia pulcherrima, Willd. ex Klotzsch. Tumbuhan ini diberi nama poinsettia sebagai bentuk penghormatan kepada Duta Besar pertama Amerika Serikat untuk Meksiko, Joel Roberts Poinsett, yang memperkenalkan tanaman hias ini ke AS pada tahun 1825.

Tumbuhan ini kemudian juga menyebar dan dibudidayakan di Mesir, pada sekitar tahun 1860. Orang menyebutnya bent el consul, "the consul's daughter", merujuk pada apa yang sudah dilakukan Duta Besar Amerika Serikat Joel Poinsett.

Nama botani Euphorbia pulcherrima, diberikan oleh ahli botani Jerman, Karl Ludwig Wilenow. Tumbuhan itu menjadi salah satu koleksi yang dia tanam di dalam rumah kaca. Kagum pada warna daunnya, dia memberikan nama Euphorbia pulcherrima yang berarti "sangat cantik".

Nama poinsettia diberikan oleh William Prescott, ahli hortikultura dan ahli sejarah. Ia menyebutkannya dalam bukunya, Conquest of Mexico, menyinggung peristiwa Duta Besar Joel Poinsett yang memperkenalkan tanaman tersebut ke Amerika Serikat.

Kastuba, tanaman subtropis yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan Amerika Tengah, adalah tumbuhan perdu dengan tinggi mulai 60 cm hingga 4 meter. Daunnya berbentuk oval, berwarna hijau tua, panjang sekitar 7–16 cm.

Bunganya, yang disebut cyathia, bergerombol di ujung batang, tersusun dalam rangkaian dan tidak mempunyai daun mahkota, tetapi di bawahnya terdapat daun bagian atas (disebut braktea) yang berwarna merah tua, merah jambu, dan putih. Daun tanaman bagian atas yang berwarna menarik inilah yang sering disangka sebagai bunga.

Di luar habitat asalnya, tanaman ini dibudidayakan di dalam rumah kaca. Tanaman menyenangi sinar matahari pagi, tetapi senang keteduhan di saat hari mulai panas. Di negara beriklim sejuk, tanaman ini tidak tahan cuaca dingin di bawah 10 derajat celsius dan tidak sesuai untuk ditanam di luar ruangan.

Mengutip dari Wikipedia, Paul Ecke dari Encinitas California, dikenal sebagai penghasil varietas kastuba dan produknya memenuhi pasar bunga di seluruh dunia. Sejarahnya bermula dari ayahnya, Albert Ecke, yang hijrah ke Amerika, tepatnya Los Angeles, dari Jerman, pada 1900. Albert Ecke membuka peternakan dan kebun buah-buahan di wilayah Eagle Rock. Ia mulai jatuh cinta pada kastuba dan menjual tanaman itu di pinggir jalan.

Paul Ecke, anak Albert Ecke, mencoba mengembangkan teknik perbanyakannya dengan cara menyambung (grafting). Putranya, Paul Ecke Jr, mampu menyempurnakan teknik perbanyakan, sekaligus mampu membaca peluang pasar mengaitkannya dengan perayaan Natal.

Dari lebih 100 varietas yang ada, varietas dengan daun bagian atas berwarna merah menyala tua (varietas Freedom, Barbara Ecke Supreme, Mrs Paul Ecke, dan Angelica) disukai sebagai tanaman hias untuk menyambut perayaan Natal. Beberapa varietas yang kurang populer memiliki daun bagian atas berwarna merah jambu (Dorothe), putih, dan krem (Regina, Ecke's White). Selain itu juga terdapat varietas dengan daun berwarna oranye, hijau muda, dan campuran warna krem dan merah menyala.

Bisnis Keluarga Ecke itu kini dikomandani Paul Ecke III. Menghentikan memproduksi kastuba varietas baru, perusahaan keluarga itu masih menguasai 70 persen pasar domestik dan 50 persen pasar dunia.

Khasiat dan Manfaat kastuba

Suku bangsa Aztec secara tradisional memanfaatkan tanaman ini untuk memproduksi pewarna merah dan sebagai obat yang berkhasiat antipiretik.

Dalam bahasa Nahuatl, bahasa yang digunakan suku bangsa Aztec, tanaman ini disebut cuitlaxochitl, yang berarti "bunga yang tumbuh di kotoran" karena tanaman ini tumbuh di atas kotoran burung yang memakan bijinya. Masyarakat Meksiko dan Guatemala menyebutnya Flor de Noche Buena, yang berarti Christmas Eve Flower. Di Spanyol, tanaman ini disebut Flor de Pascua atau Pascua, yang berarti bunga Paskah.

Di Cile dan Peru, tanaman ini sangat dikenal dengan julukan Mahkota Andes. Sementara di Turki, tanaman ini disebut Ataturk's flower karena Mustafa Kemal Ataturk, pendiri Republik Turki, menyukai tanaman itu.

Di Hungaria, warga menyebutnya Santa Claus' Flower, dan dimanfaatkan secara luas sebagai dekorasi Natal.

Situs web National Tropical Botanical Garden, ntbg.org, menyebutkan selama abad ke 14-16, kastuba secara tradisional dimanfaatkan sebagai obat penurun demam.

Sidik Raharjo dalam buku Fungsi dan Khasiat Tanaman Obat terbitan Merapi Farma Herbal menyebutkan getah dan daun kastuba, yang juga disebut racunan di Indonesia ini, berkhasiat sebagai obat luka. 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home