Loading...
RELIGI
Penulis: Bayu Probo 17:36 WIB | Kamis, 20 Agustus 2015

Kematian Cucu Tiri Morgan Freeman Terkait Eksorsisme

Pengusiran roh jahat oleh Francis Borgia. Dilukis oleh Goya. (Sumber: wikipedia.org)

SATUHARAPAN.COM – Cucu tiri aktor senior Morgan Freeman tewas dalam serangan pisau di dekat rumahnya di Manhattan, terkait tindakan eksorsisme. Eksorsisme di masa modern Kristen dipertanyakan.

Pelaku, yang diidentifikasi oleh New York Post sebagai mantan pacarnya, berteriak “Keluar, setan! Aku mengusirmu keluar, setan! Dalam nama Yesus Kristus, aku mengusir setan keluar!” seraya menikam E’Dena Hines (33). Nenek E’Dena adalah istri pertama Freeman.

Meskipun tidak ada perincian lebih lanjut, orang menduga bahwa Lamar Davenport—yang dikenal memiliki riwayat menyalahgunakan alkohol dan obat-obatan—menderita sakit mental.

   Baca juga:

Freeman mengungkapkan dalam sebuah pernyataan, “Saya berterima kasih atas perhatian, cinta, dan dukungan luar biasa kepada keluarga saya, kejadian tragis dan meninggalnya cucu saya E’Dena Hines.”

Namun, tragedi itu menyoroti pertanyaan tidak nyaman bagi orang Kristen. Ini bukan satu-satunya kasus seseorang diserang dalam upaya untuk “mengusir setan” dalam diri mereka. Di Inggris, kasus yang mirip juga terjadi. Victoria Climbié dibunuh oleh bibinya dan pacarnya pada usia delapan. Juga, Kristy Bamu (15) tenggelam dalam bak mandi dalam praktik eksorsisme sepanjang hari. Ini menimbulkan kekhawatiran dan kritik dari pihak berwenang.

Dalam kasus-kasus ini, yang ada di balik serangan itu adalah kepercayaan, lazim di beberapa komunitas Afrika—dan diterima di beberapa gereja Pentakosta di Inggris—para korban adalah kindoki (orang yang dikendalikan setan, Red), penyihir, atau kerasukan setan.

Kita tidak tahu apa latar belakang serangan Manhattan itu. Mungkin pelaku telah dipengaruhi oleh Hollywood daripada oleh teologi atau ajaran gereja—misalnya film The Exorcist dan Rosemary’s Baby, mengajarkan generasi penggemar film tentang pandangan tertentu kerasukan roh jahat dan narasi film-film itu telah merasuki seluruh budaya.

Pada sisi lain, ada bagian dari gereja yang antusias memberitakan realitas setan dan kerasukan setan. Titik tolak mereka adalah Perjanjian Baru, tapi kadang-kadang mereka bertindak terlalu jauh. Aksi eksorsime itu sendiri tidak disertai dengan kekerasan fisik, tapi bisa jadi ada yang kebablasan. Di kebaktian kebangunan rohani di Lakeland pada 2008, misalnya, penginjil Todd Bentley akan mengusir roh-roh jahat yang merasuki jemaatnya dengan meninju dan menendang mereka.

Praktik-praktik itu secara tegas ditolak oleh praktisi eksorsisme serius yang disebut “pelayanan pembebasan”. Uskup Dominic Walker, Wakil Ketua Christian Deliverance Study Group dan penulis Kementerian Deliverance, mengatakan kepada Christian Today: “Tidak ada pembenaran apa pun untuk kekerasan atau serangan fisik saat melakukan pengusiran setan.”

“Pengusiran setan dalam Alkitab dilakukan oleh perintah lisan tanpa tindakan fisik. Kebanyakan pedoman pastoral menekankan perlunya untuk menghindari cedera pada penderita yang mungkin menjadi terganggu dan terluka selama pengusiran setan. Jadi, mereka yang hendak menerima pelayanan pelepasan dari roh jahat dapat duduk di kursi yang nyaman. Dan, yang hadir lainnya akan menjagai subjek. Namun, prinsipnya, mereka yang melaksanakan pelayanan tidak harus menggunakan kekerasan atau serangan fisik.”

Hanya, masalah utamanya adalah pertanyaan tentang apa yang sebenarnya dimaksud dengan “kerasukan”, keberadaan, dan sifat roh-roh jahat. Perjanjian Baru jelas mengacu pada Yesus “mengusir” setan, misalnya dalam kisah orang kerasukan roh-roh jahat bernama Legion (Mat. 8:28-34; Mrk. 5:1-20; Luk. 8:26-39). Namun, sifat dari roh-roh ini tidak pernah diungkapkan. Dan, ayat-ayat itu dibaca melintasi berabad-abad teologi dan mitos Kristen.

Walker mengatakan bahwa “ada dukungan alkitabiah dan sejarah untuk mengatakan bahwa seseorang dapat dikuasai roh jahat”. Hanya, ia menambahkan, di gereja-gereja Anglikan ada aturan ketat mengenai diagnosis dan pelayanan, sehingga pengusiran setan hanya dapat dilakukan oleh Imam yang disahkan oleh uskup dan kemudian hanya setelah ada nasihat medis—biasanya kejiwaan—dan dalam konteks yang aman.

Namun, ia mengatakan, “Pertanyaan teologis dan psikologis adalah apa yang dimaksud dengan ‘kerasukan oleh roh jahat’. Beberapa percaya bahwa seperti ‘kondisi dikendalikan’ oleh roh eksternal. Yang lain menganggap roh jahat mengganggu pikiran bawah sadar seseorang yang bermanifestasi dalam bentuk kerasukan.”

Seluruh wilayah pelayanan pembebasan penuh dengan bahaya untuk diwaspadai. Melakukan pendekatan pada kasus kerasukan tanpa kekritisan, refleksi yang mendalam dan persiapan, dapat menyebabkan penyalahgunaan mengerikan dan tragedi.

Ada fenomena umum, walau hanya tipuan. Misalnya, tergoda untuk menyalahkan kesalahan dan dosa-dosa kita pada agen eksternal. Jika kita diajarkan bahwa nafsu, keserakahan, kemalasan, atau temperamen buruk kita adalah hasil dari penindasan setan, kita mungkin kurang cenderung untuk mengambil tanggung jawab untuk itu. Jika suatu pelayanan Kristen menderita atau gereja gagal, akan lebih mudah untuk menyalahkan serangan oleh iblis daripada untuk dengan keras menyelidiki diri sendiri jangan-jangan ada yang salah.

Dan, pelayanan pembebasan yang tidak kritis juga bertanggung jawab atas pelanggaran spiritual. Pelayanan ini mungkin sekadar memproyeksikan ketakutan kita, rasa tidak aman dan prasangka ke orang lain, sehingga kita mulai melihat iblis sebagai fokus dari semua yang salah dalam hidup kita sendiri. Dengan memegang jenis teologi yang salah ini kejahatan kita menjadi inkarnasi dari si jahat, dan permusuhan terhadap itu menjadi kudus.

Dalam Gereja Anglikan Inggris, Walker menjelaskan, “walaupun peperangan rohani umum kita dengar, yang benar-benar dianggap kerasukan sangat langka”. Setiap kasus hati-hati diteliti dan eksorsisme hanya dilakukan dengan pengamanan yang tepat.

Akan sangat bodoh untuk menyangkal realitas roh jahat, mengingat kesaksian Alkitab dan pengalaman gereja selama berabad-abad. Tapi  bodoh juga, jika kita masuk arena ini tanpa berpikir, berdoa dan belajar—dan tanpa membuang segala sesuatu yang diajarkan Hollywood. (christiantoday.com)

Ikuti berita kami di Facebook


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home