Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Sotyati 13:25 WIB | Rabu, 25 Mei 2016

Kemiri, Sumber Minyak dan Rempah

Kemiri (Aleurites moluccana, (L) Willd.). (Foto: seedman.com)

SATUHARAPAN.COM –  Dalam dunia perdagangan antarnegara, kemiri dikenal sebagai candlenut, candleberry, atau Indian walnut. Pohonnya, disebut sebagai varnish tree atau kukui nut tree.

Wikipedia menyebutkan tumbuhan yang bernama ilmiah Aleurites moluccana, (L.) Willd. ini tidak diketahui dengan tepat asal-usulnya. Namun, mengutip dari ccrc.farmasi.ugm.ac.id, A Fauzi Romadhon dan editor Sarmoko dari Cancer Chemoprevention Research Center, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, menyebutkan kemiri adalah tumbuhan asli Indonesia. Tumbuhan ini bisa ditemui tersebar luas mulai dari India, daratan Tiongkok, Asia Tenggara, hingga Polinesia, dan Selandia Baru.

Kemiri adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Minyak yang diekstrak dari bijinya berguna dalam industri untuk bahan campuran cat. Secara tradisional, masyarakat di berbagai negara memanfaatkannya sebagai obat herbal.

Tumbuhan yang masih sekerabat dengan ketela pohon atau singkong, dan termasuk dalam suku Euphorbiaceae ini, adalah tumbuhan pohon, besar, dengan tinggi mencapai 40 m. Pepagannya (kulit kayu) berwarna abu-abu, sedikit kasar, berlentisel.

Dari kejauhan tajuk pohon ini tampak keputihan atau keperakan, karena daun muda, ranting, dan karangan bunganya dihiasi dengan rambut bintang yang rapat, pendek, dan berwarna perak mentega, seolah bertabur tepung. Daunnya tunggal, berseling, berwarna hijau tua. Helai daunnya hampir bundar, bundar telur, bundar telur lonjong atau bersegi tiga.

Bunganya berada dalam malai. Bunga-bunga berkelamin tunggal, putih, bertangkai pendek. Bunga-bunga betina berada di ujung malai payung tambahan, sedangkan bunga-bunga jantan yang lebih kecil dan mekar lebih dahulu berada di sekelilingnya, berjumlah lebih banyak.

Buahnya buah batu agak bulat telur gepeng, berwarna hijau zaitun di luar dengan rambut beledu, berdaging keputihan, tidak memecah, berbiji-2 atau 1. Biji bertempurung keras dan tebal, agak gepeng, hingga 3 cm × 3 cm; dengan keping biji keputihan, kaya akan minyak.

Di Indonesia, kemiri dikenal dengan banyak nama. Di antaranya, kembiri, gambiri, hambiri (Batak), kemili (Gayo), kereh (Aceh), kemiling (Lampung), buah kareh (buah keras, Minangkabau, Nias), kaminting (Banjarmasin, Dayak), muncang (Sunda); derekan, pidekan, miri (Jawa), kamere, komere, mere (Madura), kameri (Bali), kawilu (Sumba), sapiri (Makassar), sakete (Ternate), engas (Ambon), hagi (Buru).

Kemiri juga dikenal luas dengan nama kukui, nama yang biasa dipakai di Hawaii. Sementara, nama lain di daerah penyebarannya seperti dikutip dari situs earthmedicineinstitute.com adalah tuitui (Cook Islands; Tonga); lama (Samoa); ti’a’iri (Tahiti); ‘ama (Marquesas); tutu’i (Austral Islands); lauci (Fiji); kurup (Papua Nugini). Di Malaysia kemiri disebut buah keras dan di daratan Tiongkok kemiri disebut shi li.

Manfaat dan Khasiat Kemiri

Kemiri terutama ditanam untuk diambil bijinya. Di Jawa, kemiri adalah bumbu penting dalam masakan Indonesia dan masakan Malaysia.

Di Hawaii, mengutip dari earthmedicineinstitute.com, kemiri dibakar dan dicampur dengan pasta dan garam untuk membuat bumbu masak utama makanan tradisional Hawaii yang disebut inamona.

Beberapa bagian dari tanaman ini, dikutip dari Wikipedia, sudah digunakan sebagai obat-obatan tradisional di daerah-daerah pedalaman. Minyaknya digunakan sebagai bahan tambahan dalam perawatan rambut, untuk menyuburkan rambut. Bijinya dapat digunakan sebagai obat.

Dr A Seno Sastroamidjojo dalam bukunya, Obat Asli Indonesia, menyebutkan bijinya dibakar dengan arang, lalu dioleskan di sekitar pusar untuk obat  sembelit. Di Minahasa, bijinya yang direbus dengan bubur, juga dimanfaatkan untuk obat sakit perut. Di Jawa, kulit batangnya digunakan untuk mengobati diare atau disentri.

Tidak banyak diketahui orang, biji kemiri mengandung bahan beracun. Karena itu sangat tidak dianjurkan mengonsumsi biji kemiri mentah. Penggunaan kemiri harus diawali dengan menyangrai (memanaskan tanpa minyak atau air) hingga biji hangat. Pemanasan akan menguraikan toksin.

Minyak kemiri terutama mengandung asam oleostearat. Minyak yang lekas mengering ini, seperti dapat dibaca di Wikipedia, biasa digunakan untuk mengawetkan kayu, sebagai pernis atau cat, melapis kertas agar anti-air, bahan sabun, bahan campuran isolasi, dan pengganti karet.

Inti biji kemiri mengandung 60–66 persen minyak. Di Hawaii, pada masa kuno, kemiri  dibakar untuk menghasilkan cahaya. Di Tonga, sampai sekarang, kemiri yang sudah matang dijadikan pasta (tukilamulamu), dan digunakan sebagai sabun dan shampoo.

Pemanfaatan kemiri juga meliputi kayunya. Kayu kemiri dapat digunakan untuk membuat perabotan rumah tangga. Kayu kemiri juga dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan produk kerajinan tangan. Di Hawaii, kayu kemiri kadang-kadang digunakan untuk membuat sampan sederhana.

Kemiri umumnya ditanam untuk tanaman penghijauan atau tanaman pagar. Umumnya,  masing-masing pohon akan menghasilkan sekitar 30–80 kg kacang kemiri, dan sekitar 15 sampai 20 persen dari berat tersebut merupakan minyak.

Beberapa tahun lalu, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri mengembangkan kemiri jenis Aleurites trisperma, yang dikenal dengan nama kemiri sunan di beberapa tempat, untuk digunakan sebagai bahan bakar nabati (BBN) dan sumber biodiesel. Pengembangan tanaman kemiri sunan menjadi upaya pemerintah untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan bakar minyak (BBM).

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home