Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Sotyati 10:06 WIB | Jumat, 29 Desember 2017

Kemukus, Para Ahli Menggali Potensinya sebagai Antikanker

Kemukus (Piper cubeba, L.). (Foto: Useful Tropical Plants)

SATUHARAPAN.COM – Ada yang menyebut tumbuhan ini kemukus, ada juga yang menyebutnya lada jawa. Karena sering dijual dalam bentuk buah kering yang masih memiliki tangkai, kemukus disebut juga merica berekor (tailed pepper).

Buah kemukus kering, mengutip dari Wikipedia, digunakan sebagai bumbu rempah dalam masakan, terutama masakan Indonesia. Kegunaan lain, di belahan dunia Barat, adalah sebagai penguat rasa pada gin dan rokok. Namun, kegunaan penting kemukus adalah sebagai bahan farmakope dan sumber minyak atsiri (oleum cubebae).

Buku Obat Asli Indonesia: Daftar Tumbuh-tumbuhan sebagai Bahan-bahan Obat Asli Indonesia karya Dr A Seno Sastroamidjojo (Dian Rakyat, 1967), menyebutkan kemukus sejak lama dimanfaatkan sebagian masyarakat sebagai obat pada radang selaput lendir, obat asma, obat disentri dan penyakit perut lain, serta obat gonorrhoea.

Kemukus, dikutip dari ejurnal.litbang.pertanian.go.id, merupakan salah satu jenis tanaman obat yang sangat banyak kegunaannya, sehingga dibutuhkan oleh industri obat tradisional. Buah kemukus berkhasiat untuk obat pada penyakit gonorrhoea, penyakit kelamin, bronkhitis, disentri, radang selaput lendir saluran kemih, penyakit perut, dan obat mencret.

Buah kemukus digunakan pula dalam ramuan obat sesak napas, menghilangkan bau mulut, peluruh dahak, peluruh air seni, kencing bernanah, penyakit gula dan penghangat badan (Aliadi et al., 1996). Selain itu juga merupakan rempah-rempah sebagai pengharum dan penyedap masakan.

Hasil penelitian Hadi Kardoko dan Maria Eleison, “Pemanfaatan Ekstrak Buah Kemukus (Piper cubeba, L.F) sebagai Analgetika”, yang dimuat dalam Buletin Penalaran Mahasiswa 1999, VI(1), seperti dikutip dari i-lib.ugm.ac.id, membuktikan buah kemukus mempunyai efek analgetilka.

Pemerian Botani Kemukus

Kemukus, yang memiliki nama ilmiah Piper cubeba, L., adalah tanaman yang tergolong dalam genus Piper, yang ditanam untuk diambil buah dan minyak atsirinya.

Tumbuhan perdu merambat ini tumbuh liar di hutan-hutan atau ditanam di antara kebun kopi atau kakao.

Karena berasal dan banyak ditanam di Jawa dan Sumatera, tumbuhan ini disebut juga lada jawa atau cabe jawa (Java pepper), meskipun cabe jawa adalah nama bagi rempah lain yang masih satu genus (marga), yakni Piper retrofractum dan Piper longum. Dari Asia, kemukus menyebar ke Eropa dibawa oleh pedagang Arab.

Kemukus, mengutip dari Wikipedia, menyebar ke Tiongkok dari Kerajaan Sriwijaya pada masa Dinasti Tang. Di Tiongkok, kemukus menjadi komoditas perdagangan penting, termasuk dalam aktivitas perdgangan dengan India, yang menyebut kemukus dengan kabab chini, yang artinya "Chinese cubeb". Sementara di Tiongkok sendiri, rempah ini disebut vilenga, atau vidanga. Namun, berdasarkan penelusuran sejarah tidak ditemukan bukti yang memperlihatkan kemukus dimanfaatkan dalam kuliner Tiongkok.

Mengutip dari buku Obat Asli Indonesia: Daftar Tumbuh-tumbuhan sebagai Bahan-bahan Obat Asli Indonesia karya Dr A Seno Sastroamidjojo, buah kemukus terdapat di ujung, berbau manis.

Kemukus dikenal juga dengan nama lokal temukus, rinu, kamokos, marica buntut, rinu katuncar. Dalam dunia perdagangan, kemukus dikenal dengan nama cubeb. Nama itu, seperti dikutip dari Wikipedia, diambil dari bahasa Arab kababa.   

Mengutip dari ejurnal.litbang.pertanian.go.id, di Amerika Serikat kemukus digunakan dalam membuat sigaret untuk obat asma (Abisono, 1970). Hasil penelitian De Jong, seperti dikutip Abisono (1970), menyebutkan bahwa buah kemukus mengandung 10 – 20 persen minyak atsiri, sedangkan buah kemukus lokal terutama yang berasal dari Jawa Tengah hanya mengandung 6,51 persen minyak atsiri (Rusli dan Sopandi, 1981).

Rendahnya kandungan minyak atsiri kemukus lokal ini mungkin disebabkan oleh faktor genetis dan cara budidaya yang masih tradisional. Walaupun demikian, pangsa pasar buah kemukus lokal cukup tinggi dan harga jualnya berkisar Rp25.000 - Rp30.000/kg buah kering.

Menggali Potensi sebagai Antikanker

Drs Wahyono, SU, Apt, pada saat menempuh ujian program doktor, 29 November 2005, di Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, menyebutkan meskipun saat ini obat modern lazim digunakan, masih banyak penduduk Indonesia yang menggunakan jamu. Dikutip dari ugm.ac.id, ia memperkirakan 70 – 80 persen penduduk Indonesia menggunakan jamu.

Banyak jamu digunakan sebagai pencegahan daripada untuk penyembuhan penyakit serta untuk menjaga kesehatan. Selain itu, jamu digunakan pula untuk kecantikan, mengurangi berat badan, mempertahankan stamina serta penambah nafsu makan.

Salah satu di antaranya, banyak penduduk Indonesia memilih menggunakan jamu antiasma karena harganya relatif murah. Buah kemukus merupakan salah satu penyusun dari jamu yang digunakan untuk mengatasi asma atau masalah gangguan pernapasan.

Kenyataan itu yang mendasari Wahyono mengangkat buah kemukus sebagai bahan penelitiannya.

Studi Wahyono menyebutkan kemukus adalah tanaman tropis yang mudah tumbuh di Indonesia. Penduduk Indonesia menggunakan buah ini sebagai antiasma, namun khasiatnya belum sempurna diuji. Penelitian awal yang dilakukan Wahyono menunjukkan ekstrak n-heksana dan alkohol dari buah kemukus mengurangi kontraksi trakea marmot terisolasi yang disebabkan oleh pemberian metakolina.

Yang menarik adanya senyawa aktif dalam ekstrak. Wahyono mengarahkan penelitiannya untuk mengisolasi dan menentukan struktur senyawa yang berkhasiat trakeospasmolitik serta kemungkinan khasiat antiradang, menguji adanya senyawa trakeospasmolitik dalam jamu dan infusa serta kemungkinan adanya senyawa aktif daun Piper cubeba.

Dari disertasi berjudul “Isolasi dan Penentuan Struktur Senyawa yang Berpengaruh Trakeospasmolitik dari Buah Piper cubeba L.f serta Kemungkinan Khasiatnya sebagai Antiradang”, promovendus berharap penelitiannya banyak memberi manfaat. Dapat menjadi acuan dalam menetukan langkah-langkah strategis dalam menemukan senyawa yang berkhasiat trakeospasmolitik yang berpedoman pada “bioassay guided isolation process”.

Staf pengajar pada Fakultas Farmasi itu juga berharap mampu memberi wawasan kepada masyarakat pengguna jamu terutama untuk sesak napas, bahwa di dalam kemukus ada senyawa-senyawa yang membantu melonggarkan jalan napas yaitu kubebin, epikubebin, dan dihydrokubebin. Kubebin, ia menambahkan, berkhasiat juga sebagai antiradang yang membantu mengatasi masalah yang menyangkut asma.

Pada 2008, Padmi Anggrianti, dari Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, seperti dikutip dari eprints.ums.ac.id, menyebutkan keanekaragaman hayati di Indonesia sangat berpotensi dalam penemuan senyawa baru yang berkhasiat sebagai antikanker, salah satunya tanaman yang digunakan adalah genus Piper. Spesies-spesies tanaman piper banyak digunakan pada pengobatan seperti Piper longum, Piper nigrum L., Piper cubeba L., Piper retrofractum Vahl., dan Piper betle L.

Komponen yang menimbulkan efek toksik pada tanaman piper adalah piperin. Piperin digunakan pada pengobatan colic, diarrhoea, cholera, scarlatina, chronic gonorrhoea dan tinea capitis (Felter dan Lioyd, 1898).

Piperin juga digunakan dalam pengobatan tradisional dan sebagai insektisida (Anonima, 2007).

Piperidin yang terdapat dalam piperin merupakan salah satu senyawa yang memiliki aktivitas sebagai antikanker (Kintzios and Barberaki, 2003). Pada saat ini, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa tanaman piper dapat digunakan sebagai obat antikanker.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home