Loading...
ANALISIS
Penulis: Yan Christian Warinussy 00:00 WIB | Senin, 07 November 2016

Kerusuhan Manokwari: Untold Story

MANOKWARI, SATUHARAPAN.COM - Kasus dugaan pelanggaran HAM yang berat di Manokwari yang terjadi pada 26 dan 27 Oktober lalu masih menyisakan banyak pertanyaan. Peristiwa itu harus diusut tuntas dan tak boleh terulang lagi.

Apa yang kini disebut sebagai Kerusuhan Manokwari, dalam bentuk terjadinya penembakan terhadap sejumlah warga sipil pada hari Rabu, 26 Oktober 2016 sekitar pukul 23:30 wit dan Kamis, 27 Oktober 2016 sekitar jam 10:00 wit,  berdasarkan investigasi Tim LP3BH Manokwari tidak berdiri sendiri. Sebenarnya sudah berawal dari kasus kriminal yang terjadi pada hari Sabtu, 22 Oktober 2016 sekitar pukul 10:30 wit.

Kejadiannya adalah pada hari Sabtu, 22/10 sekitar jam 10:00 wit,  terjadi penikaman dengan sebilah pisau yang diduga dilakukan oleh seorang oknum warga Sanggeng yang identitasnya belum diketahui. Dia diduga keras telah menikam seorang pengojek (tukang ojek) bernama Mardiono (dari namanya diduga korban berasal dari Pulau Jawa) dan mengenai bagian punggungnya. Peristiwa penikaman terjadi di depan Primer Koperasi TNI Angkatan Laut, Jalan Yos Sudarso-Sanggeng-Manokwari.

Akibatnya, rekan-rekan Mardiono sesama pejasa ojek tidak terima dan mereka berkumpul untuk mengatur rencana guna mendesak pihak kepolisian agar memproses kasus yang menimpa rekannya tersebut secara hukum. Ternyata ada pihak tidak bertanggung-jawab yang meneruskan infromasi ini secara tidak utuh dan terkesan diputar balikkan faktanya kepada warga Sanggeng. Lalu warga mendatangi para pejasa ojek yang tengah berkumpul tersebut untuk "menyerang" dengan melempari dengan batu dan botol maupun potongan kayu. Akibatnya terjadi perlawanan yang berbuntut pada aksi saling lempar-melempar.

Keributan ini akhirnya dapat diamankan dan dikendalikan oleh aparat keamanan dari Polres Manokwari di bawah pimpinan Kapolres, AKBP Christian Rony Putra, bahkan kedua kubu yang bertikai dapat dipertemukan di Ruang Data Polres Manokwari. Hasilnya kedua belah pihak bersepakat untuk berdamai dan melakukan langkah-langkah secara persuasif, sehingga suasana kota Manokwari kembali kondusif dan sejumlah aktivitas ekenomi seperti toko, kios dan warga dapat beraktivitas kembali secara normal.

Pada hari Senin, 24 Oktober dan Selasa 25 Oktober 2016 suasana Kota Manokwari aman dan tidak tampak adanya sesuatu hal apapun yang menonjol hingga tiba pada hari Rabu, 26 Oktober 2016 yang merupakan Hari Ulang Tahun Gereja Kristen Injili (GKI) Di Tanah Papua yang ke-60 dan telah ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Papua maupun Papua Barat sebagai Hari Libur Resmi.

Sepanjang hari itu (Rabu,26/10) sejak pagi hingga sore hari kegiatan berjalan normal, pada pagi hari hingga tengah hari sejumlah aktivitas ekonomi tidak berjalan, seperti toko dan supermarket/swalayan tidak buka, juga kantor-kantor pemerintah, swasta, BUMN/BUMN serta bank-bank maupun sekolah-sekolah dan perguruan tinggi tutup dan libur, juga kantor LP3BH Manokwari libur sehari.

Pada malam sekitar jam 19:00 wit, saya masih sempat pergi ke kantor LP3BH di Fanindi Bengkel Tan dari rumah kediaman saya di Swafen yang berjarak sekitar 3 kilometer mengendarai ojek dengan aman dan tenteram.

Di Kantor LP3BH, saya membuka internet dan mengecek informasi di website maupun e-mail dan sekitar jam 20:00 wit, saya menelpon supir saya untuk datang menjemput saya kembali ke rumah. Semuanya berjalan normal dan aman.

Tusukan Pisau

Sekitar jam 23:00 wit, isteri saya setelah menerima telpon dari adiknya, memberitahukan bahwa ada seorang anak muda bernama Vijay Paus paus, ayahnya bernama Abdulah Paus paus (warga sipil di Sanggeng-Manokwari asli Kabupaten Fakfak), telah ditikam oleh 2 (dua) orang warga asal Bugis Makassar di sebuha warung makan nasi kuning dekat Pompa Bensin milik M.Simanjuntak (seorang pengusaha asal suku Batak-Sumatera Utara).

Menurut data yang dihimpun Tim LP3BH, pada saat itu, Vijay Paus-paus datang ke warung nasi kuning untuk membeli nasi. Dia membeli nasi, tapi waktu hendak membayar ternyata uangnya kurang, jadi dia hendak menaruh hpnya sebagai jaminan pada si pemilik warung tersebut dan dia akan kembali ke rumah mengambil uang.

Tapi rupanya saat dia hendak naik sepeda motornya, dia didatangi 2 (dua) orang lain yang diduga warga asal Bugis Makassar dan berkata : "kamu kalau makan itu harus bayar", dan Vijay mengatakan : "iya kawan, tapi saya punya uang kurang, jadi sa ada kasi sa pu hp jadi jaminan dan sa mau pergi ambil uang dulu."

Jawaban Vijay justru dijawab dengan tusukan pisau ke arah bagian belakang tubuhnya dan dia langsung berteriak dan lari minta tolong, sedangkan kedua pelaku penikamannya kabur.

Ayah Vijay, yaitu pak Abdullah Paus-paus yang datang menyusul anaknya ke lokasi sambil membawa uang, ternyata mendapat informasi bahwa anaknya sudah ditikam dan  dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Manokwari. Ayahnya marah dan sempat bertemu si pelaku penikaman yang ternyata masih berkeliaran di sekitar lokasi dan sempat terjadi adu mulut dan saling serang dengan batu dan pisau, tapi dilerai oleh aparat polisi dan pelaku langsung kabur.

Rupanya informasi mengenai penusukan atas diri Vijay tersebut dengan cepat menyebar ke warga Sanggeng dan sekitarnya, sehingga warga keluar dan melakukan aksi palang di beberapa bagian dari jalan Yos Sudarso dan juga aksi bakar ban mobil, sehingga menyebabkan lalu lintas kendaraan terganggu dan Kapolres Manokwari dengan di back-up personil polisi dan Brimob dari Polda Papua turun ke lokasi untuk melakukan tindakan pengamanan.

Kurang lebih 30 menit kemudian kami mendengar bunyi suara tembakan senjata api dari arah lokasi kejadian perkara tadi (TKP) dan juga dari arah Pasar Sentral; Sanggeng dan Bank Papua. Beberapa saat kemudian, kami mendengar info by phone dari keluarga istri saya bahwa akibat tembakan senjata api tadi, ada jatuh korban yaitu saudara Onesimus Rumayom (45) dan tewas. Sedangkan ada korban lain yang juga tertembak yaitu Erikson Inggabouw Yomaki (25) dan Martinus Urbinas (44). Para korban telah dilarikan ke Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Dr.Azhar Zahir - Biryosi-Manokwari.

Istri saya, Merry Wambrauw-Warinussy, sempat mengendarai sepeda motor dari rumah kami di Swafen menuju ke Sanggeng di rumah orang tuanya, guna mengecek kebenaran informasi tersebut. Sekitar jam 02:00 wit dinihari (kamis, 27/10) istri saya kembali ke rumah dengan informasi bahwa benar Onesimus Rumayom diduga keras telah mengalami penembakan dengan peluru tajam oleh anggota Polisi dari arah Bank Papua di Jalan Yos Sudarso tepatnya di depan pos polisi Sanggeng dan mengenai kakinya sebelah kanan dan mengeluarkan banyak darah.

Keterangan Saksi-saksi

Salah satu saksi berinisial MR (63) berkata : "saya berdiri di situ di depan Toko Sanggeng dan dalam jarak dekat sekali saya melihat korban seperti tersentak dan memegang paha kanannya dan saya melihat darah semprot seperti air saja", dan korban ditolong beberapa warga terus di bawa ke RSAL Azhar Zahir.

Informasi lain bahwa pada saat kejadian diatas, ada sekelompok besar warga asal Bugis Makassar dari Kompleks Kampung Makassar di Wosi-Manokwari sempat berjalan beriringan dengan membawa senjata tajam seperti pisau badik, golok, belati bahkan samurai serta panah wayar dan mendatangi kompleks Sanggeng melintasi Jalan Yos Sudarso ke arah Pompa Bensin Milik M.Simatupang di Biryosi.

Seorang tokoh masyarakat berinisial PM menjelaskan kepada TIM LP3BH dan KOMNAS HAM Papua bahwa dirinya melihat sendiri dengan berkata :..." bapak-bapak dan ibu coba lihat, saya lihat dengan mata kepala sendiri, ini orang-orang Makassar jalan di belakang bawa pedang samurai, badik, parang/golok dan panah wayar lalu mereka menyerang saudara-saudara saya warga Sanggeng dan di depan orang Makassar tersebut ada anggota polisi dan Brimob yang justru berkata maju, maju maju". "Ini bagaimana ini, polisi dan Brimob sebagai aparat kok tidak berdiri di tengah tapi menyuruh dan mendukung orang Makassar dan menyerang kami OAP?"

Saksi lain berinisila R (anak kandung alam.OR) mengatakan : "saya dengar bahwa korban yang adalah ayah kandung saya kena tembak, maka saya segera menyusul Jalan Yos Sudarso dan di tempat dimana tadi ayah saya tertembak, saya melihat begitu banyak darah berceceran, kemudian karena warga mengatakan ayah saya sudah dibawa ke RSAL, maka saya menyusul kesana dan saya lihat dokter sedang berusaha memompa dada ayah, tapi ayah sudah tidak bergerak lagi dan saya meraba tubuhnya, ternyata dingin, berarti ayah sudah meninggal dunia".

LP3BH masih akan melakukan wawancara dengan sekitar 3 (tiga) orang saksi lain yang melihat saat korban OR tertembak dan jatuh tepat di belakang mereka dan merekalah yang menolong mengantarkan korban ke RSAL.

Korban lain adalah Agustinus Wakum (17) seorang pelajar SLTA beralamat di Jalan Serayu - Sanggeng, dia diduga tertembak pada lengan kanan ada 2 (dua) titik bekas tembakan. Lokasi kejadian di depan Pos Polisi Sanggeng-Manokwari.

Dia setelah tertembak langsung pulang ke rumah dan karena takut kepada ayahnya, dia tidak memberitahukan peristiwa yang dialaminya. Barulah keesokan harinya (Kamis, 27/10) sekitar jam 10:00 wit, ketika hendak ke sekolah bekas lukanya mengalami perdarahan dan dia hampir pingsan, baru diantar oleh orang tuanya ke RSAL untuk mendapatkan perawatan.

Korban lain adalah Ruben Eppa (32) warga Jalan Serayu Sanggeng-Manokwari. Eppa diduga juga terkena tembakan senjata api aparat polisi pada malam Rabu, 26/10 dan mengenai lingkar pinggang belakangnya. Dia diduga terkena tembakan senjkata api di depan Pos Polisi Sanggeng-Manokwari.

Korban lain adalah Erikson (Erik) Inggabou Yomaki (25) warga Jalan Ciliwung - Sanggeng - Manokwari. Erik diduga tertembak juga oleh senjata api apara polisi dan tepat mengenai bagian bawah dagu dan lehernya. Dia diduga tertembak di depan Toko Sanggeng, Jalan Yos Sudarso - Manokwari.

Korban lain adalah Martinus Urbinas (44), warga Jalan Serayu Sanggeng-Manokwari yang diduga terkena tembakan pada pergelangan tangan kirinya dan diduga tertembak di depan Pos Polisi Sanggeng Jalan Yos Sudarso-Manokwari.

Lalu juga Paskal Mayor Sroyer (19) warga Biryosi-Manokwari yang diduga terkena tembakan senjata api aparat polisi dan mengenai bagian paha kanannya dan dia dirawat di RSAL Manokwari. Paskal diduga tertembak di depan Toko Sanggeng-Manokwari.

Dengan demikian berdasarkan data LP3BH, pada malam kejadian Rabu, 26/10 sekitar jam 23:00 wit hingga 23:30 wit tersebut, diduga ada 6 (enam) korban luka tembak, dimana 5 mengalami luka tembak dan dilarikan dari Jalan Yos Sudarso ke RSAL Dr.Azhar Zahir yang berjarak sekitar 500 meter tersebut. Mereka adalah 1.Erikson Inggabou Yomaki (25), 2.Martinus Urbinas (25), (3).Ruben Eppa (32), (4).Paskal Mayor Sroyer (19),  dan Agustinus Wakum (17).  

Sedangkan 1 (satu) korban lain atas nama Onesimus Rumayom (45) langsung meninggal dunia, diduga keras karena kehabisan darah dan lambat memperoleh pertolongan medis.

Operasi Penyisiran

Selanjutnya hari Kamis, 27/10/2016 sekitar jam 10:00 wit, LP3BH mendapat laporan bahwa aparat Brimob dan Polisi dari Polda Papua Barat serta Polres Manokwari di bawah pimpinan Kapolres Manokwari, AKBP Christian Roni Putra dan Kepala Satuan (Kasat) Brimob Polda Papua Barat, Kombes Pol Desman Tarigan akan melakukan operasi penyisiran ke dalam kompleks Sanggeng-Manokwari, guna mencari "oknum perusuh" peristiwa semalam.

Tim LP3BH sempat mendatangi lokasi Sanggeng-Manokwari dan mendapat informasi bahwa Bapak Obed Arik Ayok Rumbruren (mantan anggota DPR Papua Barat/Tokoh Pemekaran Provinsi Papua Barat/Anggota Tim 315/Ketua Pemuda Arfak Meikessa/Tokoh Suku Besar Pedalaman Arfak di Manokwari) dianiaya bersama dengan anaknya yang bernama Anthonius H.Rumbruren (25).

Pelaku penganiayaan diduga keras adalah beberapa oknum anggota Brimob Polda Papua Barat, dan penganiayaan terjadi di depan mata Kapolres Manokwari dan Kasat Brimob Polda Papua Barat. Lokasi kejadian di Jalan Ciliwung (depan Gedung Gereja GKI Sion) Sanggeng-Manokwari.

Rupanya Obed Arik Ayok Rumbruren (63) mendatangi lokasi kejadian atas permintaan dari Kapolda Papua Barat Brigjen Pol.Royke Lumowa dan Wakapolda, Kombes Pol.Drs Pietrus Waine, SH.MH, guna membantu menenangkan warga Sanggeng agar tidak melakukan penyerangan terhadap aparat keamanan. Tapi nahas baginya, karena dia dan anaknya justru dipukul, ditendang dan dianiaya secara tragis oleh aparat keamanan dari Brimob Polda Papua, hingga anaknya Anhonius sempat dirawat di RSAL Manokwari juga.

Pada saat itu, Tim LP3BH juga memperoleh informasi lain dari warga bahwa seorang warga atas nama Orgenes Asaribab terkena tembakan senjata api yang diduga berasal dari aparat Brimob Polda Papua Barat dan mengenai pelipis dan paha kaki kirinya dan dievakuasi oleh warga ke RSAL dan mendapatkan perawatan. Dia diduga tertembak di Jalan Ciliwung-Sanggeng-Manokwari pada hari Kamis,27/10 sekitar jam 10:00 wit.

Dalam operasi tersebut, aparat Polisi dan Brimob Polda Papua Barat dan Polres Manokwari juga diduga keras telah melakukan tindakan memasuki rumah warga Sanggeng bermarga Suabey di Jalan Ciliwung dan secara membabi buta menyerang dan memukul sejumlah penghuni rumah tersebut.

Termasuk seorang warga atas nama Kiki Suabey (35) mengalami penganiayaan dengan ditendang dan dipukuli pada sekujur tubuhnya hingga harus dievakuasi juga ke RSAL Manokwari, guna mendapat perawatan.

Jadi pada hari kamis, 27/10/2016 sekitar pukul 10:00 wit, terjadi peristiwa "penyerangan" dan "penembakan" yang diduga dilakukan oleh aparat keamanan dari Polres Manokwari, Polda Papua Barat dan Brimob Polda Papua Barat di sekitar Jalan Ciliwung-Sanggeng-Manokwari, tepatnya di depan Gereja GKI Sion Sagggeng-Manokwari.

Akibatnya jatuh korban pada warga sipil : 1 (satu) orang tertembak atas nama Orgenes Asaribab (40), 3 (tiga) orang dianiaya yaitu Kiki Suabey (35), Obed Arik Ayok Rumbruren (63) dan Anthonius H.Rumbruren (24).

Masih ada sejumlah warga yang mengalami penganiayaan saat itu, tapi mereka takut dan belum berani melaporkan kasusnya kepada TIm LP3BH hingga saat ini.

Korban Lainnya

Disamping itu, pada Rabu (26/10) pukul 23:00 wit, rupanya ada sekitar 3 (tiga) orang warga sipil lainnya yang sempat ditangkap dan disiksa atau dianiaya secara sadis dan brutal oleh sejumlah oknum anggota Polisi dari Polres Manokwari di depan Kantor Pos dan Giro, Sanggeng-Manokwari.

Mereka kemudian dibawa dan ditahan di ruang tahanan Polres Manokwari dengan tanpa adanya surat penangkapan atau penahanan, diantaranya salah satu yang sudah dilepas bernama Dominggus Rumayom (30), warga Jalan Serayu-Sanggeng-Manokwari.

DR menuturkan kepada Tim LP3BH dan KOMNAS HAM Perwakilan Perwakilan Propinsi Papua bahwa dia malam itu (Rabu,26/10) sekitar jam 20:00 wit pergi dari rumahnya di Sanggeng ke Borarsi pantai (Angrem) berjarak sekitar 3 kilometer untuk memberi makan ternak babinya.

Dia sama sekali tidak mengetahui peristiwa yang menimpa Vijay Paus-paus dan keributan susulan setelah itu, tapi ketika dia kembali menuju rumah dengan mengendarai sepeda motor dan sewaktu melintas di depan Kantor Pos dan Giro Sanggeng, dia dicegat oleh beberapa anggota polisi dan menanyakan : "hey kau siapa? kau dari mana? kau ini yang provokator masalah ya?".

Mendengar pertanyaan-pertanyaan yang bertubi-tubi dan tidak dipahamianya itu, DR sempat mengatakan :..."maaf bapak-bapak, saya ini tidak tahu masalah yang bapak bilang tadi, saya baru pulang kasi makan saya punya ternak babi di Borarsi".

Tapi jawaban DR tidak digubris oleh oknum-oknum aparat polisi tersebut yang langsung menyerang dan menganiayanya secara brutal dan sadis hingga DR terjatuh dari motornya ke badan jalan dan terus saja dianiaya dan diangkat lalu dilemparkan tubuh DR ke atas truk polisi yang sedang parkir di TKP tersebut.

Menurut keterangan DR kepada Tim LP3BH dan KOMNAS HAM Perwakilan Propinsi Papua, Jum'at (28/10) bahwa ada 2 temannya yang juga masih ditahan di Sel Polres Manokwari, salah satunya bermarga Maryen, tapi yang satunya lagi dia lupa nama dan marganya, dua-duanya Orang Asli Papua (OAP).

DR menerangkan bahwa dia dilepas oleh polisi atas desakan saudara-saudaranya yang datang bertemu Kapolda Papua Barat, Brigjen Pol Royke Lumowa di RSAL pada Kamis, 27/10 dan mendesak agar adik mereka yaitu DR segera dilepas sebelum jenasah bapaknya yaitu alm.OR diusung ke rumah kediamannya. Sehingga Kapolda memerintahkan DR dilepas.

Dengan demikian LP3BH mendapatkan data bahwa dalam peristiwa hari Rabu, 26 Oktober dan Kamis, 27 Oktober 2016 tersebut jatuh korban di pihak warga sipil : Luka tembak dan mati 1 orang, luka tembak dan dirawat inap 6 orang, luka penganiayaan dan dirawat 3 orang, serta korban salah tangkap dan dianiaya 1 orang.

LP3BH juga mendapat informasi bahwa ada Danramil Manokwari yang dianiaya, tapi siapa pelakunya dan jam berapa dan kapan kejadiannya belum jelas.

Yan Christian Warinussy adalah Sekretaris Komisi HAM dan KPKC pada Badan Pekerja Klasis GKI Manokwari, advokat dan Pembela HAM di Tanah Papua,  Direktur Eksekutif LP3BH Manokwari dan peraih Penghargaan Internasional di Bidang HAM "John Humphrey Freedom Award" Tahun 2005 dari Kanada.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home