Loading...
INDONESIA
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 13:23 WIB | Senin, 03 Februari 2014

Konser Amal Singing Toilet: Sanitasi untuk Sinabung

Konser Amal Singing Toilet: Sanitasi untuk Sinabung
Rara dari Banda Neira; Alex Sihar, Sekum Pengurus Harian Dewan Kesenian Jakarta; Muhamad Istiqomah, vokalis Payung Teduh; Naya Anindita, relawan bagi pengungsi erupsi G. Sinabung. (Foto-foto: Diah Anggraeni)
Konser Amal Singing Toilet: Sanitasi untuk Sinabung
Bantuan dari konser untuk pengungsi erupsi G. Sinabung.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) bersama Payung Teduh, Float, White Shoes and The Couples Company, Banda Neira, Bonita and the Hus Band, Dik dan Kandank Jurank Doank, Endah n Rhesa, Glenn Fredly, Sigmun, Altjaru dan Trax FM Jakarta menggelar konser amal pertama di Jakarta untuk korban erupsi Gunung Sinabung yang diadakan pada Minggu (2/2) di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki.

Pada acara itu, tiket masuk seharga Rp 100.000 didonasikan untuk korban erupsi di Sinabung dan penonton juga diajak untuk menyumbangkan pakaian bekas, pembalut, dan popok sekali pakai.

Di lobi Graha Bhakti Budaya, gerai merchandise dari pengisi acara dan 10 gerai barang-barang kerajinan tangan dari Komunitas Craft Day juga akan menyumbangkan 30 persen hasil penjualannya untuk korban erupsi Sinabung.

Konser untuk Sanitasi

Konser amal bertajuk "Singing Toilet: Sanitasi untuk Sinabung" itu bertujuan mengajak masyarakat luas, khususnya Jakarta,  menyisihkan sebagian uang mereka untuk membantu pengungsi letusan Gunung Sinabung. Keseluruhan hasil donasi akan disumbangkan untuk pembuatan sanitasi di tempat-tempat pengungsian.

Is, vokalis Payung Teduh yang juga salah satu penggagas konser amal itu, mengungkapkan terbentuknya konser itu berawal dari pesan singkat. Ia mengajak beberapa rekannya untuk ikut bergabung. Hingga Minggu (2/2) siang masih banyak musisi yang ingin ikut serta dalam konser amal itu, namun keterbatasan waktu yang membuat dia membatasi hanya beberapa musisi yang bisa mengisi acara.

Sanitasi yang buruk, membuat Naya Anindita, relawan yang sejak September 2013 berada di tempat pengungsian, terpacu untuk membuat sanitasi yang lebih baik bagi pengungsi. Dia menyatakan bahwa lima toilet diakses untuk kurang lebih 1.000 orang dengan dinding yang terbuat dari terpal yang rentan oleh angin.

“Jadi bantuan makanan seperti beras, mie instan, itu numpuk bahkan hingga berkutu dan tidak bisa dimakan,” kata dia kepada para wartawan. “Akhirnya saya berpikir kira-kira apa yang bisa saya bantu yang lebih sustainable. Lalu kami merencanakan untuk membangun toilet dulu karena kami ingat waktu itu di sana toilet itu parah banget.”

Erupsi Gunung Sinabung

Gunung Sinabung yang terletak di Dataran Tinggi Karo, Sumatera Utara terus meletus sejak letusan besar pertama yangterjadi pada 2010. Badan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mengumumkan peningkatan status Gunung Sinabung dari level “Siaga” menjadi “Awas” terhitung mulai 11 November 2013 lalu.

Bencana ini memiliki dampak yang tidak bisa dibilang kecil. Sampai Januari 2014, ini sudah tercatat sekitar 29 ribu jiwa atau sekitar 9000 keluarga yang mengungsi akibat erupsi Gunung Sinabung, bahkan 11 orang jadi korban amukan awan panas gunung tersebut, Sabtu (1/2). Pengungsi diperkirakan masih akan bertambah, imbasnya kebutuhan logistik yang diperlukan korban bencana akan makin meningkat, begitu pula dengan sarana sanitasinya.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home