Loading...
SAINS
Penulis: Sotyati 13:42 WIB | Selasa, 19 Juli 2016

Laksana Tri Handoko: Tinggi, Minat Remaja terhadap Iptek

Laksana Tri Handoko. (Foto: sains.org)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perkembangan ilmu pengetahuan, atau iptek, secara umum di Indonesia semakin baik. Meski demikian, secara kuantitatif dan kualitatif, belum seperti yang diharapkan, baik dari sisi kondisi saat ini, maupun kecepatan perkembangannya.

“Dilihat dari peringkat Indonesia di berbagai indikator iptek di antara negara ASEAN, perkembangan iptek masih kurang cepat dan masif. Indonesia, hanya menempati peringkat ke-4, jauh di bawah Malaysia,” kata Laksana Tri Handoko (48), Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), kepada satuharapan.com, Senin (18/7).  

Perkembangan teknologi di Indonesia yang masih kurang menggembirakan, pernah dikemukakan Armida Alisjahbana – saat itu menjabat Menteri dan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) - , dalam orasi ilmiah di kampus Universitas Padjadjaran, Bandung, Kamis, 11 September 2014. Mengutip tempo.co, ada lima indikator rendahnya teknologi Indonesia, seperti kurangnya kontribusi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di sektor industri, sinergi kebijakan masih lemah, serta sedikitnya ilmuwan. Armida mencontohkan rasio ilmuwan atau peneliti Indonesia hanya 205 orang per satu juta penduduk dibandingkan dengan Korea Selatan yang mencapai 4.627 ilmuwan, Jepang 5.573 orang, dan Singapura 6.088 orang.

Armida juga menunjukkan, indeks pencapaian teknologi Indonesia pada urutan ke-60 dari 72 negara berdasarkan data United Nation for Development Program (UNDP) pada 2013. Ukurannya, di antaranya, penciptaan teknologi yang dilihat dari perolehan hak paten dan royalti atas karya dan penemuan teknologi, difusi inovasi teknologi mutakhir yang diukur dari jumlah pengguna Internet dan besaran sumbangan ekspor teknologi terhadap total barang ekspor.

Walau belum seperti yang diharapkan, Handoko, ahli fisika teori yang menyelesaikan pendidikan S3-nya di Universitas Hiroshima, Jepang, berani mengatakan minat generasi muda terhadap iptek sangat tinggi, terlebih untuk usia remaja ke bawah.

Seperti diketahui, setiap tahun LIPI menyelenggarakan Lomba Karya Ilmiah Remaja LKIR), sementara itu Kemendikbud menyelenggarakan kompetisi sejenis, Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR). Kedua kompetisi itu merupakan salah satu indikator minat dan apresiasi di kalangan generasi muda terhadap iptek.   

Melihat fakta seperti itu, “kita tidak boleh mengecewakan harapan dan minat mereka terhadap iptek yang sudah tinggi.”

Minat dan apresiasi pada iptek tersebut, terlebih di era teknologi saat ini, menurut pengamatan Handoko, terlihat pada kalangan remaja ke bawah. “Tetapi apakah mereka menyenangi dan kemudian berminat berkecimpung di dalamnya, meski hanya di level lomba karya ilmiah, adalah hal yang berbeda,” kata Handoko, yang pernah tercatat sebagai peserta lomba karya ilmiah remaja semasa SMA.

Mengapa demikian, lebih lanjut Handoko menjelaskan, iptek membutuhkan persiapan keilmuan sampai dengan level tertentu. Dalam hal itu, tidak semua remaja mampu dan, atau, berminat mendalaminya.

Secara khusus untuk level remaja ke bawah, Handoko menjelaskan, minat awal untuk mau mulai mencoba mendalami biasanya sangat ditentukan oleh guru, “Sayangnya, selaras dengan sumberdaya manusia iptek yang terbatas, kita harus akui kemampuan guru kita sangat terbatas, ditambah kreativitas yang tidak terasah.”

Berkaitan dengan hal itu, guru memegang peran strategis untuk remaja ke bawah. Karena itu pula, percepatan peningkatan kapasitas guru sangat mutlak, diawali dengan proses rekrutmen yang kompetitif.

“Sejak lima tahun terakhir, sebenarnya sudah mulai tampak perubahan signifikan setelah kesejahteraan guru meningkat, sehingga minat menjadi guru sangat tinggi di kalangan sarjana baru. Tidak hanya dari jurusan kependidikan tetapi juga dari jurusan non-kependidikan. Tetapi, persentase secara global guru generasi muda ini belum dominan. Untuk itu perlu dilakukan percepatan secara sistematis tanpa harus melakukan jalan pintas,” Handoko menambahkan.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home