Loading...
SAINS
Penulis: Bayu Probo 11:33 WIB | Rabu, 21 Agustus 2013

Manila Lumpuh Dilanda Banjir

Manila Lumpuh Dilanda Banjir
Masyarakat membuat rakit darurat. (Foto-foto: www.weather.com)
Manila Lumpuh Dilanda Banjir
Sebagian korban banjir mengungsi di gereja.
Manila Lumpuh Dilanda Banjir
Para karyawan yang nekat bekerja harus menembus banjir menaiki scaffolding.
Manila Lumpuh Dilanda Banjir
Seorang penduduk menuntun sepedanya di tengah hujan.
Manila Lumpuh Dilanda Banjir
Kawasan pusat bisnis, Distrik Makati, terendam banjir.

MANILA, SATUHARAPAN.COM – Banjir yang melanda Filipina, disebabkan hujan sangat deras, yang merendam hampir separuh ibu kota, Selasa (20/8) berangsur surut. Namun, pihak berwenang yang mengevakuasi ribuan warga di sepanjang sungai meluap Manila bersiap menghadapi kekacauan di daerah-daerah terpencil.

Sedikitnya delapan orang tewas, termasuk empat yang tenggelam utara Manila. Korban tewas termasuk seorang anak umur 5 tahun yang rumahnya terkena oleh dinding beton yang runtuh. Juga, seorang anak 3 tahun yang jatuh ke sungai meluap di Mariveles, Provinsi Bataan. Empat orang dilaporkan hilang.

Hingga saat ini, ibu kota yang terletak di dataran rendah yang dihuni 12 juta orang, lumpuh. Kantor, bank, dan sekolah ditutup. Sebagian besar jalan tak bisa dilewati. Orang harus menembus luapan setinggi pinggang atau leher berpegangan pada tali yang dililit dari rumah korban banjir.

Lebih dari 200 pusat evakuasi dibuka di Manila dan provinsi sekitarnya, dipenuhi puluhan ribu orang, kata Menteri Kesejahteraan Sosial, Corazon Soliman. Secara keseluruhan, lebih dari 600.000 orang terkena dampak banjir.

“Saya harus menyeberang melalui banjir setinggi pinggang,” kata Esteban Gabin, sopir 45 tahun, yang sedang merencanakan rute terbaik untuk menjenguk keluarganya di provinsi Pampanga, barat laut Manila. "Tapi, aku mungkin harus berenang untuk mencapai rumah saya karena kami tinggal di dekat Sungai Pampanga, dan banjir di sana bisa setinggi leher."

Banjir yang menutupi setengah ibu kota surut sampai 20%, terutama di daerah Marikina dan Paranaque, kata Eduardo del Rosario, kepala dewan bencana nasional.

Di Marikina, tinggi permukaan sungai mencapai jalan, pihak wewenang mulai mengevakuasi sekitar 12.000 orang ke sekolah-sekolah dan gimnasium yang berubah jadi penampungan darurat.

Setelah cuaca berangsur-angsur membaik di Manila, perhatian bergeser ke provinsi di luar ibu kota, sebab hujan mulai bergerak ke utara.

Di daerah penghasil beras, Minalin, Provinsi Pampanga, lebih dari 200 warga desa menyelamatkan diri setelah air dari sungai yang meluap melampaui tanggul dan mulai membanjiri masyarakat. Warga desa bergegas menumpukkan karung pasir di tanggul dan di depan rumah mereka, kata petugas Kantor Pertahanan Sipil, Nigel Lontoc. "Warga takut bahwa tanggul akan runtuh setiap saat," kata Lontoc melalui telepon.

Sekitar 200 anggota suku Aeta yang tinggal di kaki Gunung Pinatubo meninggalkan rumah mereka karena takut tersapu sungai, dekat Botolan kota di provinsi Zambales, kata Elsa Novo, seorang pemimpin Federasi Aeta di provinsi ini. Dia mengatakan anggota keluarga lainnya tinggal di belakang untuk mengawasi properti mereka.

Evakuasi juga dilakukan di sekitar bendungan La Mesa, utara Manila, yang mulai meluap. Air dari aliran bendungan ke Sungai Tullahan, melewati beberapa daerah padat penduduk ibukota.

Badai Tropis Trami

Banjir itu terjadi setelah dua malam hujan lebat diperparah Badai Tropis Trami. Badai melewati Laut Filipina Utara dan membasahi Pulau Luzon dengan curah hujan hingga 30 mm/ jam. Menurut perkiraan, badai akan menjauhi Filipina menuju Taiwan, Rabu (21/8).

Di banyak kota-kota pesisir Danau Laguna, dekat Manila, tenggelam. Dan, di daerah-daerah penghasil bahan pangan, biasanya di pesisir sungai, warga terjebak di atas atap dan hanya bisa berpindah memakai rakit darurat. Namun, para pengungsi memilih tinggal dekat dengan rumah. Mereka takut rumah mereka akan dijarah.

Banjir makin sering melanda Manila karena penggundulan hutan pegunungan, penyumbatan saluran air dan kanal tempat tinggal perkampungan kumuh. "Kami dikejutkan oleh curah hujan yang sangat tinggi," kata Menteri Sains Mario Montejo.

Menurut penilaian Kementerian Ilmu dan Teknologi, curah hujan mencapai 600 mm di sekitar Teluk Manila pada hari Minggu saja. Biasanya curah hujan sebanyak itu baru dicapai dalam waktu sebulan. Curah hujan itu bahkan lebih besar daripada bencana pada 2009, Topan Ketsana, bencana terkuat yang melanda Manila dalam sejarah modern. Saat itu curah hujan mencapai 455/24 jam.

Banyak penerbangan domestik dan internasional di Bandara Internasional Ninoy Aquino dibatalkan. Jalan utama menuju bandara dipenuhi air. Kepulauan Filipina termasuk yang paling babak belur dilanda badai di dunia. Sekitar 20 badai tropis melanda negara itu setiap tahun. (www.weather.com)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home