Loading...
LAYANAN PUBLIK
Penulis: Dewasasri M Wardani 10:58 WIB | Senin, 05 Agustus 2019

Mati Lampu Terparah Sejak 2005, Puluhan Juta Orang Terkena Dampak

Seluruh rute KRL dibatalkan karena mati listrik, menyebabkan penumpukan penumpang di stasiun-stasiun. (Foto: bbc.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Matinya aliran listrik di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat, pada hari Minggu (4/8), dikatakan sebagai yang terparah sejak 2005, dan puluhan juta orang terdampak oleh gangguan pasok listrik ini.

Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengatakan, diperlukan waktu beberapa jam sebelum pasokan ke Jakarta benar-benar pulih.

Pelaksana tugas direktur utama PLN, Sripeni Intan Cahyani, dalam keterangan pers di Jakarta, pada Minggu (4/8), mengatakan untuk kawasan Ibukota Jakarta, jika sesuai rencana dan sistem berjalan dengan baik, pasok listrik pulih dalam waktu sekitar tiga jam.

Untuk Provinsi Banten dan Jakarta, aliran listrik pulih dalam empat hingga lima jam, kata Sripeni.

Ia mengatakan putusnya aliran listrik disebabkan gangguan pada jalur transmisi Ungaran dan Pemalang 500 kV, di Jawa Tengah, yang mengakibatkan kegagalan pasok energi dari timur ke barat Jawa, termasuk Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.

Padamnya listrik kali ini mencakup wilayah-wilayah yang secara keseluruhan didiami oleh lebih dari 100 juta warga.

Pemadaman yang terjadi pada Minggu (4/8) siang, merupakan yang terparah sejak 2005, menurut seorang pengamat kelistrikan.

PLN meminta maaf atas gangguan tersebut. Mati listrik menyebabkan gangguan pada sejumlah pelayanan publik, termasuk operasi KRL dan MRT di Jabodetabek.

Apa Penyebab Mati Listrik?

Sripeni menjelaskan padamnya listrik di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat disebabkan oleh gangguan pada Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) Pemalang, yakni di sirkuit 1 dan sirkuit 2.

Akibatnya, kata dia, terjadi penurunan tegangan pada pukul 11:45 WIB.

"Inilah merupakan awal dari terjadinya pemadaman di sistem Jawa Barat, Banten, dan Jakarta," katanya dalam jumpa pers di salah satu kantor PLN di Cinere, Depok, pada Minggu (4/8) sore.

Sebelumnya, pejabat PLN, I Made Suprateka, mengatakan melalui keterangan tertulis bahwa Gas Turbin 1 sampai dengan 6 di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya mengalami gangguan atau trip, sementara Gas Turbin 7 di fasilitas tersebut dalam posisi mati.

Pembangkit Listrik Tenaga Gas Turbin Cilegon juga mengalami gangguan.

PLN mengatakan, tengah menyelidiki penyebab gangguan tersebut dengan melibatkan lembaga independen. Proses investigasi akan berlangsung selama tiga bulan.

Sripeni mengatakan, PLN melakukan pemulihan listrik dengan menyalurkan pasokan dari wilayah timur dan mulai proses pemulihan sejak pukul 16.27 WIB.

Dengan begitu, ia memperkirakan listrik di DKI Jakarta bisa betul-betul pulih tiga jam.

Sementara untuk Banten dan Jawa Barat, kira-kira akan normal empat jam. "Mudah-mudahan dan tidak lewat dari pukul 00.00 WIB," katanya kemarin.

Insiden mati listrik di Jakarta dan Jawa Barat pada Minggu siang (4/8) merupakan yang terparah sejak tahun 2005, kata pengamat kelistrikan Fabby Tumiwa.

Waktu itu, terjadi mati listrik di sekitar wilayah Jawa dan Bali. Penyebabnya ialah gangguan di transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 KV Jawa-Bali.

Di daerah Jakarta dan Banten, listrik mati total selama tiga jam, namun perbaikan keseluruhan memakan waktu hingga 24 jam.

Fabby menjelaskan, gangguan seperti ini merupakan risiko dari sistem interkoneksi yang digunakan PLN.

"Jalur transmisi itu seperti jalan tol, dia yang mengangkut listrik. Karena terjadi gangguan maka aliran daya dari timur ke barat mengalami gangguan juga," katanya.

"Karena ada gangguan, secara otomatis pembangkit-pembangkit itu mengalami trip, sehingga pasokan daya berkurang."

Fabby memperkirakan, gangguan seperti ini tidak bisa diselesaikan dengan cepat. "Karena selain PLN harus membenahi atau memperbaiki jaringan transmisi yang tadi rusak, mereka juga harus secara bertahap menyalakan pembangkit-pembangkit yang trip itu."

Direktur eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) itu juga mengatakan, mati listrik pada Minggu(4/8) siang bukan disebabkan kurangnya pasokan listrik, melainkan gangguan pada sistem.

"Untuk saat ini kapasitas pembangkit Jawa-Bali itu sangat cukup," katanya.

Apa Dampaknya?

Pemadaman listrik, mengakibatkan gangguan pada sejumlah layanan publik di Ibukota dan sekitarnya khususnya transportasi.

Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), Wiwik Widayanti mengatakan, ada 240 perjalanan KRL commuter line yang dibatalkan sejak hari Minggu (4/8) siang.

"Sebagai gambaran, akhir pekan KRL normalnya dapat melayani sekitar 800.000 pengguna," kata Wiwik dalam jumpa pers di Jakarta.

Kiriman-kiriman di media sosial menunjukkan penumpang KRL telantar di stasiun.

Sebagai antisipasi masalah ini, Wiwik mengatakan pihaknya bekerja sama dengan PT Transjakarta untuk membantu mengurai penumpukan penumpang di stasiun-stasiun.

Sementara empat kereta MRT sempat tertahan di bawah tanah, sehingga penumpang dievakuasi dari dalam kereta.

Mati listrik juga dilaporkan menyebabkan terganggunya lampu lalu lintas di sejumlah tempat.

Beberapa supermarket, menggunakan sistem manual untuk pembayaran karena terganggunya listrik.

Di media sosial, tagar #matilistrik, #matilampu #jabodetabek dan #listrikpadam, banyak digunakan dengan para warganet mempertanyakan, membuat meme, dan saling berbagi pengalaman mereka.

Tagar #matilampu bahkan sempat menjadi trending topic di seluruh dunia dengan sekitar 17.000 twit, menurut catatan spreadfast.com. (bbc.com)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home