Loading...
SAINS
Penulis: Putu Ayu Bertyna Lova 11:18 WIB | Minggu, 21 April 2013

Media dan LSM Pendukung Solusi Perubahan Iklim

Media dan LSM Pendukung Solusi Perubahan Iklim
Forum diskusi Temu Wicara Komunikasi Perubahan Iklim (dok: Ayu B. Lova)
Media dan LSM Pendukung Solusi Perubahan Iklim
Forum diskusi Temu Wicara Komunikasi Perubahan Iklim (dok: Ayu B. Lova)
Media dan LSM Pendukung Solusi Perubahan Iklim
Direktur Yayasan Detara, Latipah Hendarti (dok: Ayu B. Lova)
Media dan LSM Pendukung Solusi Perubahan Iklim
Koordinator Advokasi Jaringan Radio Komunitas Indonesia, Iman Abda (dok: Ayu B. Lova)
Media dan LSM Pendukung Solusi Perubahan Iklim
Koordinator Earth Hour Champion WWF, Gunawan Diartono (dok: Ayu B. Lova)
Media dan LSM Pendukung Solusi Perubahan Iklim
Staf Khusus Bidang Eksternal di Lembaga Pers Dr. Soetomo, Warief Djajanto Basorie yang merupakan salah satu peserta Forum Diskusi (dok: Ayu B. Lova)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Media adalah jembatan penghubung yang paling efektif untuk menyampaikan permasalahan dan mencari solusi. Sedangkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) memilki langkah nyata untuk hasil efektif. Hal ini disimpulkan dalam acara Temu Wicara Komunikasi Perubahan Iklim yang diselenggarakan oleh Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) pada 18-21 April 2013, Indonesia Climate Change Ketiga.

Forum diskusi dibagi kedalam tiga kelompok besar, yaitu kelompok Instansi dan Pemerintahan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Media, serta Akademisi dan Private Sector. Forum ini bertujuan mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi, dari  kacamata masing-masing stake holder yang terlibat.

Forum diskusi kelompok dua, yang melibatkan LSM dan media dipimpin oleh Direktur Yayasan Detara, Latipah Hendarti. Menghadirkan narasumber, Koordinator Advokasi Jaringan Radio Komunitas Indonesia, Iman Abda.  Dikatakan bahwa tantangan komunikasi sehubungan perubahan iklim adalah, sumber informasi menggunakan bahasa yang tidak populer, media yang digunakan untuk menyampaikan informasi kurang tepat, oleh karena itu maka respon dari masyarakat menjadi lambat. Iman mencontohkan radio komunitas. Sasarannya adalah nelayan tradisional dan petani kecil. Mereka tidak mungkin mengerti kode-kode rumit yang hanya dapat dipahami oleh sebagian orang. Seperti permasalahan titik koordinat dilaut. Mungkin bagi kapal-kapal besar, mereka memiliki GPS sebagai pemandu, tapi kapal-kapal nelayan tradisional yang notabene kecil seringkali tidak memiliki alat-alat seperti itu. Maka tugas Radio Komunitas untuk menerjemahkan kode-kode tadi kedalam bahasa-bahasa yang lebih dimengerti oleh nelayan-nelayan tradisional.

Forum diskusi ini juga menghadirkan Koordinator Earth Hour Champion The World Wide Fund for Nature (WWF), Gunawan Diartono, sebagai narasumber. Dengan kampanye Earth Hour nya, WWF menggunakan pemuda dan pemudi berusia 16 sampai 35 tahun, sebagai penggerak kampanyenya. WWF juga bekerjasama dengan berbagai komunitas lainnya, seperti kelompok Hijabers. Hijabers sering mengadakan aksi Berbagi Nasi, WWF mengajak mereka untuk tidak lagi menggunakan pembungkus nasi. Sebagai ganti nasi bungkus, Hijabers membuat tumpeng untuk dimakan bersama. Hasil yang didapat lebih positif, karena justru mengakrabkan mereka dalam komunitas.    

Dari forum diskusi ini dapat disimpulkan bahwa Media sangat dibutuhkan sebagai jembatan untuk menyampaikan maksud dan tujuan yang ingin dicapai oleh DNPI. Media yang digunakan harus meliputi berbagai macam lingkup wilayah, seperti media nasional dan media lokal, dan media penyampaian lain, seperti wayang yang dikenal oleh masyarakat lokal. LSM memiliki sejumlah langkah nyata yang dapat meraih hasil kongkret dan mengena di masyarakat. Maka Media dan LSM harus saling mendukung dan melengkapi untuk dapat mencapai hasil maksimal.

Editor : Yan Chrisna


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home