Loading...
INSPIRASI
Penulis: Daniel Herry Iswanto 06:54 WIB | Selasa, 30 Agustus 2016

Mengembangkan Budaya Antre

Ada banyak nilai yang bisa dikembangkan dalam mengantre.
Mengantre dengan sabar (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Bagi kebanyakan orang, antre telah menjadi kebiasaan yang dilakukan sehari-hari, bahkan telah menjadi karakter dan membudaya. Namun, bagi sebagian orang, budaya antre masih menjadi masalah besar.

Masalah haji bermula dari antrean panjang. ”Apalagi dengan banyaknya calon haji yang berusia tua saat mendaftar, sehingga lamanya masa tunggu bisa menimbulkan kekhawatiran, bahwa mereka yang belum sempat berhaji, sudah terlebih dahulu meninggal dunia dalam penantian, ” jelas Ade Marfudin, Ketua Umum Rabithah Haji Indonesia Ade Marfudin.

Antrean menjadi semakin panjang dan lama ketika Arab Saudi memotong kuota setiap anggota OKI (Organisasi Konferensi Islam), termasuk Indonesia, sebesar 20 persen karena adanya proyek perluasan Masjidil Haram sejak 2013 lalu hingga kini masih berlanjut.

Ketika ada peluang naik haji nonkuota, walaupun ada banyak risiko, mereka pun berupaya untuk menyalib antrean, walaupun harus melanggar.  Apalagi, ketika ada kesempatan yang digunakan oleh penyelenggara nakal, dengan risiko terlantar di Arab Saudi dan berpersoalan di Imigrasi, seperti yang terjadi pada 177 calon haji yang menggunakan kuota Filipina. Bukan hanya gagal, tetapi malah sempat menjadi tahanan imigrasi Filipina.  Untungnya, melalui pendekatan diplomasi, mereka kini aman di KBRI Filipina.

Tentang budaya antre, Indonesia termasuk yang paling parah di Asia Tenggara.  Ini tampak dalam berbagai antrean, seolah merasa puas kalau bisa menyerobot dan mendahului yang lain, dan anehnya semua dilakukan tanpa rasa malu.

Seringnya jatuh korban dalam antrean sembako disebabkan oleh lemahnya budaya antri, terutama di kalangan orang muda.  Korbannya adalah orang tua, perempuan, dan anak-anak. 

Jalan raya menjadi indikator lemahnya budaya antre dalam berlalu lintas, walau sudah ada pembagian sistem pada jalur lambat, cepat, dan lajur khusus untuk s-Trans Jakarta.

Dengan budaya antre, ada banyak nilai yang dikembangkan, antara lain: sabar, adil, tertib, disiplin, rendah hati, menghargai dan menghormati sesama.  Ketika budaya antre diwujudkan, semua merasa aman, nyaman, setara, dan bermuara pada keselamatan bersama.

Selamat mengembangkan budaya antre!

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home