Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 01:00 WIB | Sabtu, 04 Mei 2019

Menggembalakan Domba Allah

Ketaatan merupakan dasar hidup seorang murid.
Ananias dan Saulus (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – ”Gembalakanlah domba-domba-Ku” (Yoh. 21:15). Demikianlah mandat Yesus kepada Simon Petrus. Singkat, namun bermakna. Bagi Petrus, mandat itu berarti pemulihan. Dia pernah memutus hubungan dengan gurunya, kini Sang Guru menyambungnya kembali.

Mandat itu cuma dua kata, namun sungguh menghibur. Mandat berarti kepercayaan. Meski pernah disangkal, Yesus tetap memercayainya, bahkan mengangkatnya sebagai pemimpin umat. Bagi Petrus mandat itu berarti karya yang harus dilakukan tanpa syarat.

Tak hanya Petrus, Ananias pun diperintahkan untuk menggembalakan domba-domba-Nya (Kis. 9:1-20). Salah satu domba itu ialah Saulus yang telah berikhtiar menangkap, bahkan membunuh, para pengikut Yesus.

Ketika perintah itu datang, rasa takut menguasai Ananias. Ketakutan membuatnya enggan dan berdalih, ”Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem. Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu” (Kis. 9:13-14).

Saulus bukan sembarang domba. Ananias khawatir jika kebutaan Saulus hanya taktik agar dapat membunuh pengikut Yesus lebih banyak lagi.

Namun, ketika Tuhan menyuruh dia tetap pergi menemui Saulus, Ananias taat. Bagi Ananias, ketaatan merupakan dasar hidup seorang murid. Dan karena itulah, Ananias pergi, bahkan menyapa Saulus ”saudaraku”.

Entah apa jadinya, jika Ananias terlalu mengikuti kata hatinya dan menolak perintah Tuhan. Mungkin Tuhan akan memilih orang lain sebagai gantinya. Yang pasti, Ananias kehilangan kesempatan menjadi gembala bagi Saulus.

Selamat menjadi gembala!

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home