Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Sotyati 16:43 WIB | Selasa, 19 Juli 2016

Nangka, Pangan Masa Depan

Nangka (Artocarpus heterophyllus, Lamk). (Foto: bnzr.vot.pl)

SATUHARAPAN.COM – Isu perubahan iklim yang merebak beberapa tahun belakangan ini mendatangkan kekhawatiran bagi banyak ahli lingkungan. Salah satu topik yang mengemuka dan sering dibahas adalah dampaknya pada ketersediaan pangan.

Tulisan di theguardian.com pada 23 April 2014 menyebutkan para peneliti mulai melirik nangka, tumbuhan pohon dengan buah besar, dengan bau khas menyengat, yang dianggap bisa menjadi pengganti tanaman pokok di saat dunia menghadapi ancaman akibat perubahan iklim. Buah besar bergetah itu, dianggap para ahli bisa membantu menjamin jutaan orang dari bahaya kelaparan.

Para peneliti mengatakan nangka yang tumbuh di selatan dan Asia bagian tenggara, bisa menjadi pengganti gandum, jagung, dan tanaman palawija lain, yang terganggu produksinya menghadapi perubahan iklim.

Sebagaimana diketahui, Bank Dunia dan PBB beberapa tahun ini memperingatkan peningkatan suhu dan curah hujan yang tak terduga telah menurunkan hasil panen gandum dan jagung. Keadaan seperti itu dapat memicu perang makanan dalam waktu sepuluh tahun mendatang.

Peneliti mengklaim nangka dapat membantu memberikan solusi.

Nangka adalah buah terbesar dari tumbuhan pohon. Bahkan nangka paling kecil pun beratnya 5-7 kg, sementara nangka paling besar tercatat beratnya mencapai 45kg. "Ini akan menjadi keajaiban yang dapat memberikan begitu banyak nutrisi dan kalori," kata Shyamala Reddy, peneliti bioteknologi di University of Agriculture Sciences di Bangalore, India, dalam wawancara dengan Suzanne Goldenberg dari theguardian.com. Reddy mengatakan jika kita menyantap 10 atau 12 daging buah (yang membungkus biji), seseorang akan tahan tidak makan selama setengah hari.

Meskipun potensinya besar, nangka tetap belum dianggap penting sebagai tanaman pangan di India, negara asalnya. Tetapi, kenyataan itu akan berubah dengan semakin banyak peneliti mencari alternatif pangan masa depan.

Nangka menjadi bahan pembahasan ilmiah bertaraf internasional di universitas tempat Reddy bekerja pada Mei 2014. Pemerintah India kemudian meluncurkan sejumlah inisiatif baru untuk mempromosikan tanaman nangka dengan memperluas pemanfaatannya. Nangka bukan hanya dikonsumsi langsung sebagai buah segar, namun diolah menjadi aneka makanan dan dipasarkan dalam bentuk buah kalengan.

Upaya itu selaras dengan dorongan global untuk memperluas produksi pangan, terutama di negara-negara yang diperkirakan akan menghadapi tantangan terberat dalam hal ketersediaan pangan beberapa dekade mendatang.

Nangka sebagai Bahan Baku Industri

Nangka, adalah nama yang disematkan pada pohon sekaligus buahnya. Pohon nangka, yang termasuk dalam suku Moraceae, memiliki nama ilmiah Artocarpus heterophyllus, Lamk. Dalam bahasa Inggris, nangka dikenal sebagai jackfruit.

Pohon nangka mencapai tinggi 20 m - 30 meter. Batangnya berdiameter sampai sekitar 1 meter. Tajuknya padat dan lebat. Seluruh bagian tumbuhan mengeluarkan getah putih pekat apabila dilukai.

Daunnya daun tunggal, tersebar. Helai daun agak tebal seperti kulit, kaku, bertepi rata, bulat telur terbalik sampai jorong (memanjang).

Tumbuhan nangka, menurut Wikipedia, berumah satu (monoecious). Perbungaan muncul pada ketiak daun pada pucuk yang pendek, tumbuh pada sisi batang atau cabang tua. Bunga nangka disebut babal.

Buah majemuk (syncarp) berbentuk gelondong memanjang, sering kali tidak rata. Pada sisi luar membentuk duri pendek lunak. “Daging buah”, yang sesungguhnya adalah perkembangan dari tenda bunga, berwarna kuning keemasan apabila masak, berbau harum-manis, berdaging, kadang-kadang berisi cairan (nektar) yang manis. Biji berbentuk bulat lonjong sampai jorong agak gepeng, tertutup kulit biji tipis cokelat seperti kulit, endokarp yang liat keras keputihan, dan eksokarp yang lunak.

Nangka terutama dipanen buahnya. "Daging buah" yang matang sering kali dimakan dalam keadaan segar, dicampur dalam es, dihaluskan menjadi minuman (jus), atau diolah menjadi aneka jenis makanan daerah, seperti dodol nangka, kolak nangka, selai nangka, nangka goreng tepung, atau keripik nangka. Nangka juga digunakan sebagai pengharum es krim dan minuman, dijadikan madu nangka, konsentrat, atau tepung.

Biji nangka, atau beton, umumnya direbus dan dimakan sebagai sumber karbohidrat tambahan. Biji nangka juga bisa dijadikan tepung.

Buah nangka muda diolah sebagai bahan sayuran. Di Sumatera, terutama di Minangkabau, dikenal masakan gulai cubadak (gulai nangka). Di Jawa Barat buah nangka muda antara lain dimasak sebagai salah satu bahan sayur asam. Di Jawa Tengah dikenal berbagai macam masakan dengan bahan dasar buah nangka muda (disebut gori), seperti sayur lodeh, sayur megana, oseng-oseng gori, dan jangan gori (sayur nangka muda). Di Jogyakarta nangka muda terutama dimasak sebagai gudeg. Di Jakarta dan sekitarnya, bongkol bunga jantan (disebut babal atau tongtolang) kerap dijadikan bahan rujak.

Buah nangka, yang dikenal sebagai sumber karbohidrat, menurut Reddy, juga kaya kalium, kalsium, dan zat besi, sehingga lebih bergizi daripada pangan tepung-tepungan saat ini.

Jacqueline M Piper dalam bukunya, Fruits South-East Asia, Facts and Folklore (1989), menyebutkan sebagian warga Malaysia masih memanfaatkan daun nangka sebagai obat herbal. Abu daun nangka yang dicampur minyak kelapa, diyakini dapat menyembuhkan luka. Akar pohon nangka, juga dimanfaatkan sebagai bahan obat kulit, obat demam, diare, hingga obat cacing.

Sri Lanka dan Vietnam bahkan telah mengembangkan industri berbahan nangka. Buah diolah menjadi produk beragam seperti tepung, mi, keripik, dan es krim. Nangka juga dipasarkan sebagai buah kaleng, juga dijual sebagai sayuran kalengan untuk ekspor.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home