Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 14:45 WIB | Jumat, 22 Mei 2020

Pakar: Mutasi COVID-19 yang Sangat Cepat Sulitkan Pembuatan Vaksin

Mikrograf elektron berwarna yang dipindai dari sel apoptosis (merah) yang terinfeksi partikel virus SARS-COV-2 (kuning) yang dikenal sebagai virus corona, diisolasi dari sampel pasien, Gambar ini diambil di NIAID Integrated Research Facility (IRF), di Fort Detrick, Maryland, Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular NIH, AS. (Foto: Antara//ReutersHandout- NIAID)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Guru besar Biologi Universitas Negeri Malang Profesor Mohamad Amin, menilai mutasi virus corona penyebab COVID-19 yang begitu cepat, membuat pandemi ini tidak bisa diputus dan menyulitkan pembuatan vaksin serta obatnya.

"Berdasarkan tinjauan ilmu virologi, penyebaran pandemi COVID-19 ini tidak bisa diputus, karena mutasi virus yang sangat cepat sehingga dapat menimbulkan varian-varian baru virus," kata Mohamad Amin dalam seminar daring di Jakarta, Kamis (21/5).

Dia menjelaskan, dari tinjauan ini juga tampaknya akan sulit untuk membuat vaksin maupun obat anti-virus, mengingat virus ini selalu bermutasi melahirkan varian-varian baru akan menyulitkan peneliti maupun ahli kesehatan untuk membuat desain obatnya.

"Desain obat harus fix atau permanen sebelum dibuat, ketika ada sedikit perubahan maka harus dilakukan desain yang baru," katanya.

Dengan demikian, menurut pakar kesehatan tersebut yakni cara terbaik untuk menjalani kehidupan new normal, jika vaksin sulit ditemukan, adalah melakukan pencegahan agar tidak terlalu banyak orang masuk rumah sakit hingga melebihi kapasitas akibat COVID-19.

"Dengan demikian perlu menjalankan langkah-langkah preventif, agar masyarakat yang masih sehat tidak terinfeksi COVID-19. Selain itu langkah lain yang perlu dilakukan adalah membuat orang sakit atau positif COVID-19 segera sembuh," kata Mohamad Amin.

Dalam paparannya, dia menyampaikan kehidupan New Normal mendorong masyarakat harus beralih atau move on dengan mengubah pola pikir dan kebiasaannya, karena tidak perlu berharap hilangnya virus corona dengan memutus mata rantai penularan 100 persen. Masyarakat harus bisa menerima mereka tidak bisa lagi hidup normal kembali seperti semula pascapandemi COVID-19..

"Bagaimana cara cerdas menata kehidupan Normal Baru atau New Normal adalah, kebiasaan-kebiasaan positif baru seperti kerja dari rumah, menggunakan masker dan menjaga jarak yang sudah kita lakukan untuk bertahan selama pandemi COVID-19. jangan ditinggalkan," kata Mohamad Amin.

Selain itu guru besar biologi itu juga menambahkan,  kita perlu menjadi masyarakat yang cerdas dengan memiliki wawasan ilmu dan pengetahuan, percaya diri atas ilmu yang diperoleh dan selalu mencari serta mengeksplorasi wawasan baru agar dapat berinovasi dan lebih produktif.

Kendati demikian, kata dia, program kebijakan dalam menangani dan mencegah meluasnya penyebaran COVID-19, seperti pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan menjaga jarak sosial, harus tetap dilanjutkan.

"Target saat ini bukan memberantas virus melainkan menekan jumlah orang yang terinfeksi bersamaan serendah mungkin. Kalau nanti semakin banyak yang terinfeksi maka pelayanan kesehatan di Indonesia akan sangat kewalahan, dan kalau yang terinfeksi COVID-19. tidak segera mendapat pelayanan kesehatan maka proses penyembuhannya tidak cepat," kata Mohamad Amin. (Ant)

 

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home