Loading...
RELIGI
Penulis: Aleksander Mangoting 13:08 WIB | Kamis, 19 September 2013

Pelayanan Gereja Toraja di Daerah Terpencil, Berat

Perahu menyeberangkan motor dan penumpangnya, sekali menyeberang harus bayar Rp 20.000,- sampai Rp 30.000,- tergantung kuatnya arus air sungai. (Foto: Aleksander Mangoting)

LUWU UTARA, SATUHARAPAN.COM – Perjalanan ke kecamatan terpencil, Seko, Sulawesi Selatan, berat dan menantang. Namun, itu harus dijalani tim pelayanan dari Gereja Toraja untuk memelihara iman jemaat di pedalaman tersebut.

Mereka yang menempuh perjalanan adalah tim dari Badan Pekerja Sinode (BPS) Gereja Toraja.  Terdiri dari Pengurus BPS Pdt. Yahya Boong, S.Th.; Pengurus Yayasan Tallulolona, Ir. Pither Patawaran; Pengurus Pusat Persekutuan Wanita Gereja Toraja (PWGT), Ny. Boong; Pengurus Persekutuan Pria Gereja Toraja (PPGT Fery) Hendra, S.Th.

Dalam tim tersebut juga ada Pengurus Sekolah Minggu, Drs. Sampe dan Sekretaris Umum Pengurus Pusat Persekutuan Kaum Bapak Gereja Toraja, Aleksander Mangoting. Mereka melakukan perjalanan berat tersebut dalam rangka pembinaan di tiga klasis dalam lingkup pelayanan Gereja Toraja, yaitu Klasis Seko Lemo, Seko Tengah dan Seko Padang.

Seko merupakan kecamatan yang sangat terpencil dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Jarak dari poros jalan ke ibukota kecamatan, yaitu Eno, adalah 125 km. Perjalanan ke Seko dapat ditempuh sehari perjalanan. Kalau berangkat pukul delapan, tiba sore atau malam. Namun, itu kalau kondisi jalan cukup baik.

Tetapi, dalam perjalanan kami pada 24 Mei 2013-2 Juni 2013, jarak sejauh itu ditempuh dalam waktu dua hari satu malam. Biaya ojek sekali jalan, Rp. 800.000,- ditambah lagi uang makan termasuk tukang ojek. Jadi, total pengeluaran sekali jalan bisa mencapai satu juta rupiah lebih. Selain itu, motor yang dipakai sudah harus dimodifikasi khusus. Termasuk rem belakang dikeluarkan. Jadi hanya cakram depan yang berguna sebagai rem.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home