Loading...
BUDAYA
Penulis: Ignatius Dwiana 13:15 WIB | Rabu, 02 Oktober 2013

Pementasan Dongeng di Museum Nasional

Pementasan Dongeng di Museum Nasional
Pementasan dongeng tenggelamnya kapal Tek Sing di Museum Nasional. (Foto Ignatius Dwiana)
Pementasan Dongeng di Museum Nasional
Produser Akhir Pekan at Museum Nasional Yudhi Soerjoatmodjo.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kisah karamnya kapal Tek Sing menarik keluarga, anak-anak, dan anak muda menyaksikan pementasan dongeng di Museum Nasional yang beralamat di Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 12 Jakarta. Pementasan dongeng yang dimainkan Teater Koma pada Minggu (29/9) ini sudah berlangsung di pekan ketiga kalinya. Tetapi, acara ini tidak menyurutkan minat orang untuk datang. Bahkan ada pula yang datang jauh-jauh dari Bandung buat menyaksikan pementasan dongeng ini.

Pementasan dongeng ini merupakan bagian dari acara ‘Akhir Pekan at Museum Nasional’. Pementasan dongeng sebelum ‘Karamnya Kapal Tek Sing’ adalah ‘Keris Puputan Klungkung’ yang pentas pada hari Minggu (8/9) dan 'Samurai Bersepeda' pada Minggu (15/9). Selain pementasan dongeng, ada pula acara craft day, bazaar, dan workshop pada hari Minggu (22/9).

Produser Produser Akhir Pekan at Museum Nasional Yudhi Soerjoatmodjo mengatakan bahwa artefak-artefak menarik yang dipilih untuk dipentaskan.

“Kami memang memilih artefak-artefak yang menarik sejauh informasinya cukup banyak sehingga dapat mengembangkan lakon dalam waktu dekat.” Katanya.

Artefak yang akan dipentaskan disurvei. Dikembangkan menjadi lakon dalam jangka waktu yang cukup pendek. Turut juga diperhatikan potensinya untuk diminati.

Kisah ‘Karamnya Kapal Tek Sing’ dikembangkan dari artefak-artefak koleksi Museum Nasional berupa keramik. Tetapi ini bukan saja tentang keramik ini yang dipentaskan menjadi dongeng.

“Anda mendengar drama ini, kisah latar belakang, bukan hanya tentang keramiknya. Tetapi juga kenapa orang-orang Fucien itu pada daang ke Jawa, apa penyebabnya? Kenapa sampai kapal itu karam? Itu akan lebih mudah ketika diceritakan melalui teater 15 menit.”

Antusiasme masyarakat atas pementasan dongeng ini tinggi. Pementasan dongeng ini berkesan lebih interaktif. Tawa anak-anak dan senyum orang dewasa hadir di pementasan dongeng seakan memecah kesunyian museum.

Yudhi Soerjoatmodjo mengaku sebelumnya pernah bekerjasama dengan Teater Koma dalam project ‘Mystery of Batavia’ di kota tua waktu masih bekerja di kota tua.

Pementasan dongeng ini memberikan nuansa berbeda pada museum.

“Sebelum-sebelumnya orang datang ke museum, dia lihat, dia baca, ya sudah. Tetapi kalau sekarang ini ‘kan dia mendengar ceritanya, dia bisa baca juga, dia dipandu juga. Dia dapat informasi juga.” Kata Yudhi Soerjoatmodjo.

Acara pementasan dongeng ini merupakan kerjasama Museum Nasional, Poduser ‘Mystery of Batavia’ dan Teater Koma.

Pementasan dongeng ini menjadi program yang terus berlangsung hingga 8 Desember mendatang. Tema yang akan dipentaskan berbeda. Bagi yang belum menyaksikan pementasan dongeng ini dapat menikmatinya melalui rekaman yang diunggah di Youtube.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home