Loading...
INSPIRASI
Penulis: Tjhia Yen Nie 01:00 WIB | Kamis, 18 Desember 2014

Pendidikan Kesehatian

Sudah diduga, penggantian pemerintahan akan menyebabkan penggantian kebijakan, dan sejujurnya yang dirugikan adalah masyarakat.
Foto:istimewa

SATUHARAPAN.COM – Beberapa  pelajar tertawa membaca pemberitahuan penghentian kurikulum 2013 untuk sekolah-sekolah yang belum dan baru 1 semester menyelenggarakannya.  Sudah diduga, penggantian pemerintahan akan menyebabkan penggantian kebijakan, dan sejujurnya yang dirugikan adalah masyarakat.  Apalagi sekolah-sekolah yang sudah mengganti kurikulum, memberikan pelatihan guru, membeli buku-buku baru, dan masih banyak lagi.

Suatu kebijakan hendaknya diperhitungkan secara matang sebelum diberlakukan, dan jika sudah diberlakukan diperlukan komitmen dalam pelaksanaannya.  Kesenjangan dan kendala yang terjadi, hendaknya dapat diminimalisasi dengan program-program penyetaraan.  Masalah yang berulang adalah ketidaksinkronan pemikiran para pengambil keputusan dari pemerintahan sekarang dan sebelumnya.

Mengemban tugas mempersiapkan ujung tombak negara dalam bidang pendidikan tidaklah mudah. Strategi pendidikan terbaiklah yang diharapkan.  Dan hal itu sudah dilakukan para pemimpin kita.  Lihatlah bagaimana sulitnya ilmu hitung yang dipelajari anak-anak usia sekolah dasar.  Ketika saya seusia tujuh  tahun masih mengeja: ba-bi-bu-be-bo,  anak-anak TK sekarang sudah dapat menulis dan membaca, bahkan fasih berbahasa Inggris.

Persepsi pendidikan bagus yang tertanam adalah pendidikan yang memberikan ilmu hitung serumit mungkin, bahasa sefasih mungkin, kalau perlu tidak hanya bahasa Inggris yang dipelajari namun bahasa asing lain, seperti Mandarin atau Arab. Dan untuk menunjang akhlak yang baik, berjamuranlah sekolah-sekolah yang membawa nama agama.  Bidang olahraga dan kesenian pun harus dikuasai, sehingga beberapa sekolah memberikan fasilitas lapangan olahraga, termasuk kolam renang dan ruang konser.

Tentu hal ini tidak dapat disamaratakan dengan daerah-daerah terpencil, di mana untuk sekolah pun gedung atau pengajarnya tidak memadai.  Namun, bukankah permasalahan ini selalu ada di setiap negara? Kalau kita bandingkan dengan negara-negara lain yang memiliki peringkat lebih tinggi dari kita dalam hal pembangunan dan pendidikan, tidak mustahil pendidikan homeschooling dilakukan oleh penduduk secara mandiri, dan negara tersebut mengakuinya.  Lalu di manakah letak kesalahan kita?

Pendidikan kesehatianlah yang perlu diterapkan. Pemerintah, pengajar, penduduk, sehati dan sepikir untuk melakukan pendidikan.  Diperlukan kepercayaan dan motivasi yang kuat untuk bersama-sama memajukan pendidikan. Tidak saling menyalahkan dan menonjolkan program siapa yang terbaik.  Karena sebaik apa pun program pendidikan, tanpa kesehatian pelakunya, hanya akan menjadi bahan uji coba semata.

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home