Loading...
INDONESIA
Penulis: Melki Pangaribuan 09:02 WIB | Selasa, 14 Februari 2017

Presiden Lepas 5.000 Ton Beras Hibah ke Sri Lanka

5.000 ton beras yang disiapkan untuk bantuan kemanusian dari Pemerintah Indonesia kepada Pemerintah Sri Lanka di gudang nomor 20 Kawasan Pergudangan Sunter, Bulog Divre DKI Jakarta, Jalan Perintis Kemerdekaan Nomor 1 Kelapa Gading, Jakarta Utara, hari Selasa (14/2). Foto bawah: Truk kontainer untuk mengirimkan bantuan kemanusian dari Pemerintah Indonesia kepada Pemerintah Sri Lanka.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Presiden Joko Widodo, hari Selasa (14/2) dijadwalkan akan melepas bantuan hibah beras sebanyak 5.000 metrik ton ke Sri Lanka.

Pelepasan 5.000 metrik ton beras itu dilaksanakan di Kawasan Pergudangan Sunter, Bulog Divre DKI Jakarta, Jalan Perintis Kemerdekaan Nomor 1 Kelapa Gading, Jakarta  Utara.

"Di halaman gudang nomor 20. Pukul 09.00 WIB melepas bantuan hibah beras 5.000 MT untuk Sri Lanka," kata Kepala Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden, Bey Machmudin, di Jakarta, hari Senin (13/2).

 

Sementara itu Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, sebelumnya menjamin stok beras di Indonesia tercukupi hingga bulan Mei 2017.

"Dari pantauan yang dilakukan, sebagai bahan pangan utama, harga beras stabil dan stoknya aman hingga Mei 2017. Bahkan di pasaran masih dapat diperoleh beras seharga Rp 7.800 per kilogram (kg). Padahal ini tidak pernah terjadi sebelumnya," kata Mendag Enggar dalam keterangan tertulis, hari Kamis (15/12/2016).

Lumbung Pangan di Perbatasan

Kementerian Pertanian (Kementan) siap menjadikan wilayah perbatasan Indonesia dengan negara tetangga sebagai lumbung pangan guna mendukung ketersediaan produksi pangan di kawasan tersebut.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman di Jakarta, hari Kamis (2/2), menyatakan beberapa kawasan perbatasan yang siap untuk membangun lumbung pangan di daerah perbatasan, di antaranya di Kepulauan Riau (Kepri), Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Merauke.

"Selama ini kondisi pangan di Indonesia masih kalah dengan negara tetangga, padahal Indonesia merupakan negara yang luas akan lahan," kata Amran ketika membuka Rapat Koordinasi Penyelenggaraan Penas Petani Nelayan XV tahun 2017 yang rencananya di gelar di Aceh pada 6-11 Mei mendatang.

Kondisi tersebut, menurut menteri, ternyata menimbulkan maraknya tindak penyelundupan bahan pangan ke wilayah RI, terutama melalui jalur-jalur tikus yang lolos dari pengawasan aparat.

"Kita akan bangun lumbung padi di sana. Kalau kita bangun lumbung pangan di perbatasan, ekspor tinggal lempar," ujarnya.

Dengan membangun lumbung pangan di daerah perbatasan, menurut dia, maka Indonesia dapat menambah jumlah ketersediaan pasokan pangan dan mudah mengekspornya, selain itu upaya pemerintah untuk dapat menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia dapat dicapai.

Amran menjelaskan, nantinya lumbung padi di Kepulauan Riau bisa untuk menyuplai ekspor ke Singapura, untuk di Entikong, Kalimantan Barat, dapat di ekspor ke Malaysia, kemudian di Nusa Tenggara Timur untuk ke Timor Timur, sedangkan, dari Marauke bisa di ekspor ke Fiji.

Menteri menyatakan, lumbung pangan di wilayah perbatasan digunakan untuk menanam beberapa komoditas strategis ekspor atau yang selama ini Indonesia masih impor antara lain, bawang, jagung, dan beras.

Terkait luas lahan untuk lumbung pangan di wilayah perbatasan, dia menyatakan, di Entikong, Kalimantan Barat, ditargetkan 50.000 hektare, sedangkan di Kepulauan Riau telah tersedia seluas 4.000 hektare.

Selain melalui pembukaan lahan pertanian, menurut Amran, nantinya di wilayah perbatasan juga dikembangkan industri pertanian sehingga produksi yang dihasilkan dapat ditingkatkan nilai tambahnya melalui pengolahan.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home