Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 14:41 WIB | Jumat, 25 November 2016

Remaja Kristen Irak Susun Ulang Seni Warisan Assyria yang Dihancurkan ISIS

Nenous Thabit, remaja pria asal Irak yang terpisah dari keluarganya, menyusun ulang artefak yang dihancurkan kelompok ekstremis. (Foto: christianpost.com)

ASSYRIA, SATUHARAPAN.COM – Nenous Thabit, laki-laki remaja asal Irak yang terpisah dari keluarganya, menyusun ulang artefak yang dihancurkan kelompok ekstremis.

Christian Post, pada hari Kamis (24/11), mengisahkan remaja berusia 17 tahun tersebut tinggal di Erbil, Irak, setelah melarikan diri dari rumahnya di Mosul, Irak.

Dia mengatakan kepada CNN dan dikutip kembali Christian Post, bahwa dia telah menyusun ulang setidaknya 18 patung Assyria dan satu mural selama satu tahun terakhir untuk membantu merestorasi Assyria yang telah dihancurkan kelompok ekstremis tersebut.  

Nenous Thabit mengatakan pada 2015, setelah ISIS secara membabi buta memorakporandakan Nimrud, permukiman berusia 3.300 tahun – atau yang dikenal dalam Wikipedia dengan Kalakh – dia memutuskan untuk melakukan perlawanan terhadap kelompok ekstremis tersebut karena telah melakukan penghancuran situs warisan budaya.

Dalam catatan Christian Post, kelompok militan tersebut berusaha menghancurkan semua jejak warisan Kristen dan sejarah saat mereka mengambil alih kota bersejarah Niniwe, dan kelompok ekstremis terlarang tersebut menggunakan palu godam, alat-alat listrik, buldozer, dan bahan peledak, sehingga menghancurkan tempat peribadatan kuno dan bersejarah, gereja-gereja, dan artefak budaya yang dianggap Nenous Thabit sebagai karya seni sejak zaman nenek moyangnya.

"Mereka mengobarkan perang terhadap seni dan budaya," kata Nenous Thabit kepada CNN dan dikutip kembali Christian Today.

"Jadi, saya memutuskan untuk melawan mereka dengan seni,” kata dia.

Nenous Thabit mengatakan di Irak banyak orang yang dibunuh karena berlatar belakang seniman. Dalam pandangan ISIS, menurut Thabit, aktivitas seni merupakan tindakan yang mengajak seseorang kepada kemurtadan.

“Jadi, dengan terus memahat adalah pesan bahwa kita tidak akan terintimidasi oleh setan seperti mereka,” kata dia.  

Salah satu patung favorit Nenous Thabit adalah dewa pelindung Asyur, Lamassu, yang memiliki kepala manusia namun bertubuh seperti lembu atau singa, dan memiliki sayap seperti burung pemakan bangkai.

Dia menjelaskan untuk menyelesaikan pembuatan patung tersebut memakan waktu hingga 15 hari.  

Laporan CNN yang dimuat kembali Christian Post, memberitakan situs web yang dikelola oleh mahasiswa strata tiga sejarah dunia Timur Kuno di Columbia University, Christopher Jones, menyatakan bahwa tiga patung Lamassu telah dihancurkan oleh ISIS di Irak.

Salah satu patung yang dihancurkan tersebut berada di Nimrud. Dua patung Lamassu lain yang hancur berada di Gerbang Nergal di Niniwe dan Museum Mosul. “Lamassu adalah patung favorit saya,” kata Nenous Thabit.

“Benda ini adalah makhluk terkuat dalam sejarah bangsa Asyur,” katanya.

Selain itu, CNN melaporkan Nenous Thabit juga menyusun ulang sejumlah pilar yang di dalamnya terdapat tulisan Kodeks Hammurabi.

Dalam Wikipedia, Kodeks Hammurabi (Code of Hammurabi) adalah prasasti hukum kuno Babilonia yang disusun oleh Raja Hammurabi. Prasasti ini berukuran 2,25 meter dengan tulisan terukir dalam bahasa Akkadia itu berisi 282 peraturan mengenai berbagai ketentuan antara lain undang-undang perdagangan, perbudakan, penuduhan, ganti rugi kerusakan, pencurian dan hubungan keluarga.  

Ayah Nenous Thabit, Thabit Michael, berprofesi sebagai pematung dan melatih anaknya di sanggar patung, sehingga Thabit sejak usia tujuh tahun sudah akrab dengan tanah liat.  

“Nenous Thabit belajar dengan cepat,” kata dia.

“Saya melihat dia memiliki bakat yang sangat potensial,” ayahnya menambahkan. 

Sebelum "berperang" melawan kekejaman ekstremis dengan caranya, Nenous Thabit mengakui melakukan kegiatan mematung hanya sebagai hobi. Tapi sekarang dia memfokuskan perhatian pada mengganti artefak yang diibaratkan telah dibuang di tempat sampah oleh ISIS.

Ia semakin mendalami seni pahat tersebut dengan lebih serius. Selain seni, ia telah mengadakan lokakarya untuk mengajar anak-anak cara memahat.

CNN melaporkan Nenous Thabit akan mulai menjalankan kursus seni di Duhok, Irak, tahun depan.

“Mimpi saya adalah menjadi seniman terkemuka di Irak untuk membuat negara saya bangga, dan menunjukkan kepada dunia bahwa kami di Irak mencintai kehidupan dan menghargai warisan kami,” kata dia. (christianpost.com)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home