Loading...
INSPIRASI
Penulis: Tjhia Yen Nie 04:36 WIB | Senin, 17 Oktober 2016

Respons Rasa Pedas

Mengasihi Indonesia berarti berjuang demi Indonesia.
Foto: istimewa

SATUHARAPAN.COM – ”Wah, pedas sekali,” sahut seorang teman ketika kami makan bersama.

“Ini enggak pedas, kok, ” kata teman yang lain menimpali.

Setiap orang memiliki respons berbeda terhadap pedasnya suatu masakan.  Apa yang dirasakan pedas bagi seseorang, ternyata tidak bisa dijadikan patokan bagi yang lainnya.  Sama juga dengan pedasnya perkataan.

Berita mengenai Ahok yang dikatakan melakukan penistaan agama terus menjadi perdebatan. Tidak hanya kalangan muslim, umat kristiani pun ikut memberikan respons.  Namun yang menyedihkan, dari kalangan muslim pun terpecah.  Tokoh muslim yang satu berkomentar ditanggapi dengan komentar dari kalangan muslim lainnya.  Saling menyalahkan. Demikian pula dari kalangan kristen, ada yang membela Ahok, ada juga yang memberikan pernyataan sebaliknya. Hal itu menunjukkan, bahwa pada hakikatnya kita adalah umat heterogen dengan kapasitas respons yang berbeda satu sama lain terhadap perkataan seseorang.

Namun, kejadian ini juga membuka mata hati kita untuk melihat bahwa sejujurnya kita memang memerlukan kesaktian Pancasila di negara ini,  hati seluas samudra dan akal yang bijak untuk mengasihi bangsa dengan tindakan nyata dan tidak mudah terprovokasi.

Keberagaman manusia dengan kelompoknya sering kali memicu suatu pertentangan dan perseteruan, tidak ubahnya seperti benih-benih api yang terselimuti lapisan humus hutan kita.  Begitu terkena percikan panas, api segera menyulut. Sebagai contoh bagaimana pelajar sekolah yang satu bisa tawuran dengan sekolah yang lain, atau pendukung kesebelasan tertentu bersitegang dengan pendukung kesebelasan yang lain. 

Karena itu, marilah kita wujudkan persatuan Indonesia. Mengasihi Indonesia berarti berjuang demi Indonesia, dan itu memerlukan tindakan nyata yang tidak hanya dalam karya, juga dalam kata. Karena bukankah lidah pun adalah api? 

Tentunya kita juga harus mengekang lidah kita, supaya tidak diembuskan angin dan menyulut terbakarnya hutan.  Tidakkah suatu kesia-siaan jika sebuah taman yang tertata apik, dengan berbagai tanaman rindang beraneka warna yang disiangi siang dan malam, porak poranda karena pedasnya respons yang dirasakan?

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home