Loading...
INDONESIA
Penulis: Endang Saputra 19:13 WIB | Senin, 16 Maret 2015

Romo Benny: Polisi, Contohlah Hoegeng!

Tokoh agama Romo Benny Susetyo, pertama dari sisi kiri. (Foto: Endang Saputra).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pastor Antonius Benny Susetyo mengatakan utamanya menjadi polisi sebagai pelayanan publik yang baik bukan melayani kekuasaan.

“Polisi itu pelayan masyarakat, bukan pelayan kekuasaan,” kata laki-laki yang akrab disapa Romo Benny ini dalam diskusi dengan tema “ Reformasi Kepolisian Satu Keharusan: Antara Kasus Begal dan Kriminalisasi Aktivis,” di kawasan Jl Agus Salim, Jakarta Pusat, Senin (16/3).

Benny mengatakan kasus-kasus yang terjadi sekarang ini membuat Indonesia terus belajar.

“Ini menjadi pembelajaran bagaimana membangun keberadaban polisi ke depan menjadi pelayan publik. Kalau polisi menjadi pelayan publik, harus mencari role model-nya seperti apa. Menurut saya, role model itu ditemukan dalam istilah guyonan Gus Dur, ‘polisi yang jujur yaitu Alm Jenderal Polisi (Purn) Hoegeng Imam Santoso, polisi tidur, dan patung polisi.’” Gus Dur adalah sapaan akrab Presiden Republik Indonesia periode 1999-2001 Abdurrahman Wahid.

“Guyonan Gus Dur mengatakan kalau polisi itu memiliki integritas dan berpihak kepada pelayan publik, maka polisi itu dipercaya oleh publik, tetapi kalau polisi sudah bermain politik, polisi sudah menggunakan kekuatan, atau pribadi, golongan politik maka polisi makin hari pamornya makin jauh dari publik,” kata dia.

Menurutnya bahwa pelanggaran hak asasi manusia yang paling besar yang dirasakan oleh masyarakat itu pelakunya adalah polisi.

“Bahwa pelayan polisi kurang optimal, kalau ada kasus lapor ke polisi maka masyarakat akan lebih terbebani kalau kita kehilangan kambing maka yang hilangnya sapinya karena proses yang panjang,” ujar dia.

Untuk itu, kata Benny maka pertanyaan publik adalah sekarang bagaimana membangun polisi yang memiliki karakter memiliki keberadaban, polisi yang diidolakan oleh publik seperti Hoegeng Imam Santoso. Hoegeng adalah role model polisi sebagai pelayan masyarakat.

Menurut Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan di Konferensi Waligereja Indonesia ini, Hoegeng bukan pelayanan kekuasaan maka dia memberikan contoh dia mau melepaskan jabatannya sebagai Kapolri ketika kepentingan politik itu bertentangan dengan kepentingan masyarakat. Hoegeng Imam Santoso meletakkan polisi bukan sebagai alat kekuasaan tapi adalah pengayom, pelindung, penegak hukum.

“Karena dia pengayom pelindung hukum, maka dia tidak mau tunduk kekuasaan,” katanya.

Benny mencontohkan seperti Alm Jenderal Polisi (Purn) Hoegeng Imam Santoso, sosoknya rela melepaskan jabatannya kepala Polri ketika kepolisian ingin ditarik ke dalam kekuasaan. “Sebab kalau Polisi sudah main politik, maka makin hari polisi makin jauh tidak baik,” kata dia.

Benny menambahkan, Polisi sejati adalah tegas, memiliki integritas, tidak memiliki konflik of interest dan menjaga jarak dengan para pemilik modal. Artinya polisi harus siap dengan penghasilan aslinya dan tak menerima suap.

“Maka, waktu itu Hoegeng menolak semua fasilitas yang diberikan seperti mobil, hotel, rumah. Semua itu ia kembalikan,” kata dia.

Polisi profesional berani mengambil jarak terhadap pemilik modal bahkan melindungi kepentingan masyarakat dan melayani itu akan dihormati mempunyai integritas.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home