Loading...
RELIGI
Penulis: Reporter Satuharapan 16:39 WIB | Jumat, 31 Januari 2020

WCC Luncurkan Kembali Dana Beasiswa Sarah Chakko

Ruth Saiya (kanan) dan Manda Andrian (kiri) telah menyelesaikan studi mereka di WCC Ecumenical Institute di Bossey, didukung melalui Sarah Chakko Scholarship Fund. (Foto: Albin Hillert/WCC)

SATUHARAPAN.COM – Pada Januari 2020, Dewan Gereja Dunia (World Council of Churches/WCC) meluncurkan kembali Dana Beasiswa Sarah Chakko.

Dana ini pertama kali diberikan pada tahun 1998, pada akhir Dekade Solidaritas Ekumenikal dengan Perempuan, yang bertujuan mempromosikan pendidikan perempuan untuk kompetensi kepemimpinan bagi gerakan ekumenis.

Sejak awal, dana beasiswa Sarah Chakko memungkinkan perempuan untuk memasuki pendidikan teologis dan program pelatihan lain yang membuka kreativitas teologis dan ekumenis perempuan.

Penerima Manfaat, Dulu dan Sekarang

Menyandang nama presiden wanita pertama WCC, dana beasiswa adalah cara untuk menghormati penghargaan bagi wanita di berbagai tingkat kepemimpinan dalam gerakan ekumenis.

Manda Andrian dari Gereja Jawa di Indonesia adalah salah satu dari dua siswa saat ini di Ecumenical Institute WCC di Bossey, yang mendapat manfaat dari dana beasiswa.

“Sebagai orang yang hidup dalam masyarakat multikultural dan multireligius, memiliki kesempatan untuk belajar di Bossey adalah kesempatan yang sangat berharga bagi saya,” Manda Andrian mengemukakan.

“Saya berharap akan dapat menerapkan pengetahuan saya untuk membangun masyarakat yang lebih baik, dan untuk menyebarkan semangat ekumenis, terutama bagi kaum muda di komunitas saya,” ia menambahkan.

Melihat beasiswa Sarah Chakko tersedia melalui kerja WCC tentang Pendidikan Teologi Ekumenis, Pendeta Ruth Saiya dari Gereja Protestan Maluku, Indonesia, melanjutkan, “Salah satu perjuangan wanita di Indonesia timur adalah kesulitan untuk mendapatkan akses untuk melanjutkan pendidikan mereka ke tingkat yang lebih tinggi. Tantangannya terkait dengan lokasi geografis kami di sebuah negara kepulauan, yang membuat sangat sulit bagi kami untuk mencapai pusat-pusat pendidikan. Saya merasa yakin bahwa lebih banyak wanita akan memiliki kesempatan untuk belajar membantu pertumbuhan gereja-gereja mereka dalam semangat ekumenis.”

Berkaca pada peluncuran kembali dana beasiswa, Fr Prof Dr Ioan Sauca, Wakil Sekretaris Jenderal WCC dan direktur Institut Ekumenis di Bossey, memuji kontribusi perempuan untuk gerakan ekumenis. Ia mencatat, Sarah Chakko baru berusia 49 ketika ia meninggal, namun telah mencapai banyak hal dalam dirinya, pelayanan kepada gereja dan masyarakat.

Chakko, anggota Gereja Ortodoks Suriah di India, di mata Sauca, adalah contoh seorang wanita awam yang menemukan tempat untuk menawarkan kemampuan dan talentanya untuk pelayanan kepada Tuhan.

Melihat dua penerima beasiswa, Eksekutif Program WCC untuk Pendidikan Teologi Ekumenis, Pdt Dr Kuzipa Nalwamba, mencatat bahwa pekerjaan perempuan ekumenis telah muncul kembali, dan mendesak mereka untuk menegakkan etos dan warisan perempuan. (oikoumene.org)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home