Loading...
HAM
Penulis: Prasasta Widiadi 09:49 WIB | Sabtu, 29 Oktober 2016

Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala Bangun Training Centre

Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala Bangun Training Centre
Camat Kramat Jati (mengenakan helm putih), Eka Darmawan, bersiap-siap melakukan peletakan batu pertama pembangunan Training Centre Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala, di Kompleks Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala, Jl. Inerbang, Jakarta Timur, hari Jumat (28/10). (Foto-foto: Prasasta Widiadi).
Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala Bangun Training Centre
Ketua Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala, Dwihardjo Sutarto, saat memberi kata sambutan pada peletakan batu pertama pembangunan Training Centre Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala, di Kompleks Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala, Jl. Inerbang, Jakarta Timur, hari Jumat (28/10).
Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala Bangun Training Centre
Lima siswa Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala yang memainkan alat musik dan menyanyi seperti kelompok musik (band), mereka mendendangkan beberapa lagu antara lain lagu yang dipopulerkan Koes Plus “Bukan Lautan Tapi Kolam Susu”, dan The Beatles, “Obladi Oblada”.
Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala Bangun Training Centre
Ketua Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala, Dwihardjo Sutarto (kedua dari kanan, mengenakan helm berwarna putih) beserta segenap pengurus yayasan, Camat Kramat Jati (tengah mengenakan helm putih) beserta jajarannya berfoto bersama setelah peletakan batu pertama pembangunan Training Centre Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala, di Kompleks Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala, Jl. Inerbang, Jakarta Timur.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ketua Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala, Dwihardjo Sutarto mengatakan pembagunan gedung training centre (pusat pelatihan) Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala akan menargetkan tiga sektor yang berhubungan dengan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus.     

“Training centre ini nantinya akan dimanfaatkan beberapa pihak. Yang pertama, guru sekolah luar biasa (SLB) dari luar Pulau Jawa. Kami mengistimewakan dari luar Jawa karena saat ini Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala hanya tersedia di lima kota dan semuanya di Pulau Jawa, yakni di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Malang, dan Banyuwangi. Artinya  anak anak seperti ini hanya  mendapat pendidikan formal di Pulau Jawa,” kata Dwihardjo pada acara peletakan batu pertama pembangunan Training Centre Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala, di Jl Inerbang, Jakarta Timur, hari Jumat (28/10).

Dwihardjo mengatakan pihak kedua yang menjadi sasaran pembangunan dalam pelatihan Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala yakni orangtua.

“Kami ingin melatih orangtua. Kami akan membantu orangtua yang memiliki anak-anak berkebutuhan khusus dalam menyiapkan diri agar orangtua  tidak gagap saat menghadapi anak berkebutuhan khusus di masa mendatang. Selain itu agar orangtua tahu bagaimana menangani anak-anaknya dengan baik,” kata Dwihardjo.

Pihak ketiga yang ingin dibantu adalah masyarakat sekitar. “Kami ingin melatih masyarakat sekitar, karena beberapa bulan lalu kami sudah mengumpulkan ibu-ibu PKK dari kelurahan (Kelurahan Batu Ampar),” katanya.

Kala itu Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala bersama dengan lebih kurang 50 perempuan yang tergabung dalam ibu-ibu PKK melakukan identifikasi anak anak berkebutuhan khusus di kelurahan tersebut. Hasilnya, mereka menemukan terdapat 65 anak berkebutuhan khusus berbagai usia.

Dwihardjo menjelaskan pembangunan training centre tersebut diperkirakan memakan waktu enam bulan. Ia menjelaskan bangunan training centre tersebut terletak di bagian belakang dari gedung sekolah dan asrama Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala. Dia menjelaskan bangunan training centre tersebut nanti terdiri atas dua lantai. “Ada satu lantai untuk tempat latihan dan asrama, satu lagi untuk tempat diskusi,” katanya.

Dalam acara tersebut turut hadir sejumlah guru, pembina dan pengurus Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala, selain itu ada juga Camat Kramat Jati, Eka Darmawan beserta jajarannya, dan Presiden Rotary Club Jakarta Cilandak Richard Slaighney beserta jajarannya. “Saat ini kami masih berproses, ke depan kami mengharapkan banyak dukungan donatur lainnya,” kata Dwihardjo.

Dia mengatakan pihaknya membutuhkan lebih banyak uluran tangan tidak hanya untuk menyelesaikan pembangunan gedung namun juga memerlukan dukungan dana dalam melangsungkan kegiatan setelah pembangunan training centre selesai.

Lembaga Pertama di Indonesia

Brosur resmi yayasan tersebut yang diterima satuharapan.com menyebutkan Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala adalah lembaga yang melayani kebutuhan pendidikan bagi penyandang tunaganda netra, yakni mereka yang memiliki hambatan pengelihatan dan diikuti hambatan lain seperti tuna rungu, tuna daksa, dan lain-lain.

Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala adalah lembaga pertama di Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan bagi penyandang tunaganda netra. Pada tahun 1973, lembaga ini didirikan dari adanya kepedulian beberapa aktivis Gereja Kristen Jawa (GKJ) Jakarta. Saat ini, Rawinala menjadi bagian dari pelayanan Diakonia Sinode GKJ dan menapat dukungan dari gereja-gereja lain.

Dalam kesempatan yang sama, Pembina Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala, Kadarmanto Hardjowasito, saat memberi kata sambutan mengisahkan awal mula yayasan tersebut berdiri karena ada keprihatinan dari para pendiri terhadap kelompok disabilitas di Indonesia.

Menurut dia, di Indonesia saat itu belum ada sekolah luar biasa yang berkeinginan menampung penyandang tunaganda. Dia mengingat saat itu para pendiri dan inisiator yayasan tersebutmelakukan lobi kepada Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin.

“Saya ingat Bang Ali (Ali Sadikin) menyatakan akan mendukung, Bang Ali merasa bangga karena sekolah tunaganda pertama di indonesia akan dimulai di DKI Jakarta.  Sayang Bang Ali tidak sempat meresmikan gedung ini, melainkan penerusnya, P Tjokropranolo yang meresmikan,” kata dia.

Acara peletakan batu pertama training centre tersebut selain diisi oleh kata sambutan dari beberapa tamu penting, juga diselingi penampilan lima siswa Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala yang memainkan alat musik dan menyanyi seperti kelompok musik (band).

Anak-anak yayasan tersebut masuk ke panggung dengan dituntun beberapa pengajar Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala. Dengan mengenakan batik yang memiliki motif berbeda, lima anak yayasan tersebut masuk menempati posisi masing-masing, ada dua orang yang berposisi sebagai vokalis, dua anak lainnya menempati posisi keyboard, satu drummer, satu posisi lainnya yakni gitaris ditempati salah satu pengajar Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala.

Mereka mendendangkan beberapa lagu antara lain lagu yang biasa dipopulerkan Koes Plus Bukan Lautan Tapi Kolam Susu, dan The Beatles, Obladi Oblada.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home