Loading...
LAYANAN PUBLIK
Penulis: Francisca Christy Rosana 18:33 WIB | Selasa, 12 Mei 2015

1.005 Ton Sampah Plastik ‘Mengalir’ di Jakarta per Hari

Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat saat menghadiri Unplastic Day di Pacific Place, Sudirman, Jakarta, Selasa (12/5). (Foto: Francisca Christy Rosana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta disampaikan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidyat mendukung penuh gerakan Jakarta bersih tanpa sampah plastik. Hal ini dikemukakannya mengingat 15 persen dari 6.700 ton sampah per hari di Jakarta berupa sampah plastik belum dapat ditangani dengan baik. Dari angka tersebut, dapat dihitung sebesar 1.005 ton sampah di Jakarta berwujud sampah plastik.

“Saya ke pasar, sungai, perkampungan, dan salah satu yang saya catat paling banyak terdapat sampah plastik. Kita sering melihat pintu-pintu air kita ketutup semua sama sampah plastik,” ujar Djarot saat menghadiri Unplastic Day di Pacific Place, Sudirman, Jakarta, Selasa (12/5).

Sebanyak 13 sungai besar yang mengalir di Jakarta diungkapkan Djarot setiap harinya setidaknya telah menampung kurang lebih 356,08 ton sampah. Tercatat penyumbang sampah paling banyak ialah Sungai Ciliwung dengan muatan sebesar 132 ton sampah,Krukut 44 ton sampah, Pesanggrahan 24 ton sampah, dan Cipinang 33 ton sampah.

“Belum lagi dari selokan. Kita ini darurat sampah plastik. Ini bahaya dan bisa membunuh,” kata politikus PDIP itu.

Mengetahui kondisi buruk Ibu Kota yang dipenuhi sampah plastik, Djarot mengungkapkan Jakarta kini tengah dalam kondisi darurat sampah. Sampah-sampah ini diakui memiliki dampak sangat buruk bagi lingkungan, terutama bagi biota air.

“Yang pertama harus dipikirkan kita hanya punya satu planet yang didiami banyak orang dan tiap hari disakiti dengan sampah plastik. Kita yang bertanggung jawab karena kita yang merusak bumi. Saya cerewet soal sampah,” kata Djarot.

Dari data yang dimiliki Pemprov DKI, penyumbang sampah plastik terbanyak ialah dari pasar tradisional, retail, PKL, toko kelontong, dan warung-warung kecil. Data ini menunjukkan kesadaran warga Jakarta untuk meminimalisasi penggunaan plastik belum terpantik. Padahal dulu, kata Djarot, masyarakat kalangan menengah ke bawah justru lebih senang memanfaatkan daun-daunan dan kertas sebagai pembungkus makanan. Namun kini karena daun dan kertas menadi barang yang langka dan mahal di Ibu Kota, masyarakat berubah pola pikirnya memanfaatkan plastik yang justru dapat merusak lingkungan.

Untuk itu, pemerintah mengajak gerakan masyarakat penyuara diet plastik untuk terjun langsung memberi penyadaran pada masyarakat secara luas.

“Beri pemahaman dulu dan sekarang kalau bukan pakai kantong plastik seperti itu kantong apa yg harus kita beri ke mereka. Harus ada pengganti dong,” kata Djarot.

Saat ini, Pemprov DKI sedang mengembangkan kantong dengan bahan utama dari zat adiktifnya dari singkong. Pemprov ingin membudayakan pembuatan kantong ramah lingkungan dan akan dibagikan secara gratis sebagai percontohannya.

“Tapi jumlah terbatas sehingga kalau mereka minta tambahan mereka harus bayar. Ini harus konsisten. Kita semua bisa makanya kita butuh banyak volunter yang peduli pada kehidupan anak cucu 10-20 tahun ke depan karena kita tidak mungkin pindah ke planet lain. Ini bom waktu bagi kita semua, tidak bisa hanya pemerintah yang hanya mengatasi ini,” ungkap mantan Wali Kota Blitar itu. 

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home