Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 11:38 WIB | Rabu, 17 Desember 2014

2014, Taliban 78 Kali Serang Sekolah di Pakistan

PBB: Tindakan horor dari pengecut tingkat tinggi. Komisaris Tinggi HAM PBB menyebutnya dilakukan oleh kelompok berwatak iblis. UNICEF: Perlu respons yang lebih berpengaruh.
Seorang anak perempuan di sebuah sekolah dasar di Paksitan. Taliban di sana menolak anak-anak perempuan pergi bersekolah berdasarkan ajaran Islam yang mereka anut. PBB menyebutkan dalam setahun kelompok Taliban 78 kali menyerang sekolah. (Foto dari un.org)

NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Ban Ki-moon, mengutuk keras serangan mematikan pada sebuah sekolah di Peshawar, Pakistan, yang  memakan korban jiwa sedikitnya 141 orang, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak.

PBB mencatat bahwa dalam satu tahun ini telah terjadi 78 kali serangan terhadap sekolah di Peshawar, Pakistan yang dilakukan oleh kelompok Taliban yang di sana. Kelompok yang menyebut dirinya sebagai Tehrik-i-Taliban itu terutama menolak anak-anak perempuan bersekolah.

"Ini adalah tindakan horor dari pengecut peringkat tinggi yang menyerang anak-anak tak berdaya ketika mereka belajar," kata Ban hari Selasa (16/12) pagi waktu setempat menjelang pidato di depan Dewan Keamanan PBB tentang kerja sama regional, sebagaimana disiarkan un.org.

"Hati nurani dunia bagi orangtua dan keluarga yang kehilangan orang yang mereka cintai dalam serangan mengerikan itu," kata Ban.

Dia menekankan sikap PBB yang terus mendukung Pemerintah Pakistan dalam memerangi teror dan ekstremisme dan mendesak pemerintah untuk membawa para pelaku ke pengadilan. "Tidak ada alasan yang bisa membenarkan kebrutalan seperti itu," tegasnya.

"Mendapatkan pendidikan adalah hak setiap anak. Pergi ke sekolah tidak harus menjadi tindakan yang membutuhkan keberanian," katanya melanjutkan. Dia juga mengirimkan ucapan bela sungkawa kepada semua orang yang terkena dampak tragedi itu.

Kebiadaban Manusia

Pejabat senior dari seluruh organisasi PBB menggemakan pernyataan itu. Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Zeid Ra'ad Al Hussein, juga mengutuk serangan itu yang disebutnya sebagai tindakan yang benar-benar tercela dan berwatak iblis terhadap anak-anak tak berdaya.

"Taliban telah tenggelam pada  kedalaman sepanjang masa dengan serangan ini," kata Zeid. "Semua orang sekarang harus bersatu untuk memerangi jenis ekstremisme yang buas ini.’’

‘’Tidak ada pemerintah atau badan intelijen, tidak ada tokoh agama, tidak ada sponsor kaya, tidak ada anggota masyarakat umum yang dapat membenarkan dukungan berkelanjutan untuk Taliban, ISIL (Islamic State of Iraq and Levant atau negara Islam Irak dan Suriah), Boko Haram, Al-Qaeda atau kelompok-kelompok kafir  yang tengah berlomba untuk mencapai tingkat tertinggi kebiadaban manusia," kata Zeid.

"Kita semua harus bersatu untuk melawan ekstremisme dan kekerasan tersebut, tidak hanya di Pakistan, tetapi di mana saja, di mana hak-hak anak dan hak asasi manusia diserang dengan cara seperti ini," kata Komisaris Tinggi itu.

Dia mengacu pidato yang disampaikan pemenang Nobel Perdamaian, dan korban kekerasan Taliban Malala Yousafzai di Oslo pekan lalu. Dia ingin generasinya menjadi "yang terakhir yang melihat ruang kelas yang kosong, masa kecil yang hilang dan potensi yang terbuang"  Dia menyebutkan bahwa di desanya belum ada sekolah menengah untuk para gadis.

78 Serangan dalam Setahun

Wakil Khusus Sekjen PBB untuk Anak dan Konflik Bersenjata, Leila Zerrougui, mengungkapkan kemarahan atas pembantaian itu.  "Tehrik-i-Taliban (nama kelompok Taliban itu) yang mengklaim serangan tersebut, terus menunjukkan bahwa mereka tidak menghargai hak asasi manusia," kata Zerrougui.

Ada 78 serangan terhadap sekolah, guru dan siswa yang dilaporkan ke PBB di Pakistan tahun lalu, sebagian besar dilakukan oleh Tehrik-i-Taliban dan kelompok-kelompok lokal yang berpandangan sama di Provinsi Khyber Pakhtunkhw yang beribu kota di Peshawar.

Direktur Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (UNESCO), Irina Bokova, menyebut serangan itu sebagai "kejahatan terhadap masa depan semua anak dan bangsa Pakistan" dan "perlawanan terhadap orang yang belajar dan tidak bersalah".

"Teror tidak akan membungkam jutaan suara di seluruh dunia yang menuntut pendidikan untuk menjadi hak asasi dan sekolah menjadi tempat aman. Kami tidak akan membiarkan rasa takut atau teror menguasai kami," katanya.

Respons Yang Berpengaruh

Direktur Eksekutif Dana Anak-anak PBB (UNICEF), Tony Lake, menyebut serangan itu "mengerikan" dan "tidak berperasaan." Respons atas hal ini harus lebih berpengaruh daripada hanya keterkejutan hati nurani dunia.

"Hal ini harus memanggil kita semua, untuk mendukung orangtua di Pakistan yang ingin anak-anak mereka mendapatkan pendidikan terbaik, semua orang bekerja untuk memberikan itu," katanya.

Utusan Khusus PBB untuk Pendidikan Global, Gordon Brown, dalam berkunjung ke Kinshasa, ibu kota Republik Demokratik Kongo, mengatakan bahwa dunia sedang berkabung atas "tragedi kemanusiaan dalam proporsi yang sangat mengerikan" yang membawa kesedihan pada setiap sekolah di dunia.

"Seluruh dunia terkejut dan terluka hatinya melihat pembantaian di Peshawar yang menghancurkan begitu banyak kehidupan orang muda tak berdosa," katanya.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home