3 Juta Anak Suriah Putus Sekolah
ANKARA, SATUHARAPAN.COM - Sekitar tiga juta anak Suriah putus sekolah. Padahal sebelum perang saudara negara itu dikenal sebagai negara dengan 100 persen anak-anak bersekolah.
Sementara itu, lebih dari 400.000 anak-anak pengungsi Suriah di Turki tidak dapat bersekolah, karena hambatan bahasa dan kemiskinan, meskipun pemerintah Turki memberi kesempatan mereka masuk pendidikan Turki. Demikian dilaporkan Human Rights Watch (HRW) dalam sebuah laporan.
Kelompok hak asasi yang berbasis di Amerika Serikat itu mengatakan bahwa anak-anak pengungsi Suriah menghadapai hambatan bahasa, masalah integrasi dan kesulitan keuangan, seperti disebutkan dalam laporan yang dirilis pada situs lembaga itu, hari Senin (9/11).
Hingga Oktober 2015, ada sekitar 708.000 anak-anak pengungsi Suriah berusia lima hingga 17 tahun di Turki. Laporan itu berjudul: When I Picture My Future, I See Nothing: Barriers to Education for Syrian Refugee Children in Turkey.” (Ketika Saya Menggambarkan Masa Depan Saya, Saya Tidak melihat Apa-apa: Hambatan pada Pendidikan Anak-anak Pengungsi Suriah di Turki)
Dalam tahun 2014-2015, ada lebih dari 212.000 anak pengungsi Suriah terdaftar pada pendidikan formal di tingkat dasar dan menengah, menurut data Kementerian Pendidikan.
Anak-anak Bekerja
Departemen Pendidikan Turki mengatakan menguapayakn 270.000 anak Suriah bersekolah pada bulan Januari 2016 dan 370.000 lainnya pada akhir tahun ajaran 2015-2016, kata laporan itu.
Laporan itu menyebutkan bahwa tingkat partisipasi yang lebih tinggi terjadi di pusat-pusat pendidikan yang dibangun di kamp-kamp pengungsi dekat perbatasan Suriah. Tapi mayoritas anak usia sekolah yang tinggal di kota-kota di luar kamp pengungsi umumnya dipaksa untuk bekerja, karena masalah ekonomi dan hambatan bahasa.
"Sekitar 90 persen anak-anak usia sekolah yang tinggal di 25 kamp pemerintah mendaftar di sekolah pada tahun 2014-2015. Namun anak-anak di kamp-kamp itu hanya 13 persen dari populasi usia sekolah di kalangan pengungsi Suriah,"kata laporan itu.
Di luar kamp, ââhanya 25 persen anak usia sekolah yang terdaftar di sekolah pada tahun 2014-2015. Secara keseluruhan, lebih dari dua pertiga anak-anak Suriah menerima pendidikan formal di Turki, menurut laporan tersebut.
Kesulitan keuangan adalah kendala utama yang menyebabkan anak-anak Suriah tidak sekolah di Turki, kata HRW. Sementara itu pengungsi sebenarnya tidak diizinkan untuk bekerja secara legal dan sering tidak mampu membiayai sekolah atau transportasi mereka.
Sebanyak 32 dari 50 rumah tangga yang diwawancarai mengatakan bahwa keadaan ekonomi sebagai penghalang utama untuk bersekolah di Turki atau di pusat pendidikan sementara.
Orangtua sering tidak dapat mempunyai pendapatan minimal bagi keluarga dalam pasar tenaga kerja informal. Akibatnya, pekerja anak merajalela di kalangan pengungsi Suriah, kata HRW.
Mencegah Militer Anak
Banyak juga yang tidak dapat bersekolah karena hambatan bahasa, sementara yang lain menghadapi pelecehan dan hambatan integrasi sosial.
Menurut badan PBB, UNICEF, secara total, hampir tiga juta anak putus sekolah, baik di dalam dan luar Suriah. Padahal sebelumnya Suriah merupakan negara dengan 100 persen anak bersekolah.
Lebih dari empat juta warga Suriah melarikan sejak perang saudara meletus pada Maret 2011, dan korban tewas diperkirakan lebih dari 250.000 orang. Turki menampung lebih dari 2,2 juta pengungsi.
"Mengamankan pendidikan anak-anak akan mengurangi risiko pernikahan dini dan perekrutan militer anak-anak oleh kelompok bersenjata, menstabilkan masa depan ekonomi mereka dengan meningkatkan potensi produktif mereka dan memastikan anak muda Suriah akan lebih siap untuk menghadapi ketidakpastian masa depan," kata HRW.
WHO dan 50 Negara Peringatkan Serangan Ransomware pada Rumah...
PBB, SATUHARAPAN.COM-Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan sekitar 50 negara mengeluarkan peringatan ...