Loading...
ANALISIS
Penulis: Stanley R. Rambitan 12:42 WIB | Jumat, 10 April 2015

Agama Pembentuk Lifestyle

Busana Muslim, andalan bisnis mode Indonesia. (Foto: Dok satuharapan.com/Dedy Istanto)

SATUHARAPAN.COM – Gejala keberagamaan yang intens dan massif di dalam masyarakat kita memperlihatkan bahwa agama diberi status dan peran yang sangat besar. Di berbagai sudut dan aspek kehidupan unsur-unsur agama dan umat beragama yang menjalankan ajaran dan praktik agama dapat ditemui. Semua orang Indonesia yang sudah memiliki identitas kependudukan atau KTP beragama kecuali yang tidak mengisinya karena agamanya tidak diakui oleh pemerintah. Tafsiran masyarakat dan pemerintah terhadap UUD Pasal 29 adalah rakyat Indonesia bebas beragama apa saja tetapi tidak bebas untuk tidak beragama.

Agama memiliki fungsi-fungsi dan yang paling utama adalah sebagai sumber nilai atau ajaran dan praktik spiritual atau rohani bagi manusia. Di sini agama menjadi tempat orang membentuk, mengembangkan dan memelihara atau menjadi sarana pemenuhan kebutuhan spiritualitasnya. Fungsi kedua adalah sebagai sumber nilai etika dan hukum bagi manusia baik pribadi maupun masyarakat dan bahkan negara. Banyak ajaran etis, tentang perbuatan baik, dan hukum, tentang yang benar dan salah di dalam kehidupan pribadi dan masyarakat berasal dari ajaran dan praktik agama.

Karakter dan perilaku cinta kasih yang mengampuni, memaafkan, ramah, sabar, mengalah-pasrah, suka menolong, rela berkorban, pengutamaan pada keadilan dan hak asasi manusia merupakan ajaran-ajaran etis utama agama-agama. Di banyak daerah atau negara, banyak produk hukum yang dipergunakan berasal dari atau minimal dipengaruhi oleh ajaran-ajaran agama. Di Indonesia, Dasar Negara, Pancasila dan UUD 1945 serta banyak peraturan daerah yang ditetapkan beberapa tahun belakangan ini mengandung unsur ajaran dan praktik agama, khususnya yang dikenal dengan Peraturan Daerah (Perda) “Syariah” atau berdasar Hukum Islam. Hukum Islam paling jelas dan resmi diberlakukan di Provinsi Aceh.

Agama sebagai Pembentuk Gaya Hidup Modern

Di samping sebagai sumber nilai di atas, agama juga ternyata menjadi sumber inspirasi dan bahkan alasan pembentukan gaya hidup atau lifestyle khususnya dalam pergaulan sosial dan berbusana. Yang paling jelas adalah kebiasaan melaksanakan ibadah rutin mingguan, harian, ibadah dalam rangka hari-hari raya agama dan perayaan peristiwa-peristiwa khusus yang dialami seseorang, keluarga, kelompok, masyarakat dan negara. Dalam pergaulan social, gaya hidup yang lalu menjadi kebiasaan atau adat karena agama adalah munculnya perkumpulan-perkumpulan eksklusif keagamaan berlatar profesi dan, keluarga dan pertemanan atau alumni sekolah. Perkumpulan eksklusif itu seperti kelompok pengajian artis (Islam), persekutuan doa eksekutif atau kalangan bisnis (Kristen), atau perkumpulan spiritualitas yang mengutamakan pengolahan batin (Aliran Kepercayaan-Kebatinan atau kelompok Sufi-Mistik lainnya).

Para peserta atau pengikut perkumpulan-perkumpulan itu biasanya hadir dengan menggunakan atribut-atribut tertentu yang menunjukkan eksklusivitas mereka, misalnya pakaian dan aksesoris serta bahasa dan kata-kata khusus dalam mereka berkomunikasi satu sama lain yang bersumber pada agama yang dianut.

Di dalam masyarakat Barat seperti di Eropa dan Amerika kini sedang populer kelompok spiritual eksklusif yang berakar pada agama Yahudi, yaitu Kaballah, yang menekankan ajaran mistik dan spiritualitas kebatinan. Salah satu pusat aktivitasnya terdapat di London Inggris. Banyak aktris, aktor, penyanyi atau selebriti terkenal seperti Madonna, Brad Pitt dan Angelina Jolie menjadi pengikut kelompok ini. Tampaknya, karena banyak selebriti terkenal yang mengikuti aliran spiritual itu, maka banyak orang lain lalu menjadi pengikut kelompok seperti itu. Keikutsertaan dalam kelompok religius eksklusif ini kemudian menjadi trend atau gaya hidup yang digemari. Hal itu lalu bukan lagi hanya sebagai kebutuhan spiritual-agamis tetapi sudah menjadi sarana pemenuhan kebutuhan sosial dan cara mengekspresikan diri dalam pergaulan.

Gaya hidup lain yang berasal dari atau diinspirasi oleh ajaran agama adalah tren berbusana atau fashion. Terutama di dalam lingkungan komunitas Islam, busana terutama bagi kaum wanita saat ini bukan lagi didasarkan pada ajaran agama tetapi sudah menjadi mode atau fashion tersendiri. Orang berbusana Islami modern tidak lagi hanya karena memenuhi kewajiban ajaran Islam tetapi itu sudah menjadi gaya hidup. Fashion agamis itu kini telah menjadi sebuah kebutuhan dalam pergaulan sosial. Berita-berita belakangan ini tentang trend mode menempatkan pakaian Islam, terutama untuk para wanita sebagai bagian dari trend mode atau fashion dunia. Indonesia disebut-sebut dapat menjadi pusat fashion Islam dunia.

Penggunaan kata-kata agamis dalam pergaulan masyarakat juga tampak makin menggejala. Kata-kata itu tidak hanya dipergunakan dalam ritual atau upacara-upacara keagamaan tetapi juga sudah dipergunakan dalam berkomunikasi di dalam pergaulan umum. Penggunaan kata-kata seperti syalom atau shalom alehem, assalamualaikum, puji Tuhan dan alhamdulillah bukan lagi hanya sebagai ekspresi iman atau agama, melainkan itu sudah menjadi ungkapan atau gaya berkomunikasi dengan orang lain. Penggunaan kata-kata itu sudah menjadi gaya hidup atau menjadi adat istiadat.

Antara Gaya Hidup, Spiritualitas dan Etika

Gaya hidup yang dibentuk oleh agama ini ternyata tidak serta-merta membuat kehidupan spiritual dan terutama etis masyarakat menjadi baik sebagaimana seharusnya fungsi utama agama itu. Dengan itu, orang ternyata lebih mengutamakan simbol dan identitas sebagai fungsi sosial budaya dan politik-nya. Buktinya, sebagaimana orang sering katakan, “Agama kuat-fanatik, sembahyang rajin, dari kata-kata dan pakaian saleh, tetapi kejahatan, korupsi tetap merajalela.” Jika soal mencapai apa yang diinginkan dalam hidup, usaha, kerja dan bergaul, orang ternyata tidak begitu terpengaruh oleh simbol-simbol dan identitas agamanya.

Gegap-gempita gaya hidup dan simbol-simbol keagamaan dalam masyarakat saat ini tentu akan jauh lebih baik dan berguna jika penganutnya juga memiliki perilaku spiritual dan etis yang benar. Nilai-nilai luhur agama juga betul-betul dipegang, dihayati dan dipraktikkan, tidak hanya berfungsi membentuk sebagai gaya hidup dan fashion yang sifatnya superfisial atau luaran dan dangkal saja. Di sini peran umat itu sendiri dan tentu pemimpin agama sangat penting dalam hal ini. Semoga.

Stanley R. Rambitan, Teolog/Dosen Pascasarjana UKI


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home