Al-Qaeda Dalang Pembacokan Editor LGBT Bangladesh
DHAKA, SATUHARAPAN.COM – Ansar al-Islam, kelompok bagian dari al-Qaeda di India, sudah mengklaim dirinya menjadi dalang atas pembacokan yang menewaskan dua aktivis LGBT pada Senin (25/4) malam di Dhaka.
Pengakuan ini dibuat dalam pernyataannya di media sosial Twitter, sebagai “serangan pemberkatan”.
“Hari ini, USAID kehilangan salah satu keluarganya” menurut pengakuan United States Agency for International Development (USAID). Selain editor majalah LGBT, Mannan juga bekerja untuk lembaga pembangunan Amerika USAID.
“Dia adalah orang baik yang mau memperjuangkan apa yang ia yakini, seseorang yang siap untuk memperjuangkan haknya dan hak orang lain,” menurut pengakuan administrasi USAID, Gayle Smith.
Korban lainnya adalah rekan dekat Mannan, Tanay Mojumdar, seorang gay dan pemimpin gerakan yang memperjuangkan hak LGBT. Namun keduanya tidak ada ikatan asmara satu sama lain, menurut pengakuan seorang fotografer kepada CNN secara anonim karna takut diusir dari Bangladesh.
Tanay Mojumdar adalah salah seorang “artis minor” yang main dalam salah satu drama populer di salah satu stasiun TV Bangladesh.
“Tanay mendapat sebuah ancaman tahun lalu karena gambarnya dalam kampanye gay diambil dan dimuat di koran Bangladesh” kata seorang fotografer British.
“Pada dasarnya mereka tau ada bahaya karena sebelumnya ada beberapa penulis blog dan orang asing yang dibunuh,” kata fotografer. “Mereka memutuskan untuk tidak menceritakannya karena akan menyebarkan ketakutan, malahan tetap mendorong semua orang untuk tetap menerima mereka (kelompok LGBT).”
Roopban, media tempat Mannan bekerja, telah menerima beberapa ancaman dari berbagai akun ekstrimis Islam di Facebook beberapa waktu lalu, kata salah satu kelompok gay terbesar di Bangladesh. Mannan sudah menjadi anggota penting Boys of Bangladesh sejak 2005 dan telah memandu para aktivis hidup dalam ketakutan.
Serangan Senin (25/4) lalu menjadi bagian dari serentetan penyerangan di Bangladesh sejak 2013, termasuk pembacokan terhadap seorang professor di salah satu halte pada hari Sabtu (23/4) dan pembunuhan dari beberapa penulis blog dalam kurun waktu satu tahun terakhir.
Amnesty International menuduh pemerintah Bangladesh melakukan dukungan pada beberapa penyerangan, sebuah upaya dalam menyingkirkan para aktivis LGBT.
Bukannya menyediakan pengamanan, Amnesty mengatakan, polisi mengingatkan aktivis LGBT untuk “lebih tidak proaktif”. (cnn/kav)
Editor : Bayu Probo
Tanda-tanda Kelelahan dan Stres di Tempat Kerja
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Stres berkepanjangan sering kali didapati di tempat kerja yang menyebabka...