Loading...
LAYANAN PUBLIK
Penulis: Febriana Dyah Hardiyanti 11:12 WIB | Senin, 27 Februari 2017

Anak Gizi Buruk di Utan Kayu, Ahok Akui Belum Dapat Laporan

Rollin Handika setiap harinya hanya terbaring di tempat tinggalnya yang sederhana dan harus berjuang bertahan hidup menahan sakit yang dideritanya. (Foto: Dok satuharapan.com/ Dedy Istanto)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), mengaku belum menerima laporan adanya kasus anak gizi buruk di Utan Kayu, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur.

“Saya belum dapat laporan mengenai itu,” ujar Ahok, hari Senin (27/2) pagi, di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat.

Ahok menyayangkan adanya kasus gizi buruk itu. Ia menerangkan bahwa seharusnya ada laporan dan bantuan. “Harusnya dasa wisma mendata dan keluarga bisa membawanya ke Posyandu. Kalau dia dibawa ke Posyandu pasti dibantu, tidak mungkin tidak diurus.”

Menurutnya, kasus gizi buruk kerap terjadi karena tidak adanya koordinasi keluarga dengan Posyandu. Ahok mencontohkan hal ini seperti kasus di Tanjung Priok, Jakarta Pusat.

Ahok menyatakan, apabila warga dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) DKI sudah dipastikan akan mendapat bantuan kesehatan.

“Warga dengan KTP DKI yang sakit pasti kita urus,” ujarnya.

Begitu pula dengan warga dari luar Jakarta, Ahok menyatakan akan turut membantu atas dasar kemanusiaan.

“Yang dari luar kota, sakit, dan tidak punya BPJS pun akan kami urusi atas dasar kemanusiaan,” kata Ahok.

Kasus gizi buruk tengah dialami seorang anak berusia 17 tahun bernama Rollin Handika. Ia yang beralamat di Utan Kayu itu sudah enam tahun terbaring lemah dengan tubuh yang meringkuk kaku di tempat tidur. Rasa sakit di sekujur tubuh kerap dirasakannya. Berat badannya setara dengan berat badan seorang balita, yakni hanya 16 kilogram.

Tubuh dan tulangnya mengecil akibat mengidap penyakit paru-paru basah dan gizi buruk berat.

Rollin bertempat tinggal di tanah milik Taman Pemakaman Umum (TPU) Kemiri, Utan Kayu, Jalan Sunan Giri, Rawamangun, Jakarta Timur. Rollin berjuang menjalani kehidupan setiap harinya. Ditemui di rumahnya yang sederhana, Rollin tinggal bersama dengan ibunya, Suprihatin (49) dan kelima saudaranya.

“Sudah dari sejak sekolah dasar (SD) sampai akhirnya keluar dari sekolah sampai sekarang hanya tiduran saja,” kata Rollin.

Rollin anak bontot itu tidak bisa lagi bermain bersama dengan teman seusianya. Tubuhnya yang kaku hanya bisa untuk duduk didampingi oleh kakaknya, melihat anak-anak bermain di halaman sekitar pemakaman.

Penanganan Medis

“Belum ada perhatian dari Pemerintah, baik itu Dinas Sosial maupun Kementerian Sosial,” kata Mery Rosmaryati, tetangga dari keluarga Rollin yang selama ini telah membantunya.

Mery mengatakan, sejak pertengahan tahun 2016 lalu, dia tergerak hatinya membantu Rollin yang kondisinya sudah semakin parah dan hanya terbaring di tempat tidurnya. Mery baru mendengar kabar itu dari tetangga dekat rumahnya, dan dia mengaku sedih melihat kondisi tubuh Rollin yang sudah mengecil.

Ibu rumah tangga itu berupaya mencari bantuan baik dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) setempat sampai akhirnya mendapat perawatan medis dari Rumah Sakit Kartika Pulomas Jakarta.

“Selama satu minggu Rollin dirawat, sempat di rontgen, baik itu dada maupun kakinya,” ujar Mery saat ditanyai oleh satuharapan.com.

Mery mengatakan, pihak Rumah Sakit Kartika sudah tidak sanggup lagi, penyakit yang diderita Rollin sudah cukup parah. Dia mengungkapkan, dokter yang memeriksa mengatakan, Rollin sudah tidak bisa disembuhkan, karena kaki yang dideritanya sudah terlalu lama sejak usianya 10 tahun. Di samping itu, tulang yang ada di sekitar lututnya sudah tidak ada.

Rollin divonis mengidap penyakit paru-paru basah awalnya, yang diikuti dengan gizi buruk berat. Sampai dengan saat ini, Rollin hanya terbaring di tempat tidurnya. Belum ada bantuan maupun perhatian dari pihak pemerintah yang melihat kondisi Rollin secara langsung.

Penderitaan Rollin Handika menjadi salah satu catatan buruk bagi pemerintah. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dari Kementerian Kesehatan seperti dilansir dari laman berita Kompas.com, pada tahun 2015, Pemerintah Provinsi DKI menempati posisi 16 dan pada tahun 2016 menempati posisi 11 dari 34 Provinsi di Indonesia.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home