Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Prasasta Widiadi 16:19 WIB | Jumat, 04 Desember 2015

APG 2015 Dihelat untuk Ubah Pehamaman Masyarakat terhadap Difabel

Ilustrasi: atlet balap kursi roda Singapura, William Tan (seragam hitam) saat berlaga di salah satu kejuaraan. (Foto: asiaone.com).

SINGAPURA, SATUHARAPAN.COM – Penyelenggaraan ajang multi even olahraga atlet difabel se-Asia Tenggara, ASEAN Para Games (APG) 2015, digelar dengan harapan stigma terhadap difabel di tengah-tengah masyarakat di Asia Tenggara berubah secara perlahan-lahan ke arah yang positif.

“Budaya di Asia Tenggara masih kental dengan diskriminasi kepada difabel. Orang-orang di desa tidak ingin memberitahu orang lain jika mereka memiliki anak-anak difabel. Tapi mentalitas ini perlahan-lahan bergeser dengan adanya olahraga, dan ada juga paralimpiade di tingkat dunia, kini di Asia Tenggara Olimpiade telah membantu untuk mengubah persepsi," kata Ketua Federasi Olahraga Para (Difabel) Asia Tenggara (APSF), Zainal Abu Zarin di Singapura, hari Jumat (4/12) seperti diberitakan berita online Singapura, Asia One.

Abu Zarin merupakan inisiator terselenggaranya APG di Kuala Lumpur pada 2001.

 “Diskriminasi terhadap difabel masih sangat banyak terjadi di Asia Tenggara karena pendidikan dan olahraga yang berbeda dan belum merata di Asia Tenggara, menyebabkan tidak adanya sinergitas setiap negara,” kata Abu Zarin.

Menurut catatan APSF, ada peningkatan dalam penyelenggaraan cabang olahraga, saat pertama kali diselenggarakan di edisi perdana di Kuala Lumpur pada 2001, diikuti 235 atlet yang berpartisipasi dalam dua cabang olahraga  renang dan atletik. Kini, dalam penyelenggaraan APG 2015 diikuti lebih kurang 1.200 atlet difabel  dari berbagai negara di Asia Tenggara.

Sementara itu Ketua  Organizing Committee ASEAN Para Games 2015 Singapura Lim Teck Yin berpendapat bahwa dengan dipercaya sebagai tuan rumah, Singapura menunjukkan  warisan inklusivitas dan kesetaraan karena individu normal dan dengan keterbatasan dapat memiliki peran yang sama bagi negara.

“Lima puluh tahun dalam pembangunan bangsa (Singapura baru saja merayakan Hari Ulang Tahun ke-50, Red) adalah waktu yang singkat. Kami menyadari saat ini kita berdiri sebagai individu yang berguna bagi Singapura, namun juga kita bekerja dalam banyak hal bagi Singapura,” kata Lim.

Lim mengatakan dalam penyelenggaraan APG 2015–mulai dari Kamis (3/12) sampai dengan Rabu (9/12)– akan menjadi momen penting masyarakat Asia Tenggara untuk menyaksikan lebih kurang 1.200 atlet difabel terbaik  yang akan bersaing di 15 cabang olahraga.

Menurut catatan Asia One, sebelum Paralimpiade Sydney, Australia tahun 2000, wakil dari Asia Tenggara hanya meraih enam medali emas dan 30 medali. Dalam empat Paralimpiade terakhir, Asia Tenggara  telah berhasil mengalami peningkatan menjadi  14 medali emas dan 59 medali.

Singapura menunggu 20 tahun untuk memenangkan medali emas perdana di Paralimpiade 2008 di Beijing yang diraih perenang Yip Pin Xiu.

“Saya melihat banyak perubahan positif dari berbagai negara di  Asia Tenggara, dan stigma atau pandangan masyarakat terhadap olahraga bagi difabel,” kata Yip.

“Jalan masih panjang untuk dilalui, tapi setiap langkah yang kami tempuh  adalah kemajuan terbaik,” Yip menambahkan.

Saat upacara pembukaan APG 2015 hari Kamis (3/12) di Stadion Indoor Nasional Singapura, sebanyak 661 penari mengambil bagian.

Menurut situs berita online Singapura, Channel News Asia, acara pembukaan turut dibantu 174 sukarelawan, 120 motivator, dan 454 siswa.

Pertunjukkan di acara pembukaan menampilkan penari dengan kondisi fisik normal, dan penari difabel. Menurut Channel News Asia pembukaan dilakukan dengan gabungan antara penari dengan dua kondisi fisik berbeda dilakukan dalam rangka memberi inspirasi kesuksesan dan mempromosikan inklusifitas (semangat untuk bersatu dan melebur) menjadi satu.

(asiaone.com/ channelnewsasia.com).

Ikuti berita kami di Facebook

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home