Loading...
DUNIA
Penulis: Equivalent Pangasi 19:17 WIB | Selasa, 11 Maret 2014

Arab Saudi Menghabiskan US$1,5 Miliar untuk Minuman Berenergi

Perusahaan minuman berenergi khawatir bahwa keputusan Pemerintah Arab Saudi untuk melarang peredaran minuman berenergi akan menimbulkan kerugian besar. (Foto: Shutterstock)

DUBAI, SATUHARAPAN.COM – Arab Saudi menghabiskan $1,5 miliar (setara Rp. 17 triliun) per tahun untuk minuman berenergi. Hal ini diperkirakan akan menimbulkan kerugian akibat larangan pemerintah terhadap beberapa merek seperti Red Bull, Monster, dan Power Horse.

Para penanam modal dan pekerja di sektor pangan Council of Saudi Chambers memperkirakan orang mengkonsumsi jutaan minuman berenergi tiap harinya, demikian dikutip Al Arabiya News pada Selasa (11/3) dari surat kabar Al-Yaum.

“Estimasi menunjukkan bahwa volume konsumsi harian minuman berenergi di Kerajaan telah mencapai 5 juta kaleng dengan biaya SR15 juta atau setara Rp. 45 miliar. Jika kita memperkirakan harga sebotol minuman adalah SR3, maka pengeluaran bulanan mencapai SR450 juta (setara Rp. 1,3 triliun) dan pengeluaran tahunan melebihi SR5,5 miliar (setaraRp. 16,6 triliun),” ujar Fahd Al-Tayyar, anggota Komite Makanan dan Minuman Jeddah Chamber of Commerce and Industry.

Pemerintah Arab Saudi minggu lalu melarang penjualan minuman berenergi di klub olahraga dan institusi pemerintahan, juga di fasilitas kesehatan dan pendidikan. Pemerintah juga mencabut perizinan semua bentuk sponsor dan iklan minuman berenergi, serta melarang peredaran minuman berenergi secara gratis.

Para penanam modal mengatakan keputusan untuk melarang minum berenergi adalah langkah yang benar karena bertujuan untuk melindungi kesehatan masyarakat, Al-Yaum melaporkan. Mereka menambahkan bahwa pihak yang palin rentan terhadap efek buruk minuman semacam ini adalah remaja, pasien jantung, pasien hati, atlit, dan orang-orang yang menderita sejumlah alergi.

Namun produsen minuman berenergi mengatakan pada Al Arabiya News bahwa mereka terkejut dengan keputusan tersebut. Orang dalam perusahaan memperingatkan tentang kemungkinan kerugian besar untuk industri.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home