Loading...
INSPIRASI
Penulis: Tjhia Yen Nie 01:00 WIB | Kamis, 19 Juni 2014

Asal Bapak Senang

Foto: istimewa

SATUHARAPAN.COM – Berhubung  ada hal mendesak, saya memberikan tugas kepada salah satu karyawan untuk mengantarkan anak saya ke suatu acara.  Mengantisipasi jalanan yang macet karena hujan, plot waktu sudah diberikan, supaya mereka tidak terlambat.  Alangkah terkejutnya ketika saya mengecek dan mereka belum sampai tujuan, tetapi berada di arah yang berbeda dengan instruksi sebelumnya.  Ternyata anak saya minta dibelikan makanan di jalan yang arahnya berlawanan, dan karyawan saya menurutinya karena segan menolak, akhirnya mereka terjebak macet.

Tentu saja saya menegur anak saya karena membeli donut tidak termasuk dalam agendanya.  Demikian juga karyawan tersebut, bagaimana dia sebagai orang dewasa yang melihat keadaan, tahu jika  melenceng dari arah semula akan mengakibatkan terlambatnya kegiatan yang dituju, namun dia tetap menuruti keinginan anak ini dengan alasan segan.

Mungkinkah ini hal yang umum?

Betapa seringnya kita lihat para bawahan menuruti atasannya dengan alasan apa pun, walaupun tahu bahwa itu tidak mengakibatkan kebaikan untuk dirinya juga atasannya. Rasa menghormati  tentu harus diimbangi dengan pengertian dan keberanian untuk mengoreksi.  Tindakan-tindakan ABS (Asal Bapak Senang), dianggap sebagai cara aman untuk mempertahankan diri. Sehingga, ketika seseorang ditanyakan pertanggungjawaban atas kejadian tertentu, ada tameng untuk berkelit: ”Ini ’kan perintah atasan.”

Kembali pada kisah di atas, tentu saja anak saya terlambat untuk mengikuti latihannya yang terakhir sebelum dia ujian kegiatan bela diri yang sudah dipersiapkan selama satu  tahun.  Tetapi nasi sudah menjadi bubur. Waktu tak dapat diputar kembali.

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home