Loading...
DUNIA
Penulis: Melki Pangaribuan 16:03 WIB | Senin, 26 Oktober 2015

Australia Peringati Pengembalian Batu Uluru ke Suku Aborigin

Pada 26 Oktober 1985, simbol ikonik dari daerah Outback, atau dikenal sebagai Ayers Rock, diserahkan kembali ke orang-orang Anangu, sebuah daerah yang ditinggali penduduk asli Australia selama ribuan tahun. (Foto: dailymail.co.uk)

SYDNEY, SATUHARAPAN.COM – Australia, pada hari Senin (26/10), memperingati 30 tahun sejak monolit terbesar dunia Uluru dikembalikan ke suku tradisional Aborigin meskipun pemerintah mengaku kesepakatan yang dibuat kala itu belum terpenuhi.

Pada 26 Oktober 1985, simbol ikonik dari daerah Outback, atau dikenal sebagai Ayers Rock, diserahkan kembali ke orang-orang Anangu, sebuah daerah yang ditinggali penduduk asli Australia selama ribuan tahun.

Sebagai bagian dari kesepakatan, pemerintah menandatangani kontrak dengan periode 99 tahun untuk bersama-sama dengan penjaga tradisional mengelola Taman Nasional Uluru-Kata Tjuta.

Lapangan pekerjaan dan kenaikan taraf hidup diharapkan mengalir pada warga Anangu dengan adanya kesepakatan tersebut. Namun, Menteri Urusan Masyarakat Adat Australia Nigel Scullion menyatakan rencana itu tidak berjalan sebagaimana mestinya.

"Bagian implisit dari kesepakatan itu yakni orang-orang Anangu akan berbuat lebih banyak dengan perkembangan di wilayah ini; mereka akan memiliki pekerjaan, taraf hidup yang lebih baik, dan lebih banyak pilihan," katanya kepada wartawan.

"Namun, kesepakatan itu belum lengkap, semua kesempatan itu tidak tersedia seperti yang seharusnya. Karena itu, kita harus membuat perubahan sekarang," Scullion menambahkan.

Ia mengatakan 254 dari 450 anggota komunitas Anangu di daerah tersebut tidak memiliki pekerjaan, padahal Resor Ayers Rock yang berlokasi 20 menit dari tempat tinggal mereka, dikunjungi oleh 300 ribu wisatawan per tahun.

"Kami tidak bisa terima bahwa 254 orang di Mutitjulu hanya meminta-minta. Kami tidak bisa begitu saja menerima rendahnya tingkat kemampuan membaca dan menghitung antargenerasi," tuturnya.

Menurut Scullion, fakta tersebut bisa menjadi peringatan bagi seluruh penduduk untuk memfokuskan kembali upaya pengembangan masyarakat di seluruh Australia.

Uluru, batu raksasa berwarna merah setinggi 348 meter di atas gurun, terletak di tengah ribuan kilometer wilayah Outback yang terpencil dan merupakan kunci dari penciptaan mitologi Aborigin. Uluru juga merupakan situs Warisan Dunia.

Sementara pelukis Malya Teamay mengatakan pada Australian Broadcasting Corporation (ABC) bahwa ia senang melihat para turis mempelajari budaya Aborigin di Uluru, orang lain menyatakan bahwa bangsa Anangu tampak kehilangan banyak aktivitas ekonomi.

Ketua Dewan Taman Nasional Uluru-Kata Tjuta Sammy Wilson mengkritik pemerintah karena mengarahkan sebagian besar pendanaan untuk Resor Ayers Rock, yang dikatakannya lebih menjadi fokus wisata daripada ke penduduk lokal.

"Ayers Rock tampak seperti penyedot debu raksasa yang mengisap segalanya. Tempat ini (Uluru) adalah kebudayaan kita, tapi pendanaan yang seharusnya untuk tempat ini malah lebih terfokus ke resor," kata Wilson. (AFP/Ant)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home