Loading...
INDONESIA
Penulis: Francisca Christy Rosana 22:47 WIB | Jumat, 02 Januari 2015

Badan Investigasi Kecelakaan Prancis Bantu Cari Kotak Hitam

Ilustrasi pesawat AirAsia. (Foto: AFP)

PARIS, SATUHARAPAN.COM - Badan investigasi kecelakaan Prancis (Bureau d'Enquêtes et d'Analyses/BEA) mengatakan tim pakar pencari kotak hitam dan peralatan pada Jumat (2/12) telah tiba di area pencarian penerbangan AirAsia Indonesia rute Surabaya-Singapura yang jatuh pekan lalu. 

Seperti dikutip Reuters, sebuah kapal yang mengangkut dua hidrophone atau perangkat untuk mendengarkan suara bawah air sedang menuju dugaan lokasi kecelakaan dengan para ahli Prancis, Singapura, dan Indonesia.

Penyidik berharap kotak hitam akan mengungkapkan urutan kejadian baik di kokpit dan sistem jet, namun para ahli keamanan menekankan bahwa terlalu dini untuk mengatakan apa yang menyebabkan kecelakaan itu.

BEA membantu penyelidikan atas kecelakaan udara yang melibatkan pesawat Airbus itu karena perusahaan tersebut bermarkas di Prancis.

Organisasi itu juga dinilai sebagai pakar dalam pencarian di bawah air setelah memimpin pencarian jet Air France yang jatuh di Samudra Atlantik pada tahun 2009 selama dua tahun.

Buruknya cuaca di laut telah menghambat penyelam mencapai lokasi terduga bangkai pesawat berada di pantai Kalimantan.

Meskipun cuaca buruk itu kembali menghambat upaya pencarian pada Jumat, operasi itu tampaknya tidak akan memaksimalkan batas teknologi sebagaimana yang dilakukan pada pencarian dalam air untuk pesawat Air France 447 atau pencarian sia-sia untuk Malaysia Airlines 370 yang hilang tahun lalu.

Mengingat kedalaman yang relatif dangkal, sekitar 50 meter (165 kaki), di lokasi terduga puing-puing pesawat berada, para ahli mengatakan menemukan kotak hitam seharusnya tidak sulit asalkan peralatan pemancar sinar --dengan radius 2.000 sampai 3.000 meter (6.560-9840 kaki) - bekerja.

Pesawat komersial membawa dua kotak hitam, satu untuk data penerbangan dan yang lainnya untuk rekaman kokpit.

Masing-masing kotak hitam dilengkapi dengan sebuah alat khusus atau "pinger" yang mampu memancarkan sinyal selama minimal 30 hari - yang dalam prakteknya bisa mencapai 40 hari, menurut perusahaan pembuat pesawat.

Regulator memerintahkan waktu transmisi minimum harus ditingkatkan menjadi 90 hari setelah insiden Air France 447, namun hal ini belum berlaku hingga 2018.

Kotak hitam dari pesawat jet Kenya Airways yang jatuh di Pantai Gading pada tahun 2000 di kedalaman air 50 meter dapat ditemukan utuh.

Pada kedalaman tersebut, peneliti lebih memilih untuk melakukan pencarian akustik dengan hidrophone, sebagaimana tim yang tiba pada hari Jumat, selama pinger bekerja.

Cara itu dipandang lebih efektif daripada metode alternatif seperti sonar, magnetometer atau video, menurut sebuah cetak biru yang disusun oleh BEA setelah bencana pesawat Air France 447.

Tapi seberapa cepat peneliti dapat menemukan lokasi masih tergantung pada sejumlah faktor mulai dari salinitas air hingga suhu dan kebisingan dari mesin serta biota laut. (Ant)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home