Loading...
LAYANAN PUBLIK
Penulis: Francisca Christy Rosana 13:47 WIB | Jumat, 05 Juni 2015

Balai Kota Sediakan Kursi bagi Warga yang Curhat

Suasana di Pendopo, Balai Kota, Jakarta Pusat, tempat warga menunggu Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama untuk menyampaikan keluhan. (Foto Francisca Christy Rosana)
SATUHARAPAN.COM - Empat set kursi kayu beserta meja yang diletakkan di Pendopo Balai Kota DKI setiap hari terlihat penuh diduduki warga. 
 
Warga-warga tersebut menunggu Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok untuk melaporkan berbagai keluhan, mulai dari persoalan kecil, hingga persoalan besar. 
 
Kursi-kursi yang disediakan warga untuk menanti DKI 1 itu menurut Sumarna, petugas pengamanan dalam (Pamdal) yang telah bertugas di Balai Kota DKI sejak 1997, baru dipasang sejak Ahok dilantik menjadi Gubernur DKI November lalu. 
 
"Kursi ini baru ada pas Bapak (Ahok, Red) naik, sekitar November. Zaman sebelumnya, nggak ada kursi," ujar Sumarna di Balai Kota, Jakarta Pusat kepada satuharapan.com, Jumat (5/6) pagi. 
 
Pada zaman Gubernur Joko Widodo, warga menunggu sambil berdiri. "Kadang-kadang Pak Jokowi menyuruh warga menunggu di dalam, menunggu Pak Jokowi menemui mereka selesai agenda (kegiatan). Bedanya, kalau Pak Ahok sekarang langsung meladeni," ujar Sumarna. 
 
Menurut Sumarna, Ahok yang pernah menjabat Bupati Belitung Timur ini memang gemar mendengar satu per satu keluhan warga sebelum masuk ke ruangannya, hingga terkadang harus diingatkan oleh ajudannya karena lupa waktu.
 
Namun demikian, tak semua keluhan bisa diatasi saat itu juga. Ahok akan merekomendasikan warga untuk menghubungi dinas terkait jika permasalahannya mengarah pada dinas tertentu. Terkadang seusai mendengar keluhan warga tentang kurangnya pelayanan di lingkup birokrasi yang lebih rendah, Ahok langsung menghubungi pejabat daerah untuk sekadar menegur melalui telepon pintarnya. 
 
Namun, selain masalah serius, Ahok rupanya juga sering dihadapkan dengan persoalan yang tidak realistis. "Ada semacam kejadian yang di luar nalar. Seorang paranormal mau membantu penanganan banjir tapi nggak riil. Katanya dia bisa nahan hujan. Lalu juga ada bawa trompet dari tanduk. Semacam aliran-aliran (agama) itu. Mau mendoakan Pak Ahok. Dia bawa kecap, beras, dan garam. Yang kayak gitu juga nggak diusir. Malah dilayani sama Pak Ahok, dibawa ke dalam," ungkap Sumarna. 
 
Budaya mendengarkan keluhan warga langsung itu, kata Sumarna, baru muncul sejak Jokowi menjabat pada 2012 lalu. Hal itu diturunkan kepada Ahok. 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home