Loading...
DUNIA
Penulis: Sotyati 11:05 WIB | Sabtu, 12 September 2015

Banjir di Jepang Tewaskan 3 Orang, 23 Dinyatakan Hilang

Tanggul Sungai Kinugawa jebol, banjir pun melanda Kota Joso di Provinsi Ibaraki, utara Tokyo, Jepang. (Foto: bbc.com/AP)

TOKYO, SATUHARAPAN.COM - Otoritas di Jepang timur mengatakan banjir dan longsor parah yang disebabkan oleh curah hujan yang mencapai rekor pada Kamis (10/9) mengakibatkan tiga orang tewas dan 23 lainnya dinyatakan hilang.

Tim penyelamat, seperti dilaporkan nhk.or.jp, terus mencari mereka yang hilang, 22 di antaranya warga Kota Joso di Provinsi Ibaraki, utara Tokyo. Tanggul di Sungai Kinugawa di kota itu jebol pada hari Kamis.

Salah seorang yang tewas adalah pria berusia sekitar 20 tahun, yang jatuh ke saluran air pada hari Kamis itu saat bekerja di sungai yang meluap di Kota Nikko di Provinsi Tochigi.

Korban lain seorang wanita berusia 63 tahun yang rumahnya terhantam longsor di Kota Kanuma di Provinsi Tochigi.

Para pejabat di Kota Kurihara, Provinsi Miyagi, mengatakan seorang wanita berusia 48 tahun meninggal dunia pada hari Jumat (11/9) pagi setelah mobilnya tersapu banjir.

"River of an Angry Demon"

Hingga kini, seperti diberitakan VOA dan BBC, tim penyelamat terus berusaha menyelamatkan ratusan warga yang terdampar di Kota Joso, utara Tokyo, di mana Sungai Kinugawa – yang punya arti “river of an angry demon” seperti ditulis japantoday.com - menjebol pembatas sehari sebelumnya, menyebabkan orang-orang naik ke balkon dan atap rumah dan menunggu bantuan.

Jepang mengalami hujan lebat minggu ini akibat dari Topan Etau, dengan curah hujan di beberapa daerah melebihi 60 sentimeter.

Secara keseluruhan, lebih dari 100.000 orang di Jepang timur laut telah diperintahkan meninggalkan rumah mereka karena badai itu sebelumnya. Badan Metrologi Jepang telah mengunggah peringatan luas, mendesak orang-orang untuk bersiap menghadapi lebih banyak banjir dan tanah longsor. Namun, seperti diulas japantoday.com, banyak orang mengabaikan perintah itu.

“Kami selamat, tapi tidak demikian halnya dengan tanaman padi dan kedelai kami,” kata Keiko Iita (70), yang bertahan di lantai atas rumahnya dengan suami dan anak laki-lakinya ketika banjir melanda.

Sabtu (12/9) pagi ini dia sudah mulai pekerjaan menyingkirkan lumpur tebal dari rumahnya.

Peristiwa itu menyisakan pertanyaan, seperti ditulis di japantoday.com, tentang penanggulangan dan prakiraan yang lebih baik, mengingat Jepang sangat dikenal sebagai negara dengan sistem pengendalian air yang paling teliti.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home