Loading...
DUNIA
Penulis: Reporter Satuharapan 18:24 WIB | Jumat, 03 Maret 2017

Bank Sentral Rilis Data Penurunan Ekonomi Arab Saudi

Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud (kiri) keluar dari ruang lobby gedung DPR seusai melakukan kunjungan didampingi oleh Ketua DPR Setya Novanto (kanan) untuk melanjutkan perjalanan ke Masjid Istiqlal dan Istana Negara. (Foto: Dok satuharapan.com/ Dedy Istanto)

RIYADH, SATUHARAPAN.COM - Para pengamat mengatakan perjalanan Raja Salman dari Arab Saudi ke sejumlah negara Asia, termasuk Indonesia, adalah sebuah diplomasi gemerlap. Semuanya serba wah, baik dalam jumlah delegasi, lamanya kunjungan juga agenda perjalanan yang meliputi wisata ke tempat-tempat mewah.

Raja Salman  tiba di Indonesia pada hari Rabu dengan sambutan meriah,dengan rombongan resmi maupun tidak resmi berjumlah sekitar 1.500 orang. Di antaranya 25 pangeran, 10 menteri dan lebih dari 100 personel keamanan.

Mereka tiba dengan enam jet penumpang Boeing dan satu Lockheed C-130 Hercules, pesawat angkut militer yang membawa 506 ton kargo, dua limusin Mercedes-Benz S600 dan dua elevator listrik untuk penggunaan pribadi raja. Sebuah perusahaan freight Indonesia mengatakan kepada kantor berita Antara mereka mempekerjakan 572 pekerja hanya berurusan dengan bagasi delegasi. Raja Salman, 81, menggunakan eskalator berwarna emas untuk turun dari jet yang dicat dengan kata-kata "God Bless You."

The New York Times menilai ukuran dan kemegahan dari rombongan raja mungkin menunjukkan upaya untuk memperkuat hubungan perdagangan dengan Asia pada saat penurunan harga minyak. Pada saat yang sama, sebuah demonstrasi kekayaan bisa menjadi pertunjukan kekuasaan. Menurut Peter Salisbury, seorang peneliti di Chatham House di London, ini adalah sebuah pertunjukan untuk memberitahu bahwa sang Raja sedang berada di kota. "Ketika  jumlah rombongannya diungkapkan, itu menciptakan kegemparan. Ini simbolisme, " kata dia.

Namun di 'kampung halaman,' Arab Saudi tengah berjuang untuk mendapatkan momentum untuk dapat bangkit kembali secara ekonomi. Pertumbuhan ekonominya masih lemah di tengah rendahnya harga minyak.

Data yang diterbitkan oleh bank sentral Kerajaan Arab Saudi pekan ini menunjukkan hal itu. Indikator pertumbuhan ekonomi masih rendah sedangkan cadangan devisa terkuras untuk menutupi defisit anggaran.

Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), ekonomi Arab Saudi tahun ini diperkirakan hanya akan tumbuh 0,4 persen, jauh merosot dibanding 2 persen tahun lalu. Namun pemerintah Arab Saudi sendiri lebih optimistis, meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi akan mencapai lebih dari 1 persen.

Data yang diterbitkan oleh bank sentral Arab Saudi pekan ini menggambarkan masih lemahnya perekonomian Arab Saudi. Indikator-indikator itu antara lain adalah sbb.

Cadangan Devisa Merosot Drastis
 

Aset bersih luar negeri Arab Saudi, walaupun masih di atas US$ 500 miliar (bandingkan dengan cadangan devisa Indonesia yang US$ 116,9 miliar), telah menyusut seiring dengan langkah pemerintah menggunakan tabungan untuk menutupi defisit anggaran yang mencapai US$ 79 miliar tahun lalu. Defisit itu bahkan membengkak menjadi US$ 107 miliar bila pembayaran kontraktor yang tertunda dimasukkan.
Pemerintah Arab Saudi menggunakan tabungan untuk menutup defisit anggaran yang disebabkan rendahnya harga minyak

Tatkala cadangan devisa terus merosot 3 persen per bulan selama krisis harga minyak belakangan ini, pemerintah mencoba mencari dana ke sumber lain, yaitu ke pasar obligasi domestik dan dilanjutkan ke pasar internasional untuk memperlambat kemerosotan. Tetapi langkah itu hanya sebagian berhasil. Pada bulan Januari lalu penurunan cadangan itu hanya berhasil ditekan menjadi 2,3 persen. Itu pun sudah dianggap hasil yang paling bagus dalam satu tahun.

"Uang dari penerbitan obligasi sebagian besar telah dimanfaatkan," kata Monica Malik, kepala ekonom di Abu Dhabi Commercial Bank. Akibatnya, menjual aset-aset sekuritas di perusahaan asing, bersama dengan menekan simpanan yang ada di bank asing, telah menjadi "salah satu cara utama pendanaan defisit," kata dia.

Pinjaman Pemerintah yang Lebih Sedikit

Bank sentral mengklaim pinjaman pemerintah meningkat tajam pada tahun 2015 dan 2016 karena pemerintah menjual obligasi daerah untuk membiayai belanja. Tapi ketatnya likuiditas di sistem perbankan, sebagian disebabkan oleh penjualan itu, membuat bank sentral  melakukan intervensi tahun lalu dengan suntikan dana dan aturan pinjaman  yang lebih mudah.

Pemerintah Arab Saudi menghentikan penerbitan obligasi daerah untuk membiayai defisit setelah mengeringnya likuiditas perbankan
Sejak itu, pemerintah telah menghindari menerbitkan utang daerah, dan klaim bank pada sektor pemerintah sedikit turun pada bulan Januari. Pemerintah "mungkin berusaha untuk mendukung likuiditas sektor perbankan dalam negeri," kata Malik.

Perlambatan Pertumbuhan Kredit

Tagihan bank pada sektor swasta - sebagian besar terdiri dari pinjaman, uang muka dan cerukan - tumbuh 1,8 persen pada Januari dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ini merupakan pertumbuhan teredah (yoy) sejak Februari 2010, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.
Pertumbuhan kredit sektor swasta tumbuh lebih lambat karena dunia usaha menunda investasi.

"Perusahaan telah menurunkan rencana investasi sehingga mereka merasa kurang perlu mencari dana dari kredit perbankan untuk membiayai itu," kata Jason Tuvey, ekonom Timur Tengah di Capital Economics di London.

Permintaan Melemah

Di tengah ketidakpastian ekonomi, permintaan impor yang dibiayai oleh pemberi pinjaman komersial juga jatuh. Nilai letter of credit (LoC) yang dipakai untuk mengimpor makanan, mobil, pakaian dan bahan-bahan bangunan telah berkurang lebih dari 20 persen pada bulan Januari dibanding tahun sebelumnya.
Permintaan melemah karena ketidakpastian ekonomi.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home