Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 10:05 WIB | Jumat, 02 Desember 2016

Bantuan Kemanusiaan untuk Irak Masih Dibutuhkan

Warga Suriah, yang melarikan diri dari berbagai distrik di wilayah timur Aleppo, berdesakan masuk ke bus-bus pemerintah di Jabal Badro, wilayah yang dikuasai pemerintah, sebelum dipindahkan ke wilayah barat Aleppo yang dikuasai pemerintah, pada 29 November 2016. Upaya ofensif pemerintah untuk merebut kembali Aleppo yang dikuasai pemberontak memicu peringatan dari dunia internasional, dengan PBB mengatakan hampir 16.000 orang mengungsi dan jumlah itu bisa terus meningkat. (Foto: AFP/George Ourfalian)

WASHINGTON D.C, SATUHARAPAN.COM – U.S Bishops atau Keuskupan Amerika Serikat (AS) dan sejumlah pemimpin organisasi kemanusiaan Catholic Relief Services (CRS) menyerukan pernyataan resmi yang mengajak Kongres AS untuk menggelontorkan bantuan kemanusiaan baru dan dalam skala luas untuk orang-orang yang tinggal di Irak dan sekitarnya.

“Saat ini di Irak, individu, komunitas, dan negara telah terbagi konsentrasinya karena menghadapi tantangan, perang yang signifikan dan penderitaan mereka. Mereka harus membangun kembali komunitas mereka, dan membangun pemerintahan inklusif yang melindungi mayoritas dan minoritas,” kata surat itu seperti diberitakan kembali Catholic News Agency, hari Rabu (30/11).

“Kami harus memberi mereka bantuan kemanusiaan dan solusi yang bertahan lama untuk nasib mereka, karena itu adalah hal yang benar untuk dilakukan, dan karena keamanan dan kemakmuran mereka sangat penting untuk stabilitas seluruh wilayah,” lanjut isi pernyataan resmi  tertanggal Senin (28/11) yang ditujukan kepada Senat dan dewan pemimpin subkomisi pada Negara, Operasi Luar Negeri dan Program Terkait.

Pernyataan itu  ditandatangani oleh Ketua Komite para uskup AS tentang Keadilan Internasional dan Perdamaian, Uskup Oscar Cantu dari Las Cruces, Ketua Komite para uskup AS tentang Migrasi, Uskup Joe Vasquez dari Austin, dan Presiden Catholic Relief Services Carolyn Woo.

“Dalam menggalang kerja sama dengan Caritas Iraq dan berbagai organisasi lainnya, CRS tetap membantu lebih kurang 80.000 jiwa yang di Fallujah dan ribuan lainnya yang berada di Hawija, walau dana yang dibutuhkan tidak mencukupi,” lanjut isi pernyataan resmi itu.

Lebih kurang 50.000 orang melarikan diri dari Mosul sejak dikuasai kelompok ekstremis Islamic State Iraq and Syria (ISIS). Lebih kurang 3,3 juta warga Irak tercerai berai sejak 2014 saat militan tersebut melakukan okupasi sebagian besar wilayah Irak.

Pemerintahan Obama pada 11 November meminta persetujuan akhir dari Kongres untuk meningkatkan dana bantuan tahun fiskal 2017.

Keuskupan AS dan Catholic Relief Services mendukung permintaan tersebut guna melakukan operasi kemanusiaan di luar negeri dengan lebih maksimal.

Sejumlah wilayah yang mengalami penderitaan antara lain kekeringan di Afrika Selatan, Sudan Selatan, Republik Afrika Tengah, dan beberapa negara yang berada dekat danau Chad.

Presiden Catholic Relief Services, Carolyn Woo mengatakan Amerika Serikat adalah negara adidaya yang memiliki kewajiban membantu pihak-pihak yang tidak bersalah dan menjadi korban perang dan korban yang teraniaya, dan mengangkat orang dari kemiskinan.

“Menurut USCCB (United States Conference of Catholic Bishops) dan CRS (Catholic Relief Service), kami mengetahui bahwa saat warga Amerika Serikat diminta bantuan mereka akan merespons dengan murah hati,” lanjut isi pernyataan resmi.

Pada 2015, CRS telah membantu lebih dari 100 juta orang di 100 negara dengan bantuan berbagai organisasi Katolik dan uang publik. CRS telah bermitra dengan organisasi Katolik setempat dan orang lain yang dipercaya  masyarakat setempat untuk memaksimalkan dampak bantuan. (catholicnewsagency.com)

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home