Loading...
INDONESIA
Penulis: Endang Saputra 10:41 WIB | Sabtu, 09 April 2016

Beginilah Cara Teroris Galang Kekuatan

Pengamat masalah terorisme yang juga mantan anggota Jamaah Islamiyah (JI) Nasir Abbas (kiri) saat memberikan pendapat tentang keberadaan ISIS di Indonesia dalam diskusi yang diadakan oleh BNPT.(Foto: Dok.satuharapan.com/Dedy Istanto)

JAKALARTA, SATUHARAPAN.COM – Menyebarkan rumor dan isu untuk meyakinkan masyarakat bahwa apa yang dilakukan itu benar dan sesuai dengan agama adalah salah satu upaya teroris dalam menggalang kekuatan.

“Di dalam Jamaah Islamiyah ada yang namanya Operasi Pembangunan Kekuatan. Kekuatan di sini bukan hanya berarti kekuatan bersenjata, tetapi juga pembinaan teritori. Salah satu pembinaan teritori adalah pelaksanaan penggalangan kondisi sosial,” kata pengamat masalah terorisme, yang juga mantan anggota Jamaah Islamiyah (JI) Nasir Abbas, saat menjadi pembicara pada acara "Diseminasi Pedoman Peliputan dan Peningkatan Profesionalisme Media Masa Pers dalam Meliput Isu-isu Terorisme", yang diselenggarakan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) DKI Jakarta, hari Kamis (7/4) di Gedung Hall of Blessing ITC Cempaka Mas, Jakarta Pusat.

Abbas menilai, kelompok radikal tersebut tidak membutuhkan banyak orang, karena mereka bisa memanfaatkan masyarakat awam untuk berantipati kepada pemerintah dan melindungi semua operasi yang mereka lakukan.

“Pemerintah anti umat Islam, aparat itu memusuhi umat Islam, itu bagian dari rumor yang disebarkan supaya orang menjadi antipati kepada pemerintah meskipun orang tersebut bukan anggota JI,” kata dia.

Lebih lanjut, ia menganggap media sosial juga sangat membantu pergerakan kelompok-kelompok radikal, karena dengan menyimak media sosial, mereka mengetahui situasi dan kondisi yang sedang berlangsung.

Sementara itu, Direktur Deradikalisasi BNPT Brigjen Polisi Hamidin menjelaskan masyarakat dulu dan sekarang memiliki respons yang berbeda terhadap kelompok-kelompok radikal dan teroris.

“Dulu kelompok teroris itu didukung masyarakat karena kelompok tersebut dipimpin oleh tokoh-tokoh penting di masyarakatnya seperti Kahar Muzakkar, Kartosuwiryo, dan lainnya. Tapi sekarang, masyarakat ditakut-takuti sehingga mereka membantu dan bergabung dengan kelompok teroris tersebut karena alasan takut dan terpaksa,” kata dia, seperti dikutip dari nu.or.id.

Terkait paham terorisme dan radikalisme yang tumbuh subur di Indonesia, Hamidin menyebutkan ada tujuh konsep kunci radikalisme.

“Yaitu perang atau jihad qital (melawan pemerintahan kafir), mati syahid, tauhid penyatuan dengan Tuhan dan menolak apa pun yang tidak dari Tuhan, (mendirikan sistem pemerintahan) khilafah, hijrah (dari negara kafir ke negara khilafah), anshar-muhajirin, dan fai’-ghanimah (harta rampasan perang). Konsep-konsep tersebut kemudian disebarluaskan di media sosial” kata Hamidin. 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home