Loading...
INSPIRASI
Penulis: Doni Setyawan 18:51 WIB | Selasa, 14 Mei 2013

Belajar Berbagi dari Seekor Semut

foto: Christoph Burki-Stone (www.britannica.com)

SATUHARAPAN.COM - Semut itu kecil, meski bukan binatang yang paling kecil; dan selalu hidup dalam koloni. Banyak cerita berkait dengan semut, kebanyakan bernada positif.

Suatu hari, ketika usai mengepel lantai rumah, saya menyaksikan seekor semut meniti lantai, berputar-putar seolah mencari-cari sesuatu. Tidak ada yang ditemukan. Lantai memang sudah bersih sama sekali.

Sengaja saya jatuhkan secuil remahan roti. Semut itu pun lalu menemukan remahan roti itu. Dia mengamati, mengelilingi, namun tidak memakannya, dan akhirnya pergi meninggalkan remahan itu.

Rasa penasaran membuat saya merasa perlu untuk menunggu lebih lama. Tak lama kemudian, puluhan semut berbaris menuju remahan roti itu. Saya menduga semut yang pertama kali menemukan remahan roti ada dalam rombongan itu. Selanjutnya, semut-semut itu berbondong-bondong menggotong remahan roti itu menuju sarang mereka.

Saya membayangkan, apa jadinya jika saya menjadi semut yang pertama menemukan remahan roti itu. Mungkin saya merasa tak perlu memberi kabar kepada yang lainnya dan sibuk menghabiskan sendiri makanan itu. Bisa jadi pikiran itu muncul karena saya memang bukan semut.

Namun demikian, akhirnya muncul juga pertanyaan dalam diri: ”Jangan-jangan semua manusia berpikir dan bertindak seperti saya?” Dan mungkin itu pulalah alasan utama mengapa reformasi seperti jalan di tempat—ketika manusia tidak mau belajar berbagi dari seekor semut.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home