Loading...
INSPIRASI
Penulis: Daniel Herry Iswanto 00:15 WIB | Rabu, 11 Juni 2014

Belajar Nasionalisme Dari Taman Makam Pahlawan

Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara (foto: id.wikipedia.org)

SATUHARAPAN.COM – Sebulan sudah, seorang Guru Bangsa dari kalangan Kristiani, Pieter Dominggus Latuihamallo berpulang (9 Mei 2014). Latuihamallo adalah Guru Besar Teologi Sistematika bidang Etika di STT Jakarta. Pemikiran Latuihamallo tentang ”Teologi dan Nasionalisme”, yang diinspirasi oleh Dr. E.A.A. de Vreede, telah mewarnai pemikiran etis para teolog dan warga bangsa lainnya untuk ikut berkiprah dalam perjuangan bangsa Indonesia.   Mulai dari masa kemerdekaan, revolusi, pembangunan, hingga era reformasi.

Dalam Tabah Melangkah Prof.Dr.Latuihamallo memberi sumbangan pemikiran nasionalisme dengan pemahaman nasionalisme sebagai masalah etis, teologis, dan konsekwensi etis dalam partisipasi bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dari sikap etis teologis nasionalisme yang demikian inilah, semangat kesatuan dan solidaritas bangsa tumbuh dalam perjuangan anak bangsa.  Secara pragmatis Latuihamallo mengajak kita untuk belajar nasionalisme dari taman makam pahlawan. Menurut dia, di taman makam pahlawan ”Berdampingan dimakamkan dalam Taman Pahlawan yang sama, pejuang-pejuang Muslim, Kristen, Hindu, Budhis, dan lain-lain.”

Belajar nasionalisme dari taman makam pahlawan tentu relevan bagi kita sekarang, utamanya ketika sedang menghadapi pemilihan presiden dan wakil presiden.  Kerelaan dan pengorbanan para pahlawan, telah meninggalkan teladan bagi kita, baik bagi para capres-cawapres, politisi, birokrat, maupun warga negara lainnya untuk menjauhkan diri dari kepentingan pribadi dan kelompok, serta tidak oportunis. Sebaliknya, lebih mengutamakan kepentingan negara dan seluruh rakyat Indonesia.

Pada sisi lain, ketika bangsa ini masih disekitari dengan kasus-kasus intoleransi, maka dari taman makam pahlawan, kita belajar bahwa bangsa ini dibangun atas dasar pengorbanan nyawa para pahlawan yang berasal dari berbagai agama, ras, suku, etnis, golongan.  Itu berarti, setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama.   Tanggung jawab seluruh warga negara dalam bela negara dilakukan melalui peran partisipasi-kontributif, kritis-profetis, keimamatan, transformatif, dan reformatif, demi kesejahteraan bersama.

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home