Loading...
INSPIRASI
Penulis: Endang Hoyaranda 05:45 WIB | Senin, 06 Juni 2016

Belajar untuk Mengajar

Mari kita jadikan hidup lebih bermakna dengan mewariskan nilai!
Stephen Covey (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Stephen Covey. Siapa yang tidak mengenal guru, pemikir, pakar kepribadian dan bisnis, yang telah mengubah hidup dan cara pandang  jutaan orang secara positif, menciptakan jutaan pemimpin baru di dunia, melalui pengajaran dan buku-buku yang ia tulis?

Dimulai dengan buku pertamanya The 7 Habits of Highly Effective People, ia kemudian menulis belasan buku lain yang kesemuanya mengajarkan keagungan nilai kehidupan. Bagi hampir setiap karyawan di perusahaan besar, prinsip 7 kebiasaan manusia efektif telah menjadi keharusan untuk diterapkan dalam bekerja.

Tiga tahun setelah kematiannya—akibat kecelakaan sepeda pada usia 80 tahun—teman-teman dekatnya memublikasikan sebuah buku berjudul Primary Greatness, berisi tulisan-tulisan pendek Pak Covey yang disarikan sesuai pemikiran Pak Covey, yaitu: mencari keagungan primer secara jangka panjang selalu lebih menguntungkan daripada mencari keagungan sekunder yaitu kenikmatan jangka pendek.

Keagungan primer diartikan sebagai hal-hal yang menjadikan manusia lebih baik secara hakiki dan menetap yakni karakter, integritas, motivasi hidup dan gairah hidup. Sementara keagungan sekunder diartikan sebagai hal-hal yang mudah sirna  seperti popularitas, titel, jabatan, ketenaran, kekayaan, dan kehormatan.

Dalam mengejar keagungan hidup primer, ada 12 pengungkit yaitu: integritas, kontribusi, prioritas, pengorbanan, pelayanan, tanggung jawab, kesetiaan, kesediaan memberi timbal balik, menghargai perbedaan, kemauan belajar, memperbarui diri, dan mengajar. Pengungkit terakhir, mengajar, khusus ditempatkan di ujung.  Karena hanya dengan mengajar, niscaya keagungan itu dapat ditularkan. Kesebelas pengungkit sebelumnya adalah nilai yang amat hakiki, namun jika tidak diajarkan kepada orang lain, apa manfaatnya memiliki keagungan? Hanya dikagumi, dihormati, tetapi tak ada yang mengikuti jejak karena tak pernah diwariskan.  

Mewariskan nilai adalah keagungan itu sendiri. Seperti kata pepatah: harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama. Penting bagi manusia untuk meninggalkan nama yang dikenang sebagai guru, sebagai orang yang jejak langkahnya memengaruhi orang lain.

Bagaimana menjadi pewaris nilai? Ketika mempelajari nilai,  belajarlah dengan membayangkan bahwa apa yang dipelajari itu akan diajarkan kepada orang lain. Bayangkanlah apa yang ingin didengar oleh orang yang akan menerima warisan nilai itu. Jangan membayangkan apa yang ingin dikatakan, melainkan apa yang menarik untuk didengar.

Guru yang berdiri di depan kelas yang berhasil memukau muridnya adalah guru yang berhasil menjual ide yang diterima baik oleh kelasnya. Mengajar itu ibarat berjualan. Jika ide yang dikirimkan memang dikehendaki oleh pembeli, dalam hal ini murid, maka ”dagangan” Sang Guru bisa dikatakan ”laku”.

Mari kita jadikan hidup lebih bermakna dengan mewariskan nilai! Dan mulailah dengan belajar untuk mengajar!

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home