Loading...
INSPIRASI
Penulis: Sih Ell Mirmaningrum 00:00 WIB | Minggu, 08 Desember 2013

Beras atau Sekam?

Bulir padi (foto: rumahsanjiwani.wordpress.com)

SATUHARAPAN.COM – Berada di pedesaan, di tengah hamparan sawah dengan bulir padi menguning, mempermudahku mengerti ungkapan ”Alat penampi sudah di tangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan” (Mat. 3:12)

Memang bukan gandum yang kulihat, namun padi menguning dan siap panen. Petani sudah menyiapkan lumbung, membersihkan pengirikkannya, kemudian dia akan menyiapkan para pekerja untuk memanen, mengirik, dan menyiapkan tempat untuk mengeringkan padi itu. Lalu membawanya ke penggilingan untuk dijadikannya beras yang siap dimasak untuk dimakan.

Tuhan mengibaratkan diri sebagai petani dan kita adalah bulir-bulir padi itu. Bernaskah kita? Atau justru bulir padi tak berisi—hampa? Ketika kita bulir padi bernas, kita akan masuk ke pengirikan-Nya, kita akan turut dikeringkan, lalu digiling untuk memisahkan antara sekam-sekam pikiran kita yang kotor dan butir pikiran bernas. Kemudian kita akan masuk ke penampian-Nya, untuk kembali memisahkan antara kerdilnya pikiran kita dan kerinduan untuk memahami kehendak-Nya.

Bagaikan padi yang bernas, beras di dalamnya akan dimasak oleh ibu, lalu terhidanglah sepiring nasi yang akan menjadikan manusia kenyang, dapat tumbuh sehat, dan mampu bekerja. Demikian juga kita. Saat kita memahami hidup kita bagaikan sebutir beras di tangan-Nya, yang mau diproses-Nya, kita akan dijadikanNya berguna, berharga, bahkan menghidupi orang lain di sekitar kita.

Kini, beras atau sekamkah kita?

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home