Loading...
INSPIRASI
Penulis: Daniel Herry Iswanto 22:52 WIB | Minggu, 08 Desember 2013

Merindukan Pemimpin Jujur

Belajar jujur (foto: ymindrasmoro)

SATU HARAPAN.COM – Hari ini, 9 Desember 2013, diperingati sebagai Hari Antikorupsi Sedunia.  Menurut hasil riset Badan Pusat Statistik, masyarakat Indonesia cenderung antikorupsi. BPS menyatakan bahwa Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) di Indonesia adalah 3,55 dari skala 5. 

Indeks ini memiliki nilai 0-1,25 sangat permisif terhadap korupsi, 1,26-2,50 permisif terhadap korupsi, 2,51-3,75 anti korupssi, dan 3,76-5 sangat anti korupsi. IPAK di perkotaan Indeksnya 3,66 lebih tinggi dari pada di pedesaan 3,46. IPAK pada usia di bawah 60 tahun cenderung lebih tinggi ketimbang di atas 60 tahun, walau tidak signifikan.  Tingkat pendidikan juga berpengaruh pada IPAK, responden berpendidikan SLTP 3,47, SLTA 3,78, dan di atas SLTA 3,93.

Meski masyarakat Indonesia cenderung antikorupsi, korupsi telah menggurita baik di lingkungan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Tak terkecuali para penegak hukum di kepolisian, kejaksaan, para hakim pengadilan negeri, tinggi, mahkamah agung, hingga mahkamah konstitusi pun tidak steril dari korupsi.  Belum lagi partai-partai politik dengan berbagai makelarnya, bergentayangan di lingkaran partai dan kekuasaan.

Sejatinya, berkata dan berperilaku jujur merupakan dasar antikorupsi. Sikap antikorupsi bukan sekadar berkata, ”tidak”, tetapi harus menyatu dalam kepribadian.  Hati, pikiran, perkataan, dan bermuara pada satu tindakan—jujur.

Pendidikan kejujuran harus ditanamkan sejak dini. Itu berarti dimulai dari keluarga. Orangtua adalah penyemai nilai-nilai kejujuran; sedang rumah adalah wahana di mana nilai-nilai kejujuran dipraktikan. Kebohongan sering kali timbul karena anak takut dihukum jika berkata jujur. Oleh karena itu, orangtua harus membuat anak merasa nyaman untuk berbicara apa adanya. Keluarga-keluarga macam beginilah yang akan mampu menyuplai pemimpin bangsa masa depan.

Rakyat Indonesia sungguh merindukan sosok pemimpin jujur, yang berani berkata ”ya” kalau ya dan ”tidak” kalau tidak. Sebab, menurut Buku Suci, apa yang lebih daripada itu berasal dari Si Jahat. Dan semuanya dimulai dari rumah.

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home